Mencintai berarti memiliki. Bohong bagi mereka yang bilang cinta tak harus memiliki. Cinta itu menjaga, mendukung, dan membersamai. Bagi Devano Pramudya, hal itu keniscayaan. Sejak mengenal Liodra Audrey Suroso, Devano tahu gadis itu istimewa dan memang diciptakan untuknya. Liodra yang rapuh dan manja, menggenapi dirinya yang kuat, pendiam dan kesepian.
Tuhan tak pernah main-main menganugerahkan rasa. Devano memutuskan untuk mendapatkan Liodra, merengkuhnya dalam ikatan halal, membersamainya hingga ajal memisahkan mereka. Satu niat yang berulang-ulang membakar usahanya meraih hati gadis yang kata sebagian teman, berwajah mirip dengannya. Itu petunjuk pertama, pasangan yang berjodoh biasanya memang mirip.
Petunjuk berikutnya adalah sifat yang bertolak belakang tetapi saling menggenapkan. Devano yang sangat teliti dan perhitungan sangat berbeda dengan Liodra yang ceroboh dan serampangan. Semakin lama mereka saling mengenal, perasaan saling terkait dan tak bisa lepas satu sama lain semakin merantai. Tak terpisahkan.
Berawal dari perkenalan mereka di Kafe Biru, Liodra mampu membangkitkan sisi hangat dalam diri Devano yang selama ini bahkan dia sendiri tak menyadari. Devano hanya paham hidupnya adalah berjuang untuk membahagiakan ibunda sepeninggal ayahnya.
Satu-satunya perempuan yang harus dibahagiakan adalah Eva Purwandari, ibu kandung yang mengukir jiwa raganya. Kebahagiaan ibunya adalah tanggung jawabnya, itu tidak bisa ditawar. Demi ibu, Devano rela bekerja keras sejak di bangku SMP.
Berawal dari selebaran yang tiba-tiba melayang terbawa angin menerpa mukanya saat dia sedang mengayuh sepeda ke sekolah. Selebaran sobek berisi lowongan bekerja di laundry.
Mungkin itu kesempatan yang sengaja dikirim Tuhan. Devano memberanikan diri melamar. Entah apa yang merasuki pikiran Ibu Mundira, pemilik laundry akhirnya menerima karyawan paruh waktu untuk bekerja di laundry selepas sekolah.
Pekerjaan itu ditekuninya hingga Devano lulus SMA. Mencuci baju kotor pelanggan, menjemur, menyetrika, terkadang juga menjadi kurir untuk mengantarkan cucian yang sudah rapi dan wangi. Bukan pekerjaan berat jika sudah terbiasa, hanya saja Devano harus pintar membagi waktu untuk sekolah dan bekerja.
Ibunya mempunyai kios sembako di Pasar Gede. Hidup Devano sangat sederhana, tetapi bukan berarti dia menyerah setelah lulus SMA. Ibunya selalu menasehati agar Devano melanjutkan sekolah. Orang berpendidikan jauh lebih dihargai ketimbang mereka yang hanya lulusan SMA. Itu pendapat ibu seperti pengalamannya selama ini. Akhirnya, satu-satunya sawah, harta peninggalan ayah dijual untuk biaya kuliah. Sekali lagi Devano dihajar oleh nasib yang kian menempanya menjadi pria kuat.
Suatu pagi, saat ibunya terjatuh di kamar mandi akibat gejala stroke yang mengharuskan ibunya diam di rumah, Devano kembali menyadari tanggung jawabnya semakin bertambah. Sebelumnya, ibu sudah menderita sesak napas dan terindikasi mengidap penyakit TBC. Berat memang, tetapi Tuhan tak pernah salah mendidik seseorang dan memberikan ujian.
Kios ibu di Pasar Gede terpaksa dijual untuk biaya pengobatan. Sisanya dibelikan beberapa mesin cuci. Devano belajar menjadi bos untuk dirinya sendiri. Waktu terus berlalu seakan mencambuki tanpa henti punggung seorang bocah SMP yang tumbuh menjadi remaja, yang segera beranjak dewasa.
Selepas kuliah, beberapa cabang laundry kecil-kecilan berdiri di berbagai tempat strategis. Penghasilannya cukup untuk menghidupi ibunya. Akhirnya memang ibu yang berangsur pulih mengambil alih usaha laundry, karena Devano memutuskan untuk menerima tawaran seorang teman yang telah mendapatkan pekerjaan.
"Kalau kamu mau penghasilan tanpa batas, jadilah marketing, Bro," ucap Faizal kawan satu kampusnya.
"Bonus marketing sangat menjanjikan. Kalau kamu giat, bisa clossing lima unit mobil saja dalam sebulan, bonusmu bisa setara keuntungan bersih semua cabang laundrymu, selama satu tahun," lanjutnya. Devano melongo. Sungguh pekerjaan yang sangat menggiurkan!
