Poison Flower

Istana Kekaisaran, Tahun 469

Malam pesta dansa istana.

Deg!

"Hah!"

Mata berwarna perak itu langsung terbuka seketika, seluruh tubuh nya berkeringat dan ia tampak kehabisan napas nya.

Ini? Dimana?

Kenapa?

Ia tak bisa mengatakan apapun, untuk sejenak ia seperti terbangun dari tidur yang panjang dengan mimpi buruk yang seperti akan menghancurkan hidup nya.

"Kenapa tidak ada bekas luka di tangan ku?" Gadis itu bergumam.

Rasa nya tangan nya menjadi lebih kecil dan suara nya terdengar lebih jelas saat ini tak seperti yang ia ingat terkahir.

"Kau sudah bangun?" Tampak seorang pria yang masih memegang cerutu nya dan melihat ke arah nya yang masih menarik napas nya dengan berat.

Wajah pucat dan tubuh gadis itu masih membatu, ia diam sejenak dan berusaha mencerna situasi Dejavu yang yang ia alami saat ini.

Mata nya menerjap ke arah pria yang mengenakan jubah tidur nya, angin malam yang dingin masuk dari semua pintu dan jendela yang terbuka lebar.

Semua kain tipis yang menjadi penghalang sinar mentari di siang itu berkibar, keheningan yang mencekam menambah hancur dan takut yang menyelimuti gadis muda itu.

Gaun biru mengembang yang memiliki pita dengan warna gradasi seperti lambang dari keluarga nya tergeletak di lantai.

Aroma tembakau yang terbakar masuk ke dalam hidung nya, iris nya bergetar dan mulai menunduk.

Ini bukan mimpi? Apa ini kesempatan kedua yang di berikan pada ku?

Cyra masih tampak pucat, ia tak mempercayai situasi ataupun apa yang tengah ia alami saat ini.

"Cyra?"

Kali ini adegan dan pembicaraan nya sedikit berbeda. Pria itu tak berbisik jika ia sudah melakukan tugas nya dengan benar melainkan memanggil nama nya.

Cyra masih membatu, ia meloading satu per satu yang ada di pikiran nya dan melihat ke arah pria itu.

Entah kutukan atau karunia karna ia berhasil kembali walaupun di malam ia di nodai.

"Hah..."

Gadis itu menarik napas nya seperti menahan sesuatu.

Pria yang paling mulia setelah kaisar mendekat. Pangeran Theodore Von Levensberg.

"Putri Cyra?" panggil nya sekali lagi yang merasa tingkah gadis itu berbeda.

Mata perak yang indah itu menatap nya, ia melihat dengan tatapan yang tajam dan melirik dengan senyuman tipis.

"Pft!" ia tak bisa mengendalikan sudut bibir nya sama sekali.

"Hahaha! Hahaha!"

Tawa nya terdengar keras, sampai membuat nya menitikkan air mata.

Sementara itu Theodore mengernyitkan dahi nya menatap ke arah gadis yang tiba-tiba berubah walaupun baru saja beberapa jam yang lalu ia tarik dan ia paksa untuk masuk ke kamar nya.

"Ya? Yang Mulia?" ucap Cyra setelah tawa nya selesai dan menyambut dengan senyuman cerah yang tampak menyimpan amarah yang begitu besar pada pria di depan nya.

Theodore diam sejenak, ia heran. Baru satu jam yang lalu ia melihat gadis kecil yang polos, pemalu dan penakut.

Tapi sekarang?

Gadis itu menatap nya tanpa keraguan sama sekali. Tak terlihat sedikit pun rasa takut seperti yang ia yang tadi.

......................

Skip

Duchy Helemites

Mansion Ecklart

Kaki dari gadis yang memiliki tubuh kecil itu berlari dengan cepat.

Ia ingin menemui seseorang yang pertama kali mati untuk nya.

"Nona! Jangan berlaria-"

Greb!

Wanita itu tersentak, nona muda yang ia layani sejak kecil itu tiba-tiba datang dan memeluk nya dengan begitu erat.

Catherine tampak terkejut namun ia tak melepaskan tubuh mungil tuan putri nya itu.

Setelah ia rasa cukup tenang ia melepaskan pelukan nya dan menatap ke arah gadis bangsawan yang menangis itu.

"Astaga? Siapa yang membuat nona muda ku menangis?" tanya nya yang mengusap air mata gadis itu.

"Aku..."

"Aku rindu bibi..."

Cyra berbicara dengan masih menyendat-sendat ia cegukan karna tangisan nya.

"Anda tidak boleh menangis, jika Tuan Duke melihat anda, nona bisa di hukum." ucap Catherine dengan lembut.

Cyra masih tak bisa berhenti, melihat seseorang yang masih hidup, bernapas dengan suhu tubuh yang hangat membuat nya merasa begitu bahagia sampai menitikkan air mata nya.

"Bibi?" panggil nya setelah ia rasa cukup untuk tangisan nya.

"Ya? Saya siapkan air mandi nona?" tanya Catherine yang mengusap mata gadis itu.

Cyra menggeleng, "Sekarang. Aku akan melindungi Bibi..."

"Aku akan terus melihat Bibi untuk waktu yang lama..." ucap nya dengan senyuman tipis.

Catherine hanya tersenyum ia mengecup dahi anak manis itu dan mengusapkan elusan selamat malam di kepala nya.

"Ya, saya juga akan melindungi nona apapun yang terjadi." ucap wanita itu yang menganggap jika gadis yang berada bersama nya saat ini sudah seperti putri kandung nya sendiri.

...

Cyra berada di kamar nya, setelah kembali ke mansion nya ia juga mengunjungi kedua saudari kembar nya yang sebelum nya di lempar sebagai wanita penghibur untuk para prajurit brutal.

"Kak Tarrant masih di daerah wilayah, aku harus cepat meminta nya untuk kembali..." gumam nya lirih.

Ia memerlukan pelajaran pedang dari sang kakak, walau umur nya sudah cukup terlambat untuk belajar.

Terlebih lagi ia memang membutuhkan sang kakak untuk beberapa hal. Karna pria itu lebih tau tentang dunia di bandingkan diri nya.

Cyra berpikir sejenak dan kemudian menuliskan sebuah surat untuk di kirimkan ke wilayah di tempat sang kakak saat ini yang tengah mengurusi wabah.

Seharusnya wabah itu selesai setelah satu tahun mendatang namun ia tak bisa menunggu selama itu.

Di surat nya berisi tentang permintaan sang kakak untuk kembali dan juga cara menangani wabah yang berada di wilayah itu.

Entah mengulang masa lalu atau melihat masa depan. Yang pasti ia mengalami hal-hal serupa seperti yang ia lihat di tidur panjang nya.

"Kalau tidak salah sebentar lagi aku akan mendapat undangan kaisar." ucap nya lirih.

Cyra menarik napas nya, saat ini ia masih gadis bangsawan biasa yang berumur 12 tahun dan masih tak bisa melakukan apapun bahkan dengan kekuatan yang ia miliki.

"Edward masih hidup kan?" gumam nya lirih yang tentu mengingat seseorang yang menjadi cinta pertama nya yang berakhir tragis.

Tinta dari ujung pena yang tajam itu melukai nya tanpa sengaja saat pikiran nya masih berlabuh memikirkan cinta pertama nya.

"Ack!" Cyra tersentak namun sekejap kemudian wajah nya tampak datar karna rasa sakit di ujung jemari nya seperti bukan apa-apa untuk nya saat ini.

"Darah?" gumam nya lirih.

"Oh iya!" ia langsung bangun, mencoba mencari tanah dan berusaha mengingat sesuatu.

Aliran mana di tubuh nya terkumpul namun masih berantakan.

Fokus yang terpusat dan berusaha mengatur nya hingga ke ujung jemari kecil nya.

Sinar putih datang, sesuatu yang tumbuh keluar dari ujung tangan nya menjadi tunas dan bunga yang cantik saat ia memikirkan nya.

"Aku bisa..." gumam nya lirih dengan senyuman.

Seharusnya ia menumbuhkan tanaman saat berusia 17 tahun di saat seharu setelah pesta debutante nya.

Namun ia sudah melakukan nya lebih dulu sekarang, "Kalau bunga ini beracun akan lebih baik kan?" gumam nya yang melihat ke arah bunga Lily yang mekar dengan indah itu.

"Ya, aku akan menumbuhkan bunga beracun untuk Kekaisaran ini." senyuman nya naik, kali ini tak ada lagi pikiran polos yang naif untuk diam di segala kondisi.

Terpopuler

Comments

ν⃟α͢иͮуᷠαᷨ

ν⃟α͢иͮуᷠαᷨ

kesempatan kedua untuk cyra 😊

2023-02-01

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!