"Ya sudah, kalau gitu kami permisi."
"Oh, Oke terima kasih."
Sansan Dan Mina keluar dari rumah bule itu dengan hatu berbunga dan pikiran yang berkelana. Tanpa mereka sadari ada pasang mata yang menatap penuh benci ke arah mereka.
"Kan kita keduluan!" protes salah satu dari dua orang yang menatap ke arah janda tadi. "Kamu sih rias wajahnya kelamaan, kita jadi kalah cepat tuh sama para janda."
"Udah deh jangan bawel, sekarang kita jalan. Kita juga jangan sampe kalah sama janda itu. Ayok."
Dua wanita yang statusnya masih gadis itu melangkah dengan percaya diri menuju ke rumah bule dengan membawa sesuatu di dalam kantung plastik hitam. Dengan keyakinan yang sangat tinggi, keduanya mengetuk rumah bule itu dengan sangat ramah.
Sesuai harapan mereka, dua bule itu menerima dengan baik para tamunya. Mereka juga saling kenalan satu sama lain. Setelah menyampaikan tujuaan kedatangan ke rumah bule, dua gadis yang memperkenalkan dirinya atas nama Nola dan Wina itu langsung pamit. Mereka melenggang dengan dari rumah bule dengan perasaan yang cukup senang.
"Kenapa penduduk wanitanya pada perhatian banget ya sama kita?" tanya Mike sembari mengenakan pakaian pemberian para tamunya tadi.
"Ya karena mereka suka sama kita," jawab Josh. "Lihat saja tadi cara mereka memandang kita, bener bener pandangan wanita yang ingin dimakan."
"Hahaha ... benar. Cuma sepertinya mereka memang masih jual mahal. Kita rayu sedikit pasti udah pasrah mereka."
Josh pun ikut terkekeh, "Maka itu, mumpung mereka pada suka, kita bisa memanfaatkan mereka untuk menemukan berlian bulan biru."
"Ah iya, Baiklah."
Sementara itu, di kampung yang sama tapi di dalam hutan, nampak tiga pria sedang duduk disebuah batang kayu. Mereka sepertinya sedang melakukan pembahasan yang sangat serius. Dari raut wajah yang terlihat, mereka nampak dalam kemarahan karena sesuatu.
"Bagimana ini? kita harus menemukan berlian itu secepatnya?" salah satu dari pria itu nampak gusar.
"Kita cari petunjuk dimana lagi? Benar benar jalan kita buntu," yang lainnya menimpali. "Aku sih yakin, salah satu dari penduduk sini, pasti ada yang sudah menemukannya."
"Aku juga mikirnya gitu. Kita itu harus menggertak warga sini."
"Warga sini harus dibuat takut dan tunduk pada kita."
"Apa kita sebaiknya minta bantuan saja pada bos kita? Kalau yang datang orangnya Tuan Arnold, pasti orang sini banyak takutnya."
"Nah, betul itu! Kalau begitu sebaiknya kita pergi dulu dari sini buat menghubungi si bos."
"Sipp, ayo!"
Ketiga orang itu langsung beranjak meninggalkan hutan menuju motornya untuk menuju tempat dimana ada sinyal untuk menghubungi bos mereka.
Hingga hari kembali berganti, kini Josh dan Mike sudah siap menjalankan tugasnya. Tempat mereka mengajar dihari pertama adalah sebuah sekolah dasar yang ada disana. Dua bule itu disambut baik oleh guru yang ada disana.
Josh dan Mike merasa miris dengan keadaan sekolah tersebut. Bangunan itu seharusnya sudah direnovasi. Atapnya banyak yang jebol. Temboknya banyak yang berlubang, lantai yang retak dan tidak rata. Belum lagi fasilitas yang digunakan. Keadaan semakin memprihatinkan karena dari banyaknya murid, rata rata mereka tidak memakai sepatu. Baju yang mereka pakai juga nampak lusuh. Sungguh sangat jauh dari layak.
Meski awalnya mengalami kesusahan saat berinteraksi dengan para murid, Josh dan Mike akhirnya mampu memberi mereka pelajaran dengan cara yang menyenangkan. Bantuan guru pendamping juga mempengaruhi lancarnya kegiatan belajar mengajar mereka.
"Nona, apa sekolah ini tidak ada biaya? Kenapa sekolahnya tidak diperbaiki?"tanya Josh pada guru yang mendampinginya mengajar. Meski bahasanya belepotan, tapi ucapan Josh masih bisa di mengerti. "Lihat! Sekolah harus segera diperbaiki."
Wanita berseragam guru itu lantas tersenyum kecut. "Jangankan biaya untuk perbaikan sekolah, Tuan. Untuk gaji kami juga kadang tidak ada."
"Apa!" Josh nampak terkejut. "Bagaimana bisa?"
Sang guru kembali tersenyum. "Faktanya seperti itu. Kita juga sudah berusaha meminta bantuan, tapi yah entah kapan bantuan itu akan turun."
"Apa tidak ada cara lain? Bagaimana penduduk sini bisa maju kalau fasilitas pendidikannya kurang memadai seperti ini?"
Lagi lagi hanya senyuman serta gelengan kepala yang mampu guru itu berikan sebagai jawaban. Hingga mereka berpisah, Josh masih memikirkan keadaan yang baru saja dia ketahui.
"Kamu kenapa, Josh? Kok bengong?" tanya Mike saat keduanya sedang berjalan kaki menuju tempat berikutnya mereka mengajar.
"Nggak kenapa kenapa. Aku hanya miris aja melihat keadaan sekolah itu. Benar benar tak layak disebut sekolahan," balas Josh yang tiba tiba merasa kesal. "Masa kecil kita juga susah. tapi nggak seperti ini keadaannya."
Mike terenyum gemas. "Udah, jangan terlalu dipikirin. Sekarang mungkin kita akan bersenang senang."
"Bersenang senang?"
"Ya, kita akan mengajar para janda, bukankah itu menyenangkan?"
Raut wajah Josh seketika langsung berubah. "betul! Hahaha ..."
...@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
netizen maha benar
bantulah para warga josh..uang mu psti bnyk kan
2023-03-02
0
Bunda windi❤ 💚
sungguh memprihatinkan sekolahan nya bener-bener desa tertinggal ..
belajar yang bener ya para janda 🤧
2023-02-20
1
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
ajar goyang 😀eh ajar apa sih belajar bahasa asing ya
2023-02-09
3