Bab 13 Ungkapan

‘’Yang dikatakan Yagyu benar Yang Mulia. Anda yang sebaik ini tidak mungkin berniat mencelakai adik tiri Yang Mulia sendiri,’’ kata Shika membetulkan.

Sejak awal Ratu Rushi memang tidak melakukan kejahatan seperti itu. Rukaia mencelakai dirinya sendiri dan tuduhan diarahkan kepada Ratu ini, kata Ratu Rushi dalam hati.

Ratu Rushi terdiam untuk sesaat. Yagyu dan Shika bingung melihat wanita di depan meraka malah tersenyum miring.

‘’Bagaimana kalau berita itu benar? Bagaimana kalau aku memang berencana mencelakai adik tiriku?’’ tanya Ratu Rushi.

Ia malah terbelalak saat melihat kedua reaksi pria itu malah tersenyum.

‘’Bahkan jika Yang Mulia mengatakannya dari mulut Anda, saya tetap percaya kepada Yang Mulia,’’ kata Yagyu.

‘’Yang Mulia adalah sosok Dewi untuk kami semua. Aku berharap, nama Yang Mulia segera dibersihkan,’’ kata Shika.

‘’Jika semua orang menolak keberadaan Yang Mulia, kami berdua yang akan berdiri di samping Yang Mulia sampai akhir,’’ kata Yagyu.

‘’Yang Mulia tidak perlu sedih, karena kami sebagai pengikut Yang Mulia akan menyerahkan nyawa kami untuk melindungi Anda,’’ kata Shika.

Ratu Rushi memejam mata sampai akhirnya menghela nafas. Terukir senyuman di bibirnya sambil ia membuka mata. ‘’Kalian pikir sedang berbicara kepada siapa? Aku adalah Ratu Rushi, wanita yang tangguh dan tidak akan menangis meskipun terjatuh seperti ini. Tenanglah, masalah ini tidak akan bisa merobohkan mentalku bahkan jika diriku diasingkan dan keberadaannya ditolak.’’

‘’Itu baru Yang Mulia kami!’’ kata Yagyu dan Shika sambil mengangguk.

Setelah merasa lega, Yagyu dan Shika bangkit untuk melanjutkan pekerjaan.

Dari jauh, para ras campuran memandangi banteng dan rusa yang sedang bekerja itu.

‘’Mereka sebenarnya ingin membuat apa?’’ tanya salah satu manusia.

‘’Sudah berapa banyak batang pohon yang mereka ambil dari dalam hutan?’’

‘’Dia sudah diasingkan, bukannya menebus dosa, dia malah berbuat seenaknya. Mentang-mentang dia seorang Ratu!’’ cibir manusia setengah binatang di sisi lain.

‘’Kalau Raja Raion sampai tahu hal ini, kita lihat apakah Ratu pengkhianat itu masih bisa berbuat seenaknya!’’ cibir seekor binatang.

......................

Malam pun tiba, 5 pasang meja dan kursi telah diselesaikan, membuat Yagyu dan Shika membersihkan diri di sungai lalu masuk ke dalam warung.

Karena belum membeli lampu dan memasang listrik, membuat mereka hanya menggunakan beberapa lilin.

‘’Yang Mulia sedang membuat apa?’’ tanya Yagyu setelah membersihkan diri di sungai.

Shika yang baru menyusul dari sungai, juga ikut penasaran melihat pakaian yang sedang dijahit Ratu Rushi.

‘’Kalian akan tahu jika ini sudah selesai,’’ kata Ratu Rushi.

Ia menyerahkan beberapa uang koin untuk menyuruh kedua pria itu membeli makanan.

Ratu Rushi sesekali melirik rancangan pakaian yang ia gambar tadi sore.

‘’Um, sepertinya aku bisa menyelesaikannya sebelum pagi, jika saja aku punya mesin jahit. Tapi ini sudah malam, sebaiknya aku bawa besok saja.’’

Puluhan menit kemudian, Yagyu dan Shika pun datang membuat Ratu Rushi mengerutkan dahi.

‘’Kenapa kalian begitu lam? Bahkam membawa makanan sedikit ini. Aku memberikan kalian uang yang lebih, kan?’’ tanya Ratu Rushi.

‘’Maafkan kami Yang Mulia,’’ kata Yagyu.

Ratu Rushi mengerutkan dahi melihat tangan dan dan sekitar wajah kedua pria itu sedikit memar.

‘’Tunggu, apakah kalian dipukuli?"

Yagyu dan Shika hanya diam. Padahal mereka berusaha sebaik mungkin merapikan kembali penampilan mereka.

Ratu Rushi menghela nafas kesal. "Jadi mereka memang benar memukuli kalian?"

‘’Kami tidak apa-apa Yang Mulia. Jangan khawatir,’’ kata kedua pria itu kompak.

‘’Haa ... Makan malam itu kalian berdua saja yang memakannya,’’ kata Ratu Rushi.

‘’Eh? Bagaimana dengan Yang Mulia?’’

Ratu Rushi meraih salah satu roti gandum. ‘’Ini cukup untuk perutku yang kecil, berbeda dengan perut pria seperti kalian. Makan malam kali ini mungkin tidak bisa membuat kalian berdua terlalu kenyang.’’