The Butterfly Effect

The Butterfly Effect

Episode 1

Malam minggu seperti biasa selalu ada kumpulan anak-anak kurang kerjaan yang hinggap di bahu jalan, bergerombol dengan kawanannya, berbincang atau hanya merokok biasa. Seperti hidup seakan tidak memiliki tanggungan, padahal tidak ada yang tau berapa panjang nyawa seseorang, tapi kalo kayak gini kelihatan santai, merasa besok pasti hidup lagi.

"Woilah anjing! ada razia tolol!."

Namanya Algaleo Thomas Alpha Edison atau biasa dipanggil Alga, anaknya yang duduk diatas motor gede warna hitam siap-siap menyalakan motor untuk kabur. Dia juga yang sering nanggepin kalimat kocak teman-temannya. Bukan hanya itu saja, dia juga yang sering di samperin cewek buat di mintai nomor wa, tapi Alga yang gak pernah mau ngasih, kata dia Wa itu privasi, yang punya cuma orang-orang penting doang, jadi dia selalu ngasih nama ig nya @algaleo yang sekarang followers nya 1jt , antrian acc nya 22k, dm nya tak terhingga, dan yang di follow cuma 100 doang, itu pun teman sekelas nya atau ngga teman tongkrongannya. Walaupun begitu instagram Alga di kunci sekarang karena malas berinteraksi dengan banyak orang baru, intinya lebih selektif lagi, dia juga bukan publik figur yang siap menerima banyak komentar. Katanya kalau jadi publik figur harus siap dengan apapun yang dikatakan oleh netizen, masalah Alga bukan artis atau seseorang yang memperoleh pundi-pundi uang dari reaksi orang lain.

Yang teriak pertama kali ada razia itu Edgar, Edgar Samuel nama panjangnya, udah kayak bule-bule tapi aslinya orang jawa yang ke jakartaan karena tinggal di Jakarta sejak orok. Dia paling heboh diantara yang lain, bahkan Alga sendiri bosen kalo denger celotehan Edgar yang ngalor ngidul gak jelas, tapi yang namanya temen mau se membosankan apapun ya tetep temen, kemana-mana sama-sama.

Itu yang lari sambil menuntun motor namanya Gavin Angkara atau lebih dikenal dengan nama Gavin, anaknya pendiam diantara yang lain, suka dengerin obrolan orang lain, dia dikenal sebagai orang yang nggak pernah punya masalah, alias emang ngga ada bedanya seneng sama sedih, mukanya tetap sama.

Sebenarnya masih banyak lagi yang lain, cuma karena udah ada razia jadi pada kabur duluan, perkenalannya masih itu aja.

Mereka bertiga berada di salah satu warung kopi di pinggiran jalan, biasanya kalau ada razia, warung kopi di lewatin, mungkin karena polisinya juga butuh ngopi jadi di biarin aja yang ada di warung kopi. Area sana juga lumayan tidak di razia karena isinya pedagang kaki lima dan orang yang lagi makan dipinggir jalan, yang di razia hanya area gerombolan anak motor yang bikin jalanan berisik.

"Untung aja ada warung kopi bu Endang, ya ngga bu."

"Isshh mas Edgar itu lo kok manggil nya bu, mbak aja mas."

"Dah tua juga masih pengen di panggil mbak."

"Bu En, kopi hitamnya dua ya." Ucap Gavin menyela perbincangan Edgar dan Bu Endang.

"Lah kok dua?." Tanya Edgar sedikit protes

"Iya, emang lo mau? bukannya lo biasa nutrisari."

"Hahaha anak mama mana minum kopi hitam." Ledek Alga

"Bos kok lo ledek gue juga sih."

"Engga ngeledek, emang kenyataan." Jawab Gavin

"Ihhh kalian nyebelin!." Rajuk Edgar ala-ala anak cewek yang lagi ngambek sama pasangannya.

"Jijik gue."

Selama melihat polisi pada patroli, motor mereka di parkir di area sebelah warung, juga disana banyak motor yang terparkir milik anak-anak butterfly, cuma anaknya pada nyebar, ada yang makan bakso, nasi goreng, ketoprak, dan banyak lah. Butterfly itu nama gangster sma yang dipimpin Alga, yang mendirikan juga Alga, udah terkenal nggak jelas pula cuma ya nggak ngapa-ngapain selain bolos sekolah, nongkrong sana-sini, motor-motoran di jalanan, intinya ngga guna lah.

"Kak Alga kan ya?." Tiba-tiba cewek cantik, punya body bagus, pakaian press body, rambut panjang, make up menor mendatangi Alga.

"Iya, siapa?."

"Kenalin kak, aku Erika, adek kelas kak Alga."

"Emang kita kenal ya?."

"Engga sih kak, tapi aku suka banget sama kak Alga, aku juga udah follow ig kakak cuma belum di acc."

"Hahahaha mending mundur aja beb, saingannya banyak, sama abang Edgar nih ngga ada yang punya." Ucap Edgar membuat semua temannya tertawa

"Apaan sih kak, aku kan ngomong sama kak Alga."

"Ntar ya, siapa nama lo tadi?.”

“Erika kak.”

“Ya Erika, sekarang lagi nggak bawa hp."

"Boleh minta kontaknya nggak kak?."

"Sorry kontak itu privasi, jadi ngga bisa ngasih, lain kali aja ya kalo ada hal penting."

"Ya udah deh, nanti aku dm kak."

"Oke."

Erika senyum-senyum sendiri meninggalkan warung bu Endang, tau lah kejadian kayak gitu nggak cuma sekali, bahkan berkali-kali, dan Edgar selalu menawari diri menjadi ganti Alga, tapi selalu juga ditolak secara terang-terang. memang tampang Edgar gak cakep, rambutnya kribo, tapi style nya keren banget udah kayak selebgram yang suka endorse baju-baju produk lokal.

Alga menyalakan rokoknya dan menghisapnya, jam yang terus berjalan tidak di hiraukan padahal sudah lumayan larut, yang lain pada ngantuk-ngantuk. Bu Endang juga udah mau tutup karena gorengannya dah mau habis, bu Endang itu buka warung sama suami dan anaknya, tapi suaminya dibelakang gorengin tempe, anaknya masih SMP bantuin buat kopi.

"Gue cabut duluan ga, adek gue sendirian dirumah." Ucap Gavin yang beranjak dari tempat duduknya.

"Hati-hati, kalo ada apa-apa langsung kabarin."

"Yoi bro."

Gavin pamit terlebih dahulu meninggalkan tempat tongkrongan, disusul Alga dan Edgar kemudian. Edgar memang bareng Alga berangkatnya, karena arah rumah mereka sama, Edgar tinggal di pinggiran jalan, orang tuanya punya usaha galon dan gas, kalo Alga anak tunggal, rumahnya sepi, kedua orang tuanya ada di Bali, punya usaha resort disana, dan sudah punya rumah juga, ke Jakarta setahun sekali. Alasan Alga stay di Jakarta itu karena ibu nya, ibunya ada di rumah sakit jiwa, yang ada di Bali ibu tirinya dan ayahnya.

"Thanks ya bos."

"Yoi, kapan-kapan lah tidur rumah gue."

"Iya santai aja bos, yang penting mah makanan banyak, gue kesana."

"Makanan aja lo."

"Hehehe itu kan yang paling penting."

"Gampanglah."

Alga menyalakan motornya kembali dan pulang ke rumahnya, jangan salah, walaupun Alga sendirian, rumah itu dibeli pakai uang Alga sendiri, uang hasil kerjanya jual sabu-sabu, eh bukan dong, dia judi dari kecil karena nontonin ayahnya dulu. waktu dapet uang banyak, di beliin rumah, sebagian sumbangan dari ayahnya.

"Anjing lo semua!!." Suara yang membuat Alga di depan gerbang rumahnya dengan niat membuka gerbang untuk masuk menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah suara.

Sambil pura-pura nggak denger, Alga sok-sok an beneran ban motor yang baik-baik saja.

"Bela terus tuh anak lo yang bermuka dua!."

Alga baru tau kalau rumah berjarak di rumah lain di sebelah rumah Alga sudah ada yang nempatin, awalnya rumah itu kosong, tapi melihat mobil box di depan rumah itu, sudah pasti baru saja pindahan. Baru pindahan udah bikin rusuh satu komplek.

"Kalo nguping tuh yang bener dikit." Sindir cewek yang melewati Alga, dia lah yang marah-marah dan mengumpat di depan rumah itu dengan seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya yang sepertinya kedua orang tuanya.

"Cewek sinting." ucap Alga kesal, lelaki itu kemudian membuka gerbang rumahnya dan memasukkan motornya, sudah larut malam juga, besok dia sekolah, langganan telat sih, cuma ya udahlah biar kelihatan bener dikit.

Semalaman Alga berpikir terus mengenai gadis yang bertemu dengannya di depan gerbang, entah kenapa memenuhi otak, bahkan membuatnya tak bisa tidur nyenyak.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!