Waktu itu keberhasilan telah di raih oleh para Hunter dengan mencegah para Inferno Giant untuk tidak mengamuk. Itu semua berkat adanya para S-Class Hunter. Mereka dengan cepat menangani situasi dan membalikkan keadaan.
“Apakah kita berhasil?” tanya Draes.
Untuk sementara serangan gelombang monster berhasil di tahan, sejauh ini. Karena Boss monster dari A-Class dungeon sendiri sudah di kalahkan. Sekarang hanya perlu mengurus monster tipe massal terlebih dahulu dan itu mudah di bersihkan.
“Jika aku jadi kau aku tidak akan mengatakan itu, Kapten Mormouth.” anehnya itu yang dikatakan Thoma dengan senyum di wajahnya.
‘Pria ini, dia selalu bertingkah sopan di depan Otheo tapi tidak di depan orang lain.’ ujar Draes mengeluh dalam batinnya atas perlakuan yang berbeda pada mereka dari seorang Thoma.
Itulah Thoma dia akan tersenyum dengan sopan, namun kata-katanya berkebalikan dengan tata kramanya jika bukan pada Otheo.
“Aku tidak yakin. Tapi, entah kenapa aku punya firasat buruk.” ucap Otheo.
Dalam sejenak keadaan menjadi hening. Mereka semua berpikir jika sang S-Class pendekar pedang terhebat saja mengatakan memiliki firasat buruk. Biasanya itu akan terjadi dan terburuknya adalah kali ini mereka akan benar-benar menyaksikannya sendiri apakah itu fakta atau bukan.
Gate break dungeon tidak menutup atau menunjukkan tanda-tanda tertutup.
Lalu kemudian, tiba-tiba perasaan mencekam merasuk ke dalam tubuh semua orang yang ada di medan perang.
Itu adalah perasaan yang sangat mengerikan yang bisa membuat kaki hingga ujung kepala bergidik merinding tidak karuan.
Tidak lain, itu adalah insting bertahan hidup mereka.
“I-ini...” Antonio tidak bisa lagi mempertahankan dirinya agar tetap tegar dan kakinya langsung bergetar hebat, wajahnya sedemikian lebih pucat dan kelam dari biasanya.
Hawa keberadaan yang tidak enak dan mengerikan...
Semuanya langsung menoleh dan menatap ke arah gate yang masih berputar-putar yang menghasilkan aura mematikan. Sampai gambaran kematian bisa di perlihatkan hanya dengan memandangi gatenya.
CRACK!
Tiba-tiba suara retakan datang dari gate, saat semuanya mencoba menyipitkan mata mereka dan melihat dalam kejelasan. Tidak salah lagi jika gate itu terlihat seperti akan pecah.
“Semuanya mundur!” dan semua yang memiliki insting paling baik, Otheo langsung berteriak keras.
CTAR!
Gate pecah seperti cermin dan kemudian robek semakin besar di bagian lubangnya dan itu setinggi ukuran lebih tinggi dari Inferno Giant sebelumnya.
“Tidak mungkin, break dungeon dalam break dungeon? Apakah hal itu ada?” ucap Bruite yang merinding.
Semuanya menggigit gigi mereka masing-masing dan dalam kecemasan yang tidak bisa di tahan.
Lalu sebuah pesan aneh muncul di atas kepala Otheo.
[A---nda --- ti--dak d---apat - m-eng-hentikan g---elombang --- MONSTER!]
Pesan yang kacau yang menyiratkan ketidakberhasilannya. Otheo langsung memucat dan menggosok kedua matanya dengan pesan aneh yang muncul di depan matanya. Dia merasa mungkin itu halusinasi dan ternyata begitu selesai dia menggosok mata itu menghilang.
Otheo merasa itu mungkin perasaannya saja.
Tapi, gate yang hancur itu, sesuatu keluar dari dalam sana.
Dari ujung kepala, sebuah tanduk menjulang tinggi ke atas dahinya memiliki warna merah pekat dan keputihan.
Semua orang terbelalak dan mulut mereka jatuh ke bawah sampai wajah mereka seperti membeku dan terlihat bagaikan orang yang melihat fenomena mengerikan.
Moncong dengan rahang kuat dan gigi yang taring yang begitu tajam.
Tubuh yang kokoh bahkan jika pedang terkuat di dunia menyentuh kulitnya, keyakinan para ahli pedang akan runtuh begitu mereka yakin jika tidak akan pernah bisa merobek kulit dari makhluk itu.
“A-apa itu... Naga?”
Setiap langkah kakinya menggetarkan dunia, setiap hembusan napasnya langsung membuat kering tanah yang bermusim salju dari ulah para Mage.
Menelan ludah atau tidak berkedip menjadi kebiasaan yang tidak di sadari.
Itu nyata seekor naga raksasa.
Bukan mimpi. Otheo menggoyangkan matanya dan melihat di atas kepala naga itu.
[Apocalypse Dragon - Antares]
Itu adalah raja dari para naga.
“Graaaah!!!”
Naga kiamat meraung keras sampai ke atas angkasa dan raungannya menghasilkan tekanan yang menghancurkan setiap sel dalam tubuh. Membekukan tubuh. Bahkan sampai tidak mampu membuat tubuh bergerak atau bahkan bernapas dengan normal.
“Bagaimana kita menghadapi itu?”
“Apa S-Class Hunter bahkan bisa menyentuhnya?”
“M-mustahil... Kita akan mati!”
Sifat patriotisme para Hunter secara drastis jatuh pada skala tidak tertolong lagi. Seorang Thoma yang biasanya bisa membuat situasi menjadi tenang, sekarang dia sendiri tidak yakin apakah dia bisa mengucapkan sesuatu jika yang akan di lawan adalah makhluk seperti itu.
Thoma melirik Otheo yang juga dalam keadaan sepertinya. Akan tetapi Otheo tidak bergeming untuk tidak menatap langsung naga kiamat itu.
“Kita tidak bisa mundur...” gumaman datang dari bibir Otheo.
“Komandan...”
“Kita tidak bisa mundur! Jika kita mundur seluruh dunia akan hancur! Jika kita membiarkan naga kiamat lewat maka tidak akan ada yang tersisa! Baik manusia atau masa depan.” Teriakan Otheo memenuhi seluruh area medan perang.
Ucapannya tidaklah rasional, bahkan dia sendiri tahu. Tapi, jika dia juga menyerah maka, hanya dengan langkah naga kiamat dia yakin dunia bisa hancur.
Makhluk itu sudah bukan monster yang bisa di ukur dengan berdasarkan kategori Class lagi.
Semua orang menggenggam senjata mereka seperti mereka memeluknya untuk terakhir kalinya. Ketakutan ada di wajah mereka namun tidak ada dari mereka yang melangkah mundur.
Itu benar. Jika mereka mundur maka mereka akan mati juga jika naga kiamat berhasil lewat dan membumi hanguskan tanah ini.
Melawan atau mati. Keduanya adalah pilihan yang tidak bisa di pilih.
Otheo paham. Itulah takdir.
Dan kali ini, takdir mengatakan, bahwa makhluk di depan mereka itulah dewa kematian yang datang mengambil nyawa mereka.
Naga kiamat membuka mulutnya, percikan merah meledak-ledak seperti kembang api di dalam mulutnya.
“Draes!” teriak Otheo.
Berikutnya Draes langsung maju dan mengerti maksud Otheo dan pasukannya memasang perisai sekali lagi.
“Wall Fortress!”
Penciptaan dinding benteng membuat kubah yang besar yang menutupi bagian depan garis pertahanan para Hunter.
BWOSH!
Naga kiamat menghembuskan napas dari mulutnya dan api panas sepanas lahar gunung berapi atau bahkan lebih panas menembak kencang melewati dinding benteng Guild Mormouth.
“I-ini tidak bisa di tahan!” keluh mengerang Draes tidak tertahankan.
“Kugh! Semua menghindar!” bersama dengan pedangnya, Otheo menukik dan memukul tanah untuk menghindar sejauh mungkin.
Bahkan dengan kemampuan berpedangnya yang tinggi. Pemahamannya masih kalah jika harus mencoba melawan semburan api dengan tekniknya. Disini perbedaannya sudah terlihat.
Garis belakang lenyap, pancaran api panas dari naga kiamat melelehkan benteng bertahan Draes dan pasukannya musnah. Semburan api yang terhindarkan mendarat di tempat-tempat yang mampu membuat tanah menjadi lava yang mendidih. Medan sekarang malah seperti berada di perut gunung berapi sehingga asap menutupi langit yang merah.
“Apakah kau bisa membekukan naga itu?” tanya Otheo pada Thoma.
“Meski jika kau menjanjikanku sesuatu aku sendiri tidak yakin bisa melakukannya walau harus menguras kekuatan sihirku.” jawab Thoma, dia sendiri juga merasa kesal karena dia tahu ketidakmampuannya.
Bagaimana bisa membekukan naga kiamat yang ukurannya hampir mencapai langit. Itu mustahil.
Pertama kalinya Thoma kehilangan kepercayaan diri, itu juga disaksikan oleh Otheo.
“Cih!” Otheo pun mendecakkan lidahnya.
Bruite meliriknya. Bahkan untuk seorang Otheo sampai kesulitan mencari cara bagaimana melawan seekor naga. Itu tidak terelakan, bahkan dia sendiri tidak bisa mengatakan apapun.
“Kita kerahkan semuanya.” kata Otheo secara mengejutkan.
“Huh?” Bruite mendongka setelah mendengar omong kosong itu.
“Aku yang akan maju paling depan.” di tambah dengan kata-kata ini. Semua S-Class tidak merasa percaya diri bahkan jika untuk seorang Otheo sekalipun.
“Itu gila! Apa yang kau pikirkan?!”
Bruite tidak salah untuk memberikan pendapat berupa membentaknya. Kehilangan rasional di kala seperti ini, apalagi seorang Otheo yang jenius. Itu sama saja bunuh diri jika sampai dia yang maju di garis paling depan.
“Aku saja yang maju.” ujar Draes mengajukan diri, sementara dia sudah di penuhi luka bakar di tubuhnya dan pakaiannya hampir