Di sinilah Devano sekarang. Menerima sekaligus menikmati tantangan berjualan mobil yang memberinya bonus besar. Terbiasa ulet dan gigih sejak remaja, setiap bulan Devano selalu berhasil menjual mobil meskipun satu atau dua unit. Lama kelamaan peringkatnya sebagai marketing terus naik. Terakhir dia menempati posisi Bronze Marketing.
Semua pencapaiannya dimulai pada pagi sebelum teman-temannya bekerja. Devano lebih awal melakukan pekerjaan melayani orang, para calon pembeli. Kebiasaan bertahun-tahun sejak pertama kali dia menjadi pekerja laundry adalah melayani.
Bukan hal yang sulit mempelajari kebiasaan dan tabiat manusia. Apalagi para orang kaya, orang hampir kaya, atau orang berpura-pura kaya yang memerlukan mobil baru. Entah karena butuh untuk menunjang pekerjaan, sebagai alat mendapatkan penghasilan, atau hanya sekadar menunjukkan kasta, meskipun membeli dengan cara cicilan. Bagi Devano semua customer adalah istimewa.
Pagi ini Devano mengunjungi rumah Pak Surya Winardi, calon customer tajir yang sudah mempunyai tiga mobil mewah tapi masih tertarik pada satu mobil citycar khusus untuk perempuan.
Pintu rumah bercat putih dibuka lebar. Gadis berwajah pucat menatapnya tajam. Ketika terdengar suara pria dari dalam rumah yang memintanya membuka pintu, gadis berwajah pucat itu terlihat semakin pucat.
"Mas Devano silakan masuk. Wah ... Anda on time sekali." Pria berusia sekitar enam puluh tahun menyambutnya dengan wajah semringah. Gadis berwajah pucat terlihat ketakutan kemudian membalikkan badan dengan ekspresi panik, meninggalkan Devano dan Pak Surya yang segera mempersilakannya masuk.
"Mobil itu untuk anak saya, Zara. Dia sudah mau belajar nyetir. Beberapa kali dia memakai mobil mamanya. Untuk ulang tahunnya minggu depan, kami sepakat menghadiahinya mobil." Surya Winardi meminta penjelasan beberapa fitur mobil yang kemudian dijawab Devano dengan sabar.
"Wah, Bapak benar-benar luar biasa. Tidak salah pilihan bapak jatuh kepada produk kami ...." Devano mulai melayani Surya Winardi. Jika sudah memutuskan membeli berarti customer sudah paham produknya. Tinggal menambah dengan pelayanan excellent maka clossing akan segera berada dalam genggaman.
Kabar restu yang sudah turun dari Dewanti yang disampaikan Liodra tadi, sengaja ia tempatkan sebagai mood booster untuk mengundang keberuntungan. Saat itu Devano berpikir tidak ada lagi hambatan, rintangan ataupun kesulitan yang akan menghadangnya untuk memiliki Liodra. Hatinya mekar seketika.
"Baik Pak Surya, unit akan siap pada waktu yang kita sepakati dan akan langsung kami antar ke hotel tempat Zara berulang tahun. Terima kasih atas kepercayaannya."
Devano menjabat erat tangan Pak Surya.
"Senang bekerjasama dengan Anda, Mas Devano. Semoga ini menjadi kado terindah untuk Zara. Jangan lupa perjanjian kita."
Pria yang sebagian rambutnya memutih itu menepuk pundak Devano. Pak Surya mengantarkannya hingga ke pintu rumah.
"Dasar laki-laki tak tahu diri! Berani sekali kamu datang ke sini!" Zara, gadis berwajah muram tiba-tiba berlari menuruni tangga dan menghambur ke arah Devano.
Pak Surya sigap menangkap tubuh putrinya yang mengamuk hendak memukul Devano. Tubuhnya meronta-ronta minta dilepaskan. Seorang perempuan menyusul dari belakang Zara, membantu Pak Surya menenangkan gadis yang sedang emosi tinggi.
"Mas Devano pulang saja, Zara baik-baik saja. Mbok Warni tutup pintunya sekarang!" perintah Surya Winardi kepada Mbok Warni.
"Baik, Tuan." Perempuan yang dipanggil Mbok Warni tergopoh-gopoh menutup pintu setelah mengangguk hormat kepada Devano.
Devano mundur beberapa langkah, sekali lagi matanya menatap pintu rumah mewah berpagar putih.
Tak selamanya kemewahan menjamin kebahagiaan. Zara adalah salah satu orang yang terlihat tidak berbahagia dengan kemewahan yang terhampar di depan mata.
Entahlah, Devano merasa tatapan mata Zara yang dingin menghunjam jantungnya. Tatapan lemah minta tolong. Wajah dingin itu hingga detik ini mungkin belum tahu bakal ada perayaan khusus yang telah disiapkan untuknya, dan Devano akan terlibat di dalamnya. Ada getaran aneh yang dirasakan Devano. Pemuda yang sedang berada dalam puncak rasa itu tidak menyadari, pagi itu, satu takdir atasnya sedang dirajut malaikat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments