"Bagaimana? Apa mayat mereka sudah ditemukan?"
"Maaf, Tuan. Kami belum menemukan petunjuk apapun."
langkah pria bertuxedo itu seketika terhenti dan berbalik badan menatap tajam pada seseorang yang baru saja menjawab pertanyaannya. "Hanya mencari dua orang saja sampai detik ini kalian tidak menemukkannya? Kerjaan kalian ngapain aja sebenarnya, hah!"
"Maaf, Tuan. Kami sudah menyusuri ke area sekitar, tapi ..."
"Susuri juga pulau pulau di sekitarnya. Sebar berita palsu kalau mereka pembunuh yang sedang dicari. Masa gitu saja harus aku yang turun tangan?"
"Lakukan saja perintah Tuan Smitt!" titah orang kepercayaan pria bertuxedo tadi.
"Baik, Tuan."
Pria yang dipanggil Tuan Smitt menjatuhkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Wajah pria yang masih terlihat gagah di usianya yang tidak lagi muda itu terlihat tegang dan penuh rasa amarah. Kehilangan berlian seharga triliunan rupiah cukup membuat dirinya sangat murka.
"Red, apa kamu sudah menyelidiki? Siapa orang orang terdekat Josh dan Mike."
Orang yang paling dipercaya oleh Tuan Smitt itu sedikit melonggarkan dasi yang menjerat leher kekarnya. "Sepertinya mereka memang tidak memiliki orang terdekat, Tuan. Bukankah kita sudah habisi orang panti asuhan yang membesarkan mereka. Setelah itu tidak ada lagi."
"Bahkan wanita sekalipun?"
Sang asisten bernama Red mengangguk. "Sepertinya mereka berdua tahu kalau wanita hanya akan menyusahkan langkah mereka saja. Makanya, mereka hanya menggunakan wanita sekali pakai terus buang tanpa ingin ada ikatan yang jelas."
"Cerdas juga gerak geriknya. Pokoknya Red, temukan mereka dalam keadaan hidup. Sebar berita yang buruk buruk tentag dua pencuri itu!""
"Siap, Tuan!"
"Oh iya, Red, bagaimana dengan berlian bulan biru, apa sudah ditemukan oleh pemiliknya?"
"Aku rasa belum, Tuan. Tuan Arnold sepertinya masih mencarinya."
"Bagus, kalau bisa, kita dulu yang menemukannya."
Sementara itu, orang yang dicari oleh Smitt, saat ini sedang menikmati hidangan yang tersaji di atas meja tempat tinggal mereka. Hidangan yang mereka terima dari warga sekitar cukup membuat mereka kalap karena terlalu menikmatinya.
"Sepertinya kalian sangat menikmati makanan dari penduduk sini," suara Pak Kades yang baru saja datang, sedikit mengejutkan dua bule yang sedang fokus dalam menikmati hidangan.
"Eh, Tuan! Mari masuk," pekik Josh. "Maaf, kami tidak tahu anda akan datang."
"Tidak apa apa," balas Pak Kades sembari melangkah masuk dan duduk di kursi kosong yang ada di sana. "Apa kalian betah berada di tempat seperti ini?"
Josh dan Mike tertegun mendengar pertanyan pria paruh baya dihadapan mereka. Keduanya saling tatap sejenak kemudian kembali menatap wajah Pak Kades. "Maksud Tuan?"
"Kalian kan tahu, disini tidak seramai seperti tempat kalian berasal. Bahkan disini juga jauh dari tempat tujuan kalian. Kalau malam disini tidak terlalu terang oleh cahaya lampu. Apa kalian akan betah."
Josh langsung tersenyum lebar. "Tidak apa apa, Tuan. Justru kami yang harusnya berterima kasih pada Tuan dan warga sini. Coba kalau Tuan tidak menolong kami, mungkin sebentar lagi kami akan jadi mayat."
"Hahaha ..." Pak Kades sontak tertawa kencang. "Kalian bisa saja." Dua Bule yang ada di sana lantas ikut tertawa.
"Oh iya, Tuan. Apa disini hampir semua warga tidak bisa berbahasa inggris?" tanya Josh begitu suara tawa mereka mereda.
Sebelum menjawab pertanyaan tamunya, Pak Kades menghembus nafasnya secara pelan guna menetralkan keadaan hatinya yang sidikit terkejut dengan pertanyaan yang Josh lontarkan.
"Yah seperti itulah, kemiskinan dan tempat yang terpencil menjadi faktor utama bagi warga disini meraih pendidikan yang lebih layak. Jangankan bahasa inggris, ilmu ilmu yang lain juga mereka masih kurang menjangkau. Mereka rata rata berpendidikan dasar saja sama mendapat tambahan ilmu dari kegiatan mereka. Kenapa anda bertanya seperti itu, Tuan?"
Josh tersenyum penuh arti, lalu matanya sejenak menatap Mike yang sedang kebingungan dengan sikap Josh. "Apa warga tidak akan keberatan kalau kami mengajari ilmu yang kami miliki agar mereka bisa lebih maju?"
Kening Pak Kades dan Mike sontak berkerut. Di saat Mike masih mencerna ucapan Josh, Pak Kades justru malah tersenyum lebar. "Tentu saja jika itu tidak merepotkan. Warga saya pasti akan senang dengan niat baik kalian."
"Semoga saja, Tuan."
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan segera membicarakannya dengan yang lain secepatnya."
"Oh, Silakan, Tuan."
Pak Kades segera berlalu, kini tinggal Mike yang masih tak mengerti dengan rencana Josh itu. "Apa kamu yakin, kamu akan melakukan hal itu?" Josh memberi kode dengan anggukan kepala satu kali dan senyum yang menunjukkan kalau dia serius dengan rencananya. "Apa kamu gila?"
"Anggap saja aku gila, tapi cuma ini satu satunya cara agar kita terkesan baik di mata para warga. Aku yakin cepat atau lambat, Tuan Smitt akan menemukan kita. Kamu tahu kan apa yang bisa dia lakukan? Warga sini bisa saja menjadi alat untuk kita bertahan, paham?"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Semakin kalian mendekati warga dengan rencana2 kalian maka semakin amanlah kalian karena otomatis warga akan lebih melindungi kalian dan tidak akan percaya pada gosip yang beredar nantinya.
2023-02-23
2
Bunda windi❤ 💚
lakukan rencana mu Josh selagi rencana mu itu baik dan membuat hati para warga bangga pada mu itu akan membuat dirimu bertahan
2023-02-03
2
Ani Tiara°°☆^☂⃝⃞⃟ᶜᶠ ♡~~
Waw.... rencana yg hebat Josh.
Lanjutkan rencana, dan dapatkan kepercayaan para warga ,karena tuan Smith juga merencanakn sesuatu yg buruk untuk kalian.
2023-02-02
2