Dengan wajah yang ditekuk, Zain meninggalkan mang Ucok tanpa pamit, laki-laki berumur 27tahun itu berjalan memasuki hunian mewah itu.
Di Sana di ruang tengah...
"Zain?" Panggil Flora dengan suara lembutnya, menoleh Zain yang merasa namanya di panggil.
"Iya nek? Ada apa?" Zain mendekati nenek tua yang duduk di kursi roda itu.
"Kamu pasti bosan ya di desa? Sana jalan-jalan, ada mobil Kaira di garasi, ajak mang Ucok kalau pekerjaannya sudah selesai." ucap Flora dengan mengelus bahu cucu tampannya itu.
"Loh emang nya mang Ucok sudah pulang?" tanya Annisa yang baru saja datang dari arah dapur.
"Sudah kok, tadi nenek dengar motornya." sahut Flora dengan menatap Annisa yang berdiri disampingnya.
"Lah mending sama Kaira aja kalau jalan-jalan, kalau sama mang Ucok, mana klop dia, masa anak muda jalan sama orang tua, yang ada ntar diceramahi sama mang Ucok biar cepet-cepet kawin, hahaha... " Tawa Annisa pecah setiap kali ia meledek adik sepupunya itu.
"Mbaaaaaakkk!!! Jangan mulai deh!" semakin merengut wajah Zain, kucel bagai kain kusut tak di setrika.
"Niiiisss!!!" Kali ini Flora menegur cucu cantiknya itu.
"Hehehe... Inggih eyang putri." dengan cengengesan Annisa menyahut, kemudian berjalan keluar dari ruang tengah itu, Flora hanya menggeleng pelan kepalanya.
Dan ketika ia sampai di samping Zain, "Awas ntar jadi bujang lapuk." bisik Annisa.
"Mbaaaaaaakkk!!!" teriak Zain, sedangkan Annisa berlari dengan tawa nya yang menggelegar.
"Hemz... dahlah nek, Zain mau tidur aja!" gerutu Zain dengan melangkahkan kakinya menuju lantai dua bangunan mewah itu.
Mata sayup wanita tua itu hanya menatap kepergian cucunya, dulu ibu Zain yang bernama Mariana pun juga menikah di usia yang terbilang cukup tua makanya umur Annisa dan Zain cukup berjarak, Annisa yang sudah 45 tahun sedangkan Zain baru 27tahun.
...~∆∆∆🌼∆∆∆~...
Hari mulai menjelang petang, tapi Kaira masih sibuk berlatih di dalam gedung Padepokan milik senior tampannya.
"Kak Julio, kuliah ambil jurusan apa?" tanya Kaira dengan menendang juga memukul samsak yang ada di hadapannya, dan Julio mengawasinya di samping gadis itu.
"Fakultas Ekonomi." singkat sahutan Julio, tapi itu cukup membuat Kaira merasa berbunga-bunga bisa bercakap dengan senior yang ia idolakan itu.
"Ini udah sore lo Kai, kamu nggak mau pulang? Kasihan itu lo Risa nungguin." ucap Julio kemudian.
"Oh ya ampun, apa ini? Kenapa perhatian sekali, bahkan dia mengingatkan kalau waktu pulang sudah tiba." Batin Kaira dengan mengulum senyuman. Gadis itu menganggukkan kepala kemudian berjalan menuju ruang ganti.
Seorang gadis dengan umur lebih senior dari Kaira berjalan mendekati Julio, "Gimana?"
"Seperti yang lo liat, dia bakal nurut sama gue."
"Tapi jangan sampai lo tertarik sama dia!"
"Tenang aja, yang penting Padepokan kita maju dan kemenangan ada di tangan kita."
"Lo yakin, nggak akan tertarik sama dia?"
"Nggak akan, lagi pula, lo lebih menarik dari pada dia."
"Ish... gombal!"
"Tapi lo suka, kan?" Julio tersenyum dengan mencubit gemas dagu gadis yang ada di sampingnya.
