Misi Pertama

Gilbert membawa Resha ke rumah pribadi miliknya. “Kau akan tinggal bersamaku di sini,” tutur Gilbert.

Resha berjalan masuk ke dalam rumah meneliti setiap detail ruangan yang ada di sana. Bahkan Resha menghitung kamera keamanan yang terpasang.

Lima orang pelayanan menghampiri Gilbert dan Resha. Mereka membungkuk memberi hormat. “Tuan, nona Vivian sedang menunggu Tuan di kamar,” ucap kepalanya pelayanan.

Resha mengikuti langkah Gilbert. Langkahnya terhenti di ambang pintu, ada rasa sungkan dalam dirinya. Bagaimana pun juga Resha hanya orang baru, dan tidak boleh semena-mena agar ia dapat bertahan lama sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.

Wanita bernama Vivian sangat cantik, tubuhnya bak model. Rambutnya yang mengkilap tertata rapi. Baju yang ia gunakan pun dari merek ternama. Tanpa ragu Vivian memeluk tubuh tegap Gilbert. “Aku sangat merindukanmu sayang.”

Gilbert mendorong tubuh Vivian ke dinding. Tangannya mencengkeram kuat leher Vivian. “Kau sudah aku buang, jadi enyahlah dari hadapanku. Atau kau akan mati.”

Vivian meraup udara sebanyak-banyaknya saat tangan Gilbert lepas dari lehernya. Ia bersujud di kaki Gilbert tanpa rasa malu. “Jangan seperti ini Gilbert, aku yakin kau masih membutuhkanku.”

Gilbert menatap Resha. “Bunuh dia!”

Resha menarik rambut wanita itu dari kaki Gilbert.

“Aaah sakit, lepaskan bodoh!” Vivian menahan rambutnya yang di tarik wanita suruhan Gilbert.

Resha cukup kesal mendengar, ia menjedotkan kepala Vivian pada sudut meja sebanyak dua kali hingga kehilangan kesadaran. Resha melepaskan tubuh Vivian yang ambruk ke lantai. Resha tidak ingin masuk ke dalam jebakan, bagaimana pun juga ia harus berhati-hati dan tidak boleh bertindak gegabah. “Aku belum menandatangani kontrak, dan tidak ada surat perintah secara resmi untuk membunuh wanita ini.” Tatapan Gilbert tampak sangat menakutkan di mata Resha.

“Kau bawahanku, jadi lakukan perintahku sekarang juga!”

Resha melipat kedua tangannya di dada. “Tidak mau,” tolak Resha.

Gilbert mengambil iPad, membuka kontrak kerja yang sudah di buat oleh Nilson. “Cepat tanda tangani dan bunuh dia.”

Resha menerima iPad pemberian Gilbert, dan membacanya secara saksama. Tidak ada yang aneh dalam kontrak kerja tersebut, ia melepaskan pen yang ada di iPad tersebut dan menandatanganinya.

Resha mengembalikan Ipad-nya pada Gilbert, lalu menarik kaki target masuk ke dalam kamar mandi. “Merepotkan saja, aku pembunuh bayaran terkenal di suruh mengurus wanita murahan seperti ini,” gerutu Resha dengan nada rendah.

Kedua tangan Resha menarik bagian atas tubuh Vivian, dan menekuk kepala Vivian agar masuk ke dalam bathtub yang sudah penuh terisi air. Tangan Resha menahan kepala Vivian agar tetap di dalam air.

Resha melihat jam di pergelangan tangannya, ia menempelkan dua jarinya di leher Vivian untuk memeriksa denyut nadi leher Vivian. Setelah memastikan targetnya sudah kehilangan nyawa, Resha melepaskannya begitu saja.

Keluar dari kamar mandi Resha tidak menemukan keberadaan Gilbert, namun ada seorang pelayan wanita yang berdiri di sana.

“Tuan Gilbert sedang menunggu Nona,” ujar pelayan.

“Antarkan aku ke tempat Gilbert.”

“Baik nona, mari ikut saya.”

Resha dan pelayan tersebut naik masuk ke dalam lift. Sampai di lantai empat pintu lift terbuka, dan pelayan tersebut keluar di ikuti Resha yang mengekor.

Tepat di depan sebuah pintu pelayan tersebut mengetuknya. Hingga terdengar suara Gilbert dari dalam yang menyuruh untuk masuk.

Pelayan tersebut membukakan pintu untuk Resha. “Silahkan Nona.”

Resha melangkahkan kakinya, tatapannya langsung bertemu dengan Gilbert yang tengah membuka tuksedonya. “Aku sudah menyelesaikannya.”

“Kemarilah!”

Resha mengikuti perintah Gilbert untuk mendekat, ia memberikan jarak di antara mereka. Namun tangan Gilbert menarik pita yang melingkar di pinggangnya Resha sehingga tubuhnya maju dan menabrak tubuh Gilbert.

“Sayang, aku ingin memiliku detik ini juga.” Resha hanya bisa pasrah saat tangan Gilbert melucuti dress yang di pakai Resha.

Gilbert menjelajahi tubuh Resha, mencari titik sensitif kekasihnya. Jemari Resha mencengkeram kuat bahu Gilbert, saat tubuhnya merasakan sensasi yang berbeda akibat bibir Gilbert yang bermain di bukit kembarnya.

Gilbert membawa tubuh Resha ke tempat, tidur. Tangannya membuka sepatu tinggi Resha. Ia membuka paksa kemeja yang di kenakannya hingga seluruh kancing bajunya terlepas semua.

Resha cukup takjub dengan badan kekar milik Gilbert, bahkan saat tubuh Resha di tindih Gilbert ia dapat melihat dengan jelas otot-otot Gilbert dari dekat.

Gilbert menyambar bibir Resha, mereka berci’uman dengan cukup ganas meskipun permainan Resha tidak mahir. Bibir mereka memang bersatu namun tangan nakal Gilbert melepaskan pakaian yang tersisa di tubuh Resha.

Setelah melewati tahap awal, kini Gilbert segera membuka menu utamanya. Ia merasakan sesuatu penghalang dalam kelembutan Resha. Ia menatap wajah Resha yang terpejam dengan wajah yang meringis. Ringisan Resha malah menimbulkan rasa tidak sabar Gilbert untuk masuk lebih dalam lagi. Gilbert mengentakkan miliknya hingga masuk sempurna ke dalam kelembutan Resha.

Resha merasakan sakit di bagian miliknya, tangan Resha semakin kuat mencengkeram bahu Gilbert.

Gilbert menggerakkannya secara perlahan, agar Resha dapat menikmati permainannya. Satu jam sudah Gilbert menikmati tubuh Resha, hingga akhirnya mereka menemukan puncak kenikmatan secara bersamaan.

Deru nafas Gilbert sangat cepat, ia cukup kelelahan. “Kau menyukainya sayang?”

“Iya,” jawab Resha singkat. Ia tidak tahu bahwa bercinta dengan Gilbert ternyata senikmat ini.

***

Pagi itu Resha mulai bekerja untuk Red Bold. Ia di antar menuju gedung khusus untuk pembunuh bayaran. Seorang wanita menyambut kedatangan Resha dengan wajah meremehkan. “Tugas untukmu hari ini juga,” ucap Anny. Seorang pembunuh bayaran wanita satu-satunya di Red Bold. Namun kali ini ia memiliki saingan.

Resha menerima berkas tersebut dan mulai membacanya. Ia pergi ke ruangan khusus yang sudah di siapkan oleh Gilbert untuk Resha.

Seorang pria mengetuk pintu ruangan Resha. “Masuk,” jawab Resha dari dalam.

Pria tersebut masuk dan membungkuk hormat pada Resha. “Saya Diaz, asisten yang akan membantu Nona selama bertugas.”

“Antar saya, ke ruang senjata.” Pinta Resha.

Resha cukup takjub melihat kelengkapan senjata yang di miliki Red Bold. Ia mengambil Jagdkommando yang ada di sana, sayang warnanya silver dan Resha lebih suka yang hitam. “Sediakan Jagdkommando hitam untukku.”

“Baik Nona.” Diaz keluar dari sana untuk meminta di persiapkan keinginan Resha.

Pandangan Resha meneliti deretan senapan sniper yang berjajar rapi, pilihannya jatuh pada senapan sniper Barrett M82. Ia juga mengambil beberapa pistol untuk berjaga-jaga.

Resha kembali ke ruangannya dengan membawa senjata untuk bertugas siang ini. Ia meneliti untuk yang kedua kalinya isi berkas tersebut.

Diaz kembali ke ruangan Resha beserta permintaan Resha. “Ini nona.”

“Simpan di meja, dan bersiaplah untuk pergi lima belas menit lagi,” perintah Resha. Ia masuk ke dalam ruang ganti, mengambil kemeja putih yang membentuk lekuk tubuhnya serta celana tactical berwarna hitam.

Selesai dengan pakaiannya Resha segera mengemasi barang-barangnya. Diaz datang tepat waktu, memberikan kunci mobil kepada Resha. Resha menerimanya lalu memberikan headset untuk mereka berkomunikasi.

“Apa nona butuh asisten yang akan menemani nona?”

Resha memasangkan headset ke telinganya. “Tidak perlu aku bisa sendiri, jaga dirimu baik-baik.” Resha menepuk pundak Diaz dan keluar dari ruangannya beserta barang bawaan miliknya.

Begitu keluar dari gedung Resha langsung di suguhkan pada mobil yang ia pakai. Beberapa orang penjaga membungkuk hormat pada Resha. Ia memasukkan seluruh barangnya ke bagasi.

Resha melajukan mobilnya melewati beberapa gedung, lalu keluar dari gerbang Red Bold.

Resha menghentikan laju mobilnya setelah sampai di lokasi. Teleponnya berdering, dengan segera Resha menerima panggilan dari bos Mafia. “Selamat siang Tuan, ada apa?”

[Bersiaplah, tiga puluh menit lagi aku akan menjemputmu untuk makan siang bersama.]

Tangan kiri Resha memegang telepon genggam yang menempel ke telinganya, sementara tangan kanannya menurunkan kotak berisi senapan. “Tidak bisa, aku sedang melaksanakan tugas.”

Di dalam kantornya Gilbert sedikit kebingungan dengan ucapan Resha. Ia segera menutup panggilannya. Pasalnya dia belum memberikan tugas untuk Resha, lalu wanita itu mendapat tugas dari siapa. Gilbert menghubungi Nilson untuk mengetahui siapa yang berani memerintah kekasihnya.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

akal"an Ani tuch buat ngerjain Resha

2023-02-04

1

Radya Arynda

Radya Arynda

ya mudah banget si reyza nyerahi ke sucianya....🙈🙈🙈🙈

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!