Satu Juta Dolar

Acara pemakaman sudah usai. Gilbert, Resha dan Nilson menjadi orang terakhir yang meninggalkan makam Thomas.

Seorang pria baru saja tiba, ia melepaskan kacamata hitam yang di pakainya. Lalu membungkuk hormat pada Gilbert. “Saya turut berdukacita,” ucap Bryan.

Gilbert hanya mengangguk kecil. “Ayo pergi,” ucap Gilbert pada Resha yang mendorong kursi roda Gilbert.

Resha menengok ke belakang saat melihat Nilson tidak ikut berjalan. “Papa kenapa baru datang, acara pemakamannya sudah selesai lima belas menit yang lalu,” ucap Nilson.

Resha cukup terkejut, ternyata Nilson anak Bryan. Tidak ingin di curigai Resha tetap berjalan, sehingga tidak mendengar perbincangan anak dan ayah tersebut. Meskipun pikirannya terus melayang, karena setahu Resha istrinya Bryan mandul. Apa Nilson hasil hubungan gelap Bryan dengan wanita lain? Begitu pertanyaan yang muncul dalam benak Resha.

Para pengawal dengan sigap membantu kursi roda Gilbert untuk masuk ke dalam mobil. Resha duduk di samping Gilbert, dari kejauhan tampak Nilson yang sedikit berlari menuju mobil. Ia masuk dan duduk di kursi depan samping sopir.

Dalam waktu dua puluh menit kini Gilbert dan Resha sudah sampai di rumah. Resha mendorong kursi roda Gilbert sampai ke kamar.

Gilbert bangkit dari duduknya. Dengan sigap Resha membantu menahan tubuh Gilbert untuk duduk di atas tempat tidur.

“Apa aku perlu menghiburmu?” Tanya Resha.

“Tidak perlu, keluarlah aku ingin beristirahat.”

Gilbert menutup matanya, pikirannya melayang pada malam kejadian Thomas meninggal.

_-Flashback-_

Malam itu Gilbert duduk termenung di meja kerjanya. Ia melirik jam di tangannya. Sudah waktunya untuk bertemu namun orang suruhan Gilbert belum juga sampai.

Pintu terdengar di ketuk dari luar. “Masuk,” titah Gilbert.

Orang suruhannya muncul dari balik pintu, ia berjalan dan menunduk hormat pada Gilbert.

“Ada berita penting apa yang ingin kau sampaikan?”

Pria tersebut mengambil sebuah map dari dalam tasnya. Menyerahkan berkas tersebut pada Gilbert. “Berkas kematian Tuan Thomas, serta penyebabnya.”

Gilbert membuka halaman demi halaman, tak ada yang aneh. Namun di bagian akhir ia mendapat kejutan. Di duga seorang telah merencanakan pembunuhan Thomas. Bahkan ada seorang pengkhianat dari pengawal Thomas. “Kau sudah menemukan pembunuh ayahku?”

Pria tersebut mengangguk, ia menunjukkan beberapa foto dari bawahannya.

Gilbert terdiam melihat hasil foto tersebut. Satu foto milik Queresha yang ada di depan rumah, satu lagi foto yang menunjukkan wanita yang memakai topi dan masker. “Kenapa foto ini yang kau tunjukkan, kau pun harusnya ingat aku sudah memerintahkanmu untuk mengikuti Queresha yang pergi ke rumahnya.”

“Kedua foto tersebut adalah nona Queresha. Saya sudah kirim video lengkapnya lewat email, tuan bisa mengeceknya.”

Gilbert menyalakan monitor miliknya, ia pergi ke email dan mengecek sendiri video tersebut. Video itu di tangkap dari halaman depan rumah Resha. Kekasih Gilbert masuk, selang berapa lama seorang wanita keluar dari dalam rumah dengan pakaian hitam dan wajah yang tertutup masker dan topi. “Ini hanya jebakan.”

“Masih ada file lain, tuan bisa memastikannya sendiri.”