"Kak? Aku pamit dulu ya?" Kaira yang baru saja selesai dengan ganti bajunya mendekati Julio yang tengah berbincang dengan seorang gadis.
Betapa terkejutnya Kaira melihat itu, matanya membulat senyum lebar ia tampilkan di sana, "Wah kak Dessy juga di sini? Kok baru keliatan?" sopan gadis remaja itu menjabat tangan senior cantik nya itu.
"Kamu nya sibuk liatin samsak sih, jadi akunya nggak keliatan dong, atau jangan-jangan ke cantik kan aku tertutup dengan wajah tampannya kak Julio?" sedikit menggoda Dessy menyenggol siku Julio.
Memerah sudah wajah Kaira, gadis itu menunduk dengan menggigit bibir bawahnya.
"Oh iya sudah sore kita pamit dulu ya kak?" pamit Kaira yang segera disusul oleh Risa.
Kedua gadis SMA itu kini berjalan keluar dari gedung Padepokan milik Julio.
"Kai" bisik Risa dengan memundurkan motornya yang ia parkir kan di depan gedung.
"Hem?" sahut Kaira masih dengan senyum-senyum bahagianya.
"Awak mu ngroso gak seh, nek kak Julio karo Kak Dessy ono something?(Lo ngerasa nggak sih, kalau kak Julio sama kak Desay ada something?" Jujur saja ucapan Raisa itu membuat hati Kaira merasa sesak.
"Yo wis ah, ben ae! Dudu urusanku! (Ya udahlah, biarin aja! Bukan urusanku!" Ya, walaupun begitu sahutan Kaira, tapi jujur saja hati nya yang semula berbunga-bunga itu mendadak mendung seperti kata mas Faisal si Vokalis klebus tekan atiku.
Kedua gadis itu segera meluncur menyusuri jalanan, yang jelas Risa bertanggung jawab mengantarkan Kaira pulang sampai ke rumahnya.
...~∆∆∆🌼∆∆∆~...
Setibanya di depan gerbang besi yang menjulang tinggi, kuda besi milik Risa berhenti di sana.
"Suwun yo bestie, mampir sik yok! (Makasih ya bestie, mampir dulu yuk!)" ajak Kaira dengan kaki yang sudah menapak di jalanan.
"Wis meh Maghrib iki, aku langsung wae yo! (Udah mau Maghrib ini, aku langsung saja ya!)" sahut Risa yang langsung di angguki oleh Kaira, setelah itu Risa kembali menarik gas dan melaju dengan cepat.
Menghela nafas Kaira menatap bangunan megah yang ada di balik pagar besi yang menjulang tinggi.
Perlahan gadis remaja itu berjalan mengendap-endap, saat kakinya melalui samping rumah, Kaira masuk melalui pintu belakang.
Ya... lantai dapur lah yang ia pijak pertama, kemudian dengan mata yang terus mengawasi kesana-kemari gadis itu berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai bawah dengan lantai dua dimana kamarnya terletak.
Dengan sangat hati-hati Kaira menapaki satu demi satu anak tangga itu, kini Kaira sudah berdiri di depan kamarnya dan ketika tangan nya memegang handel pintu tiba-tiba...
"Dari mana saja?" suara laki-laki dengan aroma parfum maskulin membuat Kaira terdiam.
Sungguh jantungnya berdetak begitu cepat, "Modiyar aku! (Mampus gue!)" batin Kaira dengan memejamkan matanya.
Perlahan gadis itu menoleh kearah sumber suara, tatapan tajam, gadis itu dapati, ketika kedua netra bulatnya bertemu dengan wajah tampan Uncle nya.
"Bisu ya?!" Semakin garang saja Uncle Zain ini, apalagi dengan nada yang terdengar sangat tidak bersahabat itu.
"Masih mau diam saja? Hem?!" sekali lagi Zain menegur keponakannya itu.
"Maaf Uncle, Kaira pulangnya telat." lirih gadis itu dengan menundukkan kepalanya.
Terdiam Zain mengamati Kaira yang kini malah terlihat lucu, kemana gadis galak yang selalu memasang tampang garang?
Kemana gadis yang berani melotot menatap balik wajah tampan yang kini ada di hadapannya?
Sungguh sifat Kaira berubah drastis, gadis itu menjadi diam dan nurut, saat dirinya bersalah.
"Kemana saja?" tanya Zain masih dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Da... Dari padepokan." sahut Kaira jujur, gadis remaja itu sudah berada di tempat yang salah maka dari itu tak berani untuk berbohong.
"Padepokan?" tanya Zain dengan memicingkan matanya.
"I... iya Uncle." masih dengan tergagap gadis itu menjawab. Tanpa pikir panjang Zain meraih lengan Kaira, ditariknya gadis itu menuju sebuah ruangan.
"Lepas!" ucap Zain setelah keduanya sampai di ruangan yang penuh dengan perlengkapan olahraga, ya...di ruang fitnes lah keduanya kini berada.
"Ma... maksud Uncle?"
"Lepas tas mu! Dan ganti sekarang dengan baju gulat mu, kita duel!" ucap Zain dengan menggulung lengan panjang kemeja hitamnya.
Dengan gerakan pelan Kaira meletakkan tas punggungnya, kemudian melepas juga seragam putih abu-abunya.
Ya... kini tersisa celana legging hitam dengan panjang selutut dipadu dengan atasan T-Shirt berwarna senada.
Zain tak pernah sedikitpun melepaskan pandangannya dari tubuh Kaira, sedikit menelan saliva yang terasa mencekat, tak bisa dipungkiri, Zain mengakui tubuh keponakannya begitu indah apalagi dengan dada dan pantat yang proposional, pas sekali dengan tinggi badannya.
"Sudah siap?" tanya Zain dengan memalingkan wajahnya, tak terasa kini wajah Zain memerah, mungkin ia malu dengan otak mesumnya, bisa-bisanya ia berpikir kalau keponakannya yang masih duduk di bangku SMA itu memiliki tubuh yang seksi.
Kaira hanya mengangguk dengan kaki dan tangan yang bersiap untuk menerima serangan. Bahasanya mungkin Kaira sudah memasang kuda-kuda.
Fokus mata tajam Kaira terarah pada Uncle tampannya, berusaha gadis itu membaca gerakan lawan barunya itu.
Cukup lama keduanya hanya berdiri, Kaira yang tidak sabar menanti, akhirnya gadis itu menyerang terlebih dahulu, ia mengarahkan bogem nya tepat di wajah tampan Uncle nya.
Tapi dengan gesit Zain menangkis serangan yang sudah terbaca itu.
Tangkisan pertama Zain mampu membuat Kaira gemas, hingga gadis itu kembali menyerang di tempat yang sama tapi menggunakan tangan yang lainnya.
Kali ini bukan tangkisan yang Zain lakukan, melainkan tangkapan yang tepat.
Zain menarik lengan putih mulus yang sedikit berotot itu, hingga wajah Kaira hampir menabrak wajah tampannya.
"Hey... Hey... Hey... Santai saja Baby, tangan mu tak bisa menyentuh wajah ku, dan kini kau menggunakan wajah cantikmu ini untuk mengelabuhi ku?" bisik Zain yang membuat wajah Kaira memerah.
Zain masih setia dengan mencengkeram sebelah tangan Kaira, namun Kaira tidak sebodoh yang Zain kira.
Tangan Kaira yang lain masih bebas, hingga ide jail menerbitkan senyum nakal di wajahnya, dan SRET!! rem-asan kuat Kaira lakukan di bawah sana.
"Auwwhhh!!!" Teriak Zain dengan memegangi aset berharganya.
Setelah terbebas dari Zain, Kaira melenggang meninggalkan Zain yang masih meringkuk merasakan nyeri di bagian intinya.
"Kaira! Awas kau! Dasar gadis nakal!" Teriaknya dengan menahan rasa sakit...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ohh Astaga ternyata Kaira cuman di manpaatin doang,Kasian kamu Kai..
2024-12-04
0
Qaisaa Nazarudin
Oh Astaga Kaira berani nya😅😅😜
2023-03-28
0