Ceroboh

Esok Hari

Perusahaan Maxindo

Sejenak wanita muda itu melupakan masalah yang sedang menimpa keluarganya, dan kembali beraktivitas seperti biasa yaitu bekerja. Sejak jam 8 pagi sampai jam 10 pagi, kedua netra Tania sudah melotot di depan komputer, di tambah lagi ada rasa kantuk yang melanda kedua netranya, sepertinya wanita itu butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa kantuknya.

“Kia....,” panggil Tania, sambil melongo ke kubikal Kia.

“Apa...,” sahut Kia tanpa menoleh.

“Gue mau beli kopi di coffe shop bawah, loe mau nitip gak?” tanya Tania.

“Gak dulu, asam lambung gue lagi naik,” tolak Kia.

“Ya udah gue ke lobby dulu ya,” pamit Tania. Kia hanya menganggukkan kepalanya.

Tania bergegas ke coffe shop yang ada di lantai bawah dengan langkah cepat, takut nanti di cariin sama manajer marketingnya kalau kelamaan meninggalkan meja kerjanya.

Untung saja setibanya di coffe shop tidak banyak antrian, begitu datang langsung pesan kopi yang di inginkan.

Setelah membeli, sambil jalan menuju lift, Tania meneguk ice cappucino tanpa lagi memperhatikan jalan di depannya.

BUGH!

“Eeh...” Seketika terhenyak Tania melihat jelas minumannya menyenggol tubuh seseorang, hingga cup minuman nya jatuh ke lantai terlepas dari genggaman tangannya.

“Yaa....baru minum sedikit,” keluh  Tania tak rela, lalu melihat orang yang telah di tabraknya. Seketika itu tubuh Tania gemetar, melihat siapa yang ditabraknya.

“P-Pak Al-Albert...,” ucap Tania terbata-bata, kemudian kedua netranya turun ke bagian jas CEO tersebut, terlihat ice cappucino miliknya membasahi  jas Albert.

Pria itu ikutan melirik bagian jasnya kemudian mendengus kesal.

“M-maaf Pak Albert...saya tidak sengaja.” Tangan Tania refleks menyentuh noda ice cappucino yang ada di jas Albert, lalu mengusapnya berharap nodanya bisa  pudar, tapi di rasa tak mungkin...hampir satu cup ice cappucino mengguyur jas milik pria itu.

“Singkirkan tanganmu dari jas saya!” tukas Albert, bernada dingin.

Tania langsung menarik tangannya, dan sedikit takut ketika melihat kedua netra Albert yang terlihat sangat tajam. Jujur jantung wanita itu berdebar-debar ketika berdekatan dengan pria yang di kaguminya, baru kali ini Tania berada begitu dekat dengan Albert.

Pria itu membuka jasnya. “Biarkan saya yang mencuci jasnya, Pak Albert,” pinta Tania berusaha menembus kesalahan atas kecerobohannya.

Albert langsung memberikan jasnya ke Gerry asisten pribadinya. “Buang jas itu!” perintah Albert.

“Di b-buang,” Tania mengulang ucapan Albert, tenggorokan wanita itu tercekat.

Kalau jas semahal itu di buang, berarti gue...

“Maaf Tuan, saya tidak mampu jika harus menggantikan jas Bapak,” jantung Tania sudah tambah deg deg degan kalau di suruh ganti jas Albert yang sudah tentu harganya sangat mahal.

Albert memindai Tania dari ujung kaki ke ujung rambut, dan sedikit menaikkan sudut bibirnya, terlihat tatapannya agak merendahkan diri wanita itu.

“Dilihat dari penampilan kamu, memang terlihat tidak akan sanggup mengganti jas saya. Dan harga jas saya sudah pasti melebihi gaji kamu satu bulan, jadi untuk kali ini saya kasih toleransi. Tapi untuk kejadian kedua kalinya saya tidak akan menoleransi lagi,” tukas Albert, sedikit sombong.

Tania menelan salivanya dengan kasar, setelah mendengar kata Albert yang begitu merendahkannya. “Terima kasih Pak Albert atas kebaikannya, akan saya ingat selalu,” balas Tania, sembari membungkukkan punggungnya sebagai tanda hormat.

Albert tidak menggubrisnya lagi, justru  berlalu ketika Tania membungkukkan punggungnya.

“Huft....untung tidak di suruh ganti,” gumam Tania bernapas lega.

Pertemuan singkat Tania dengan Albert yang di luar dugaannya, membuat wanita itu tersenyum senyum sendiri menuju ruangannya. Walau ice cappucinonya terjatuh, tak jadi menikmatinya. Paling tidak tadi dia berdekatan dan berbicara langsung dengan sang CEO.

Ah mimpi apa gue semalam...

Tania cubit pipinya sendiri, berulang kali.

...----------------...

Malam Hari...

Rumah Tania

Seperti biasa dalam keadaan capek pulang bekerja, Tania harus menyiapkan makan malam untuk sekeluarga atas perintah Bu Rita dan Ayah Hans, sedangkan Clara yang baru saja pulang dengan seenaknya beristirahat di kamarnya.

Dengan kepalan tangannya Tania mengedor pintu kamar Clara, sambil memanggil nama Clara berulang kali.

Ceklek...

“Eh loe bisa gak kalau ngetuk pintu tuh gak usah pakai ngedor-ngedor pintu segala!” tegur Clara dengan gaya santainya.

“Kalau dari tadi loe denger gue teriak panggil nama loe, harusnya nyahut dong. Makanya telinga loe jangan pakai headseat aja!” seru Tania sambil meraih headset dari telinga Clara.

“Eh loe udah lancang banget ya pakai ngerebut handset gue!” maki Clara tak terima, salah satu tangannya mulai terangkat.

“Berani loe nampar atau pukul gue, gue patahin tangan loe. Bantuin gue masak di dapur, loe bukan Nyonya di sini!!” ancam Tania  tidak main-main dengan tatapan tajamnya. Adik tiri Tania langsung menurunkan tangannya yang masih melayang di udara.

Rita kebetulan baru keluar dari kamarnya dan mendengar kegaduhan Tania dengan Clara, seketika Rita jadi naik pitam.

“Tania, berani sekali kamu menyuruh anak saya membantu kamu. Anak saya ini calon model terkenal, tidak boleh bekerja di dapur, cepat sana selesaikan masakkannya, kami semua sudah kelaparan!” perintah Rita sambil berkacak pinggang. Sedangkan Clara menyeringai sinis dari balik pintunya, merasa puas kakak tirinya kalah power sama ibunya.

Mau tidak mau wanita itu kembali ke dapur dan menyelesaikan masakannya. Kadang di pikiran wanita itu, sampai kapan dia bertahan di rumah ini. Haruskah lebih bersabar lagi, sampai dia memiliki tabungan yang cukup agar bisa hidup mandiri. Entahlah kapan waktunya tiba.

...----------------...

Esok hari

Rumah Tania

Rutinitas Tania dari jam lima pagi sudah mulai bekerja di dapur seperti biasa, kewajibannya untuk masak sebelum berangkat kerja, meninggalkan masak kan untuk orang yang di rumah serta bekal makan siang untuk dirinya sendiri, menghemat gaji nya jika bawa dari rumahnya ketimbang makan di luar kantor tempatnya bekerja.

Akan tetapi seperti biasa, dia melakukan seorang diri tanpa bantuan ibu tirinya atau adik tirinya, Tania sudah diperlakukan bak pembantu di rumahnya sendiri.

Jam 07.00 wib

Bu Rita, Ayah Hans dan Clara sudah berkumpul di ruang makan untuk menikmati sarapan paginya. Sedangkan Tania terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja.

“Ayah, Tania berangkat kerja dulu,” pamit Tania sambil mencium punggung tangan Ayah Hans. Sedangkan ke Bu Rita, dia tidak di pamiti.

Ayah Hans menatap lekat-lekat punggung anak dari mantan istrinya, yang sudah berlalu dari ruang makan.

Mas Hans, sepertinya kita tidak bisa mendapatkan uang sebanyak 200 juta dalam dua hari ini. Bagaimana ini Mas?

Mas Hans, aku ada info katanya ada orang yang butuh seorang wanita muda. Dia akan membayar sebesar lima ratus juta jika ada yang menjual wanita muda dan masih perawan. Bagaimana kalau kita jual Tania aja buat bayar hutang kita, dan kita untung 300 juta. Dari pada rentenir yang menjual anak Mas Hans dari istri yang gak benar itu, kita tidak akan dapat untung.

Percakapan semalam Hans dengan Rita masih terngiang-ngiang di otak Hans.

Jangan diam saja dong Mas, Tania anak yang gak ada untungnya. Bukankah Mas sangat benci dengan ibunya Tania, sekarang waktunya Mas membalaskan dendamnya, biarkan Tania merasakan rasa sakit Mas ketika Shinta berpaling dengan Mas. Lagi pula mas masih punya Clara, anak mas juga, anak dariku.

Pria paruh baya itu jadi termenung di meja makan, dia harus segera mengambil keputusan karena waktu akan terus berjalan. Untuk menggadaikan rumahnya sudah tidak bisa.

“Mas kok bengong aja, ayo di makan, setelahnya minum obat, biar nyeri di badan cepat sembuh,” imbuh Rita.

“Iya Rita...”

“Ayah, Ibu...aku butuh duit lagi dong 50 juta, biar aku bisa ikutan casting sinetron. Paling tidak aku harus siap in uang buat orang dalamnya, biar lolos casting,” dengan santainya Clara meminta uang sebanyak itu.

“Clara, enteng sekali kamu minta uang 50 juta, kamu baru saja minta uang 200 juta empat bulan yang lalu, dan itu belum ayah bayar, mana uang hasil kerjaan kamu yang katanya di kontrak nilainya 50 juta. Kamu bisa kan pakai uang itu!!” geram Hans, sampai membanting sendoknya di atas meja.

“Gak bisa dong Ayah, uang itu untuk keperluan aku ke salon, memangnya aku gak butuh perawatan apa!” sahut Clara.

“Mas jangan marah dong sama Clara, uang dia untuk penunjang dirinya. Kita harusnya mendukungnya, Mas. Kalau Clara berhasil, kita yang terkenal Mas, kayak Ayu Ting Ting. Setelah terkenal, orang tuanya ikutan kaya juga. Betulkan Clara,” ucap manis Bu Rita.

“Iya Bu, kalau aku berhasil pasti Ibu dan Ayah ikutan jadi orang kaya,” jawab Clara.

Hans hanya bisa mendengus kesal.

“Tenang Clara, sebentar lagi dua hari atau besok Ibu dan Ayah akan menyiapkan uang 50 jutanya, betulkan Mas,” ujar Rita sambil melirik ke suaminya. Ayah Hans tak menjawab.

“Makasih ya Bu, Ayah,” ujar kegirangan Clara.

Sebentar lagi Tania akan keluar dari rumah ini, akhirnya....batin Rita

 

bersambung.....

Kakak Reader yang cantik dan ganteng, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, like, komen, di kasih hadiah, vote dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐ juga mau, biar semangat menulisnya. Terima Kasih

Love you sekebon 🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Nurhayati Lubis

Nurhayati Lubis

ha...keselnya lihat bapak nya apa udah mati hatinya sama Tania ..lanjut thor 💪

2024-04-30

0

kalo gue mendingan cari kost an sih kan udh punya kerja tetap trs gajinya jga lumayan. daripada tinggal d rmh bak neraka mending lari

2024-04-13

0

martina melati

martina melati

seharusmy dcari solusiny bukan menjual anak, kenapa gak jual rumah aja??

2024-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kedatangan Renternir (revisi)
2 Ceroboh
3 Dijual Ayahku Dibeli Bosku
4 Perdana ke mansion Albert
5 Menghadap Albert
6 Pelayan
7 Rapat marketing
8 Keinginan Clara
9 Persiapan Tania
10 Malam Pertama
11 Tania sakit
12 Dibeli bukan buat sakit
13 Tak sadarkan diri
14 Melawan Albert
15 Kedatangan Bu Rita dan Clara
16 Berpapasan
17 We time
18 Nonton di bioskop
19 Pertengkaran
20 Masih bertengkar
21 Mainan baru
22 Masakan Tania
23 Amarah Marsha
24 Pertemuan dengan Bu Rita dan Clara
25 Cintai diri sendiri
26 Semua berkat Tania
27 Opa Thamrin
28 Me timenya Tania
29 Makan malam
30 Ada apa dengan diriku
31 Menjemput Tania
32 Jaminan
33 Pemilik rumah sakit H
34 Hasil cek laboratorium
35 Siapa??
36 Perintah Albert
37 Pindah ruangan
38 Ada apa dengan hati Albert
39 Keributan kecil
40 Menginap di rumah sakit
41 Efek tidur seranjang
42 Nyonya Mansion Albert
43 Tania, please jangan membuat saya takut!
44 Mencari keberadaan suami
45 Di usir
46 Babu Baru
47 Keluhan Albert
48 Menemui renternir
49 Foto Tania
50 Terbakar api cemburu
51 Meredakan emosi
52 Di kira mimpi
53 Marsha curiga
54 Dilabrak
55 PIL KB
56 Rahasia
57 Keberadaan Tania
58 Penyelidikan Albert
59 Jatuh sakit
60 Sakit merindu
61 Kamu anakku!!
62 Ibu kandung
63 Ngidam
64 Cek ke dokter kandungan
65 Mulai mencari Tania
66 Menghubungi Bu Mimi
67 Clara berulah
68 Rapuhnya Albert
69 CEO Arogan
70 Teguran Jelita
71 Menguntit Marsha
72 Gerebek Marsha
73 Gosip beredar
74 Konferensi Pers- 1
75 Konferensi Pers - 2
76 Keadaan Tania, galaunya Albert
77 Perjalanan menuju Bandung
78 Maafkan Aku, Istriku
79 Keadaan Ayah Hans
80 Ingin bertemu dengan Tania
81 Pertemuan yang tak disengaja
82 Albert memohon maaf
83 Bu Rita ke mansion Albert
84 Aku jatuh cinta dengan Tania
85 Restu Mama Shinta
86 Mulai pendekatan
87 Menemani Tania
88 Jadi suami siaga
89 Ungkapan hati Albert
90 Bicara dari hati ke hati
91 Kedatangan Marsha
92 Bukti cinta Albert
93 Hasil operasi
94 Respon Albert
95 Bangun dari koma
96 Rita sang pelakor
97 Kehancuran Ayah Hans
98 Mencari tempat tinggal baru
99 Meyakinkan Tania
100 Kembali ke Jakarta
101 Tiba di mansion Albert
102 Memberitahukan Bu Mimi
103 Mandi bersama
104 Mulai beraksi!
105 Tragedi makan malam
106 Malam yang mencekam
107 Siapa yang kena??
108 Nasib Clara
109 Acara Baby Shower
110 Welcome Baby Triple
111 Akhir kisah Tania dan Albert
112 Kisah anak Albert dan Tania
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Kedatangan Renternir (revisi)
2
Ceroboh
3
Dijual Ayahku Dibeli Bosku
4
Perdana ke mansion Albert
5
Menghadap Albert
6
Pelayan
7
Rapat marketing
8
Keinginan Clara
9
Persiapan Tania
10
Malam Pertama
11
Tania sakit
12
Dibeli bukan buat sakit
13
Tak sadarkan diri
14
Melawan Albert
15
Kedatangan Bu Rita dan Clara
16
Berpapasan
17
We time
18
Nonton di bioskop
19
Pertengkaran
20
Masih bertengkar
21
Mainan baru
22
Masakan Tania
23
Amarah Marsha
24
Pertemuan dengan Bu Rita dan Clara
25
Cintai diri sendiri
26
Semua berkat Tania
27
Opa Thamrin
28
Me timenya Tania
29
Makan malam
30
Ada apa dengan diriku
31
Menjemput Tania
32
Jaminan
33
Pemilik rumah sakit H
34
Hasil cek laboratorium
35
Siapa??
36
Perintah Albert
37
Pindah ruangan
38
Ada apa dengan hati Albert
39
Keributan kecil
40
Menginap di rumah sakit
41
Efek tidur seranjang
42
Nyonya Mansion Albert
43
Tania, please jangan membuat saya takut!
44
Mencari keberadaan suami
45
Di usir
46
Babu Baru
47
Keluhan Albert
48
Menemui renternir
49
Foto Tania
50
Terbakar api cemburu
51
Meredakan emosi
52
Di kira mimpi
53
Marsha curiga
54
Dilabrak
55
PIL KB
56
Rahasia
57
Keberadaan Tania
58
Penyelidikan Albert
59
Jatuh sakit
60
Sakit merindu
61
Kamu anakku!!
62
Ibu kandung
63
Ngidam
64
Cek ke dokter kandungan
65
Mulai mencari Tania
66
Menghubungi Bu Mimi
67
Clara berulah
68
Rapuhnya Albert
69
CEO Arogan
70
Teguran Jelita
71
Menguntit Marsha
72
Gerebek Marsha
73
Gosip beredar
74
Konferensi Pers- 1
75
Konferensi Pers - 2
76
Keadaan Tania, galaunya Albert
77
Perjalanan menuju Bandung
78
Maafkan Aku, Istriku
79
Keadaan Ayah Hans
80
Ingin bertemu dengan Tania
81
Pertemuan yang tak disengaja
82
Albert memohon maaf
83
Bu Rita ke mansion Albert
84
Aku jatuh cinta dengan Tania
85
Restu Mama Shinta
86
Mulai pendekatan
87
Menemani Tania
88
Jadi suami siaga
89
Ungkapan hati Albert
90
Bicara dari hati ke hati
91
Kedatangan Marsha
92
Bukti cinta Albert
93
Hasil operasi
94
Respon Albert
95
Bangun dari koma
96
Rita sang pelakor
97
Kehancuran Ayah Hans
98
Mencari tempat tinggal baru
99
Meyakinkan Tania
100
Kembali ke Jakarta
101
Tiba di mansion Albert
102
Memberitahukan Bu Mimi
103
Mandi bersama
104
Mulai beraksi!
105
Tragedi makan malam
106
Malam yang mencekam
107
Siapa yang kena??
108
Nasib Clara
109
Acara Baby Shower
110
Welcome Baby Triple
111
Akhir kisah Tania dan Albert
112
Kisah anak Albert dan Tania

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!