Aksi Gilbert

“Diam, jangan melawan.” Gilbert menahan kedua tangan Resha di samping, agar wajahnya tetap elok. Ia melancarkan aksinya untuk mencicipi bibir Resha.

Mata Resha terbuka sempurna saat benda kenyal berada tepat di atas bibirnya.

Dari sorot mata Resha yang terkejut, dapat Gilbert pastikan bahwa wanita yang ada di bawahnya tidak pandai berci’uman . Ia menarik diri dan menatap Resha lekat-lekat.

Meskipun Resha tidak pandai dalam masalah percintaan, tapi ia cukup mengerti ke arah mana ia akan di bawa oleh Gilbert. Apalagi posisi ini sangat in’tim. Tapi tidak mungkin juga Resha melarikan diri, apalagi perintah yang di berikan Gilbert mutlak. Resha juga tidak ingin kehilangan kesempatan.

“Lepaskan tanganku,” pinta Resha.

Gilbert mengikuti permintaan Resha. Satu hal yang tidak Gilbert duga ialah tangan Resha yang tiba-tiba melingkar di belakang lehernya, menuntun wajah Gilbert semakin mendekat.

Resha membuang jauh-jauh rasa malunya. Saat wajah mereka sangat dekat Resha menc’ium bibir Gilbert, dengan gerakan perlahan ia mencoba menikmatinya.

Gilbert menahan egonya untuk melahap habis bibir Resha, namun gerakan lembut Resha mampu membangkitkan gai’rah Gilbert yang sudah lama terpendam.

Resha mulai menikmati ciu’mannya, bahkan tanpa sadar tangannya merenggut rambut bagian belakang Gilbert.

Gilbert suka cara berci’uman Resha, dan ingin melanjutkan kegiatannya ke jenjang berikutnya. Namun Gilbert teringat sesuatu. Ia melepaskan ciumannya secara sepihak. “Aku harus pergi, ikutlah denganku.”

Gilbert menarik dirinya dan berdiri tegak. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Resha bangkit.

Resha diam dengan posisi duduk, memikirkan jawaban untuk ajakan Gilbert. Sebetulnya Resha ingin istirahat hari ini, apalagi semalam ia sudah bertarung dan tidak tidur. Tetapi ini ajakan pertama kalinya dari Gilbert, dan Resha tidak ingin rencananya gagal. “Aku harus berpenampilan seperti apa?”

Manik Gilbert bergerak pada pakaian yang sudah ia bawa, khusus untuk Resha. “Pakailah, aku menunggumu di luar.”

Resha mengunci pintunya dan secepat kilat menggunakan dress pendek yang sudah di siapkan Gilbert. Resha keluar dari rumah, ia berjalan menghampiri Gilbert yang tampak sedang menerima telepon.

Gilbert membalikkan tubuhnya melihat Resha yang sudah siap. Gaun pilihannya memang tidak salah, gaun dengan aksen pita di pinggangnya memperlihatkan lekukan indah tubuh Resha terlihat elegan dan seksi. Apalagi polesan makeup tipis dengan pewarna bibir mauve membuat Gilbert ingin mengurung Resha seharian di dalam kamar.

“Ayok aku sudah siap,” ucap Resha. Tanpa ragu ia menggandeng Gilbert untuk masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh sopir.

Tujuh puluh dua persen wilayah negara Kolombia berupa hutan. Sepanjang perjalanan mereka menuju Antioquia Resha sedikit bosan, apalagi Gilbert fokus pada iPad di tangannya.

Punggung Resha bersandar, sementara kepalanya menengok ke jendela. Ia tidak bisa mengusir rasa kantuknya, dan tanpa sadar tertidur.

Dari sudut pandangnya Gilbert melihat tubuh Resha yang bergerak ke sana kemari mengikuti gerakan mobil. Ia mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Resha. Wajah Resha terlihat sangat tenang, ia pikir pembunuh bayaran ini akan tetap terlihat menakutkan jika tertidur, namun ternyata sama saja. Gilbert tertarik untuk kembali mencicipi bibir Resha, ia menahan kepala Resha dan menc’iumnya dengan perlahan.

Resha terbangun dari tidurnya dan mendorong tubuh Gilbert hingga membentur kaca mobil, tak lupa tangannya mencekik Gilbert dengan sangat erat. Dia di ajarkan untuk bersiaga dalam kondisi apa pun.

Asisten pribadi Gilbert mengeluarkan pistol dan menodongkannya pada kepala Resha. “Apa yang kau lakukan nona?”

Tangan gesit Resha membalikkan keadaan, kini pistol tersebut ia todongkan pada asisten pribadi Gilbert yang duduk di depanya.

Resha berdecap saat melihat wajah Gilbert yang memerah. “Astaga apa yang aku lakukan,” batin Resha. Ia segera melepaskan cekikikannya. “Jangan membuatku terkejut seperti barusan. Maaf atas perbuatanku tuan,” sesal Resha. Tangan kirinya melemparkan pistolnya kepada sang pemilik.

Gilbert membenarkan letak bajunya yang sedikit berantakan karena ulah Resha. Baru beberapa menit yang lalu ia memuji Resha, kini nyawanya nyaris mati di tangan kekasihnya.

Resha merasa resah karena Gilbert tidak menjawab permintaan maafnya. “Sial, kenapa juga dia harus menc’iumku tiba-tiba. Kalau meminta ijin dengan senang hati aku akan memberikannya, tapi lihat kini aku yang di salahkan atas perbuatannya sendiri,” maki Resha di dalam hatinya.

Mobil yang membawa mereka melaju pada satu jalan lurus, di kedua sisi jalan di penuhi ladang pertanian yang cukup luas. Resha tertarik pada suara pesawat yang terdengar sangat dekat tengah menyirami ladang.

Mobil berhenti di ujung jalan. Terdapat sebuah vila yang cukup luas. Gilbert, Resha serta asistennya turun dari mobil. Mereka berjalan menuju halaman vila. Seorang pemilik tengah menikmati sarapan paginya dengan secangkir kopi. John pria pemilik sebagian besar pertanian kopi di Kolombia.

John menampakkan wajah tidak sukanya melihat kedatangan Gilbert. “Ada apa, sampai Anda repot-repot datang kemari?”

Nilson asisten pribadi Gilbert mengeluarkan berkas dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada John.

Resha yang berdiri di samping Gilbert hanya diam membisu, memperhatikan mereka.

John membaca isi berkas tersebut, dan ia terkejut kala melihat pernyataan bahwa ia menjual seluruh ladang kopi miliknya pada Gilbert dengan harga yang sangat murah. Tangan John membanting berkas yang di pegangnya ke hadapan Gilbert. Tanpa ragu tangan John menunjuk ke arah Gilbert. “Kau sudah menguasai seluruh hasil Jamrud dan kini ingin mengambil alih hak milikku. Serakah sekali dirimu!”

“Jaga ucapan Anda!” bentak Nilson.

“Pergi saja dari sini, sampai kapan pun kau tidak akan pernah mendapatkannya.” Bukan masalah takut atau tidak pada penguasa Kolombia. Namun John tidak ingin jatuh miskin.

“Selamat menikmati hasil pertanian Anda,” ucap Gilbert dingin. Gilbert menggandeng Resha untuk segera pergi.

Resha menilai raut wajah Gilbert yang sangat tenang, tak ada kemarahan sedikit pun yang dapat Resha lihat.

“Besar juga nyali anda tuan John!” Nilson membawa kembali perjanjian tersebut dan ikut melangkah pergi.

“Kau pikir hanya karena kau mafia aku takut kepadamu,” ejek John setelah tubuh Gilbert cukup jauh.

Terdengar suara pesawat mengitari vila. “Kenapa mereka menyemprotkan pupuk ke rumahku?” Tanya John dengan nada kesal pada bawahannya yang berjaga di sampingnya.

Bawahan John mengeluarkan telepon genggamnya. Namun pesawat tersebut menyemprot ke arah mereka.

“Ini bukan pupuk!” teriak John

Gilbert mengeluarkan korek dari dalam sakunya, ia menyalakannya. Tangan Gilbert melepaskan korek tersebut hingga jatuh ke rumput. Sementara mereka berjalan dengan santai masuk ke dalam mobil.

Api dari korek tersebut membesar dan merembet ke arah rumah John. “Gilbert sialan!”

Sepanjang mobil melaju api menyebar mengiringi perjalanan pulang mereka. Resha dapat melihatnya dari kaca mobil, ia cukup takjub melihat api yang menyebar luas melahap lahan pertanian, hingga tanpa sadar bibirnya tersenyum.

Gilbert menarik dagu Resha agar menatapnya. “Bekerjalah untukku, aku bisa memberikan bayaran lebih besar dari Alfanzo.”

Resha sangat ingin mengiyakan tawaran Gilbert, namun bagaimanapun ia tidak boleh menunjukkannya secara terang-terangan. “Maaf tapi aku sudah melakukan kontrak kerja dengan Alfanzo.”

“Aku tidak menerima penolakan! Kontrak kerja dengan Alfanzo biar aku yang mengurusnya.”

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

mengerikan juga Gilbert

2023-02-04

0

jung je woo

jung je woo

seperti dalam drama vincenzo.... 😁😁😁

2023-02-02

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaaaat......💪💪💪💪

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!