Gilbert menekan video lainnya, ia melihat mobil miliknya yang di pakai Resha masuk ke sebuah tempat parkir umum. Selang menit sebuah mobil keluar dari sana. Dan video tersebut menunjukkan bahwa mobil dari tempatnya parkir umum tersebut masuk ke dalam basemen hotel Thomas. “ Carikan bukti lain, ini saja belum cukup untuk membuktikan Queresha pembunuhnya.”

“Baik tuan.”

_-Flashback Off -_

Resha memilih pergi ke dapur, di sana ada beberapa orang yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam nanti. “Tolong buatkan Torta Maria Luisa dan dua cangkir kopi.”

“Baik nona,” jawab kepala pelayan.

Resha duduk di pantry mengecek ponselnya. Beberapa laman berita tentang kematian Thomas memenuhi halaman. Ada yang memberitakan jika rancangan kolam yang kurang kokoh, dan ada juga laman yang mengambil kesimpulan jika Thomas bunuh diri. Dalam benaknya Resha tersenyum puas, barang hitam memang terbaik. Ledakan dari bom kecil tersebut tidak meninggalkan bunyi dan bekas. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan yang mengerah pada pembunuhan.

Sudah satu jam lebih Resha duduk sambil mengecek ponselnya. Ia bangkit dari duduknya karena pantatnya terasa kebas.

“Ini nona, pesanannya.”

Resha menerima nampan berisi dua gelas kopi dan Torta Maria Luisa, cake asal Kolombia yang cocok menjadi teman untuk meminum kopi.

Resha berjalan menuju kamar mereka ia membuka pintu kamar. Ternyata Gilbert masih dalam posisi duduknya memperhatikan Resha yang masuk. Resha menyimpan nampan ke atas meja kecil. Lalu duduk di samping Gilbert.

“Kafein dan makanan manis dapat membantu memulihkan mood, aku harap kau bisa merasa lebih baik,” ujar Resha. Ia mengambil potongan Torta Maria Luisa ke dalam pisin. Tangan Resha memotong cake dan menyuapi Gilbert, namun suapannya tertahan karena Gilbert tidak membuka mulutnya.

“Buka mulutmu, ini sangat lembut dan manis,” goda Resha.

Gilbert membuka mulutnya dan menerima suapan Resha. Ada banyak hal yang mengganggu di pikiran Gilbert. Wanita cantik di depannya ini adalah kekasihnya, namun mengapa Resha tega membunuh Thomas.

Gilbert mengunyah cake yang ada di mulutnya, ia mengambil secangkir kopi dan menyesapnya. “Terima kasih.”

Bibir Resha tersenyum, ia kembali menyuapi Gilbert. Ada bagusnya Resha terpikir untuk menghibur Gilbert, sebuah kemajuan yang cukup memuaskan bagi Resha. Kini ia hanya tinggal menyingkirkan Nilson dan Bryan. Mungkin kali ini ia tidak akan turun tangan, karena terlalu berisiko.

“Apa yang membuatmu memiliki semangat untuk tetap hidup setelah kematian orang tuamu?”

Resha menghentikan gerakannya yang hendak meminum kopi miliknya. Ia menatap ke arah Gilbert. “Aku akan tetap hidup meski tanpa orang tua, karena aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan tuhan untukku.”

Gilbert memeluk tubuh Resha sangat erat. “Aku mencintaimu Resha,” ucap Gilbert sungguh-sungguh. Bahkan di saat hatinya gundah akan perbuatan Resha tapi ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia tidak bisa mengusir Resha dari hidupnya.

Jantung Resha seperti berhenti seketika mendengar ucapan Gilbert. Bahkan tangannya yang memegang cangkir hampir terlepas dari pegangannya. Namun Resha segera menyadarkan dirinya. “Benarkah?”

Gilbert melepas pelukannya dan menatap Resha lekat-lekat. “Kau tidak mempercayai ucapanku?”

Resha menadahkan tangannya di hadapan Gilbert. “Satu juta dolarku,” pinta Resha dengan senyuman di bibirnya. Senyuman yang ia tunjukkan bukan karena bahagia mendapatkan uang Gilbert, tapi sedikit lagi ia akan menguasai Red bold.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

omegat Resha nggak ada basa basinya lgsg mnta uang 😄😄

2023-02-05

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat💪💪💪💪💪

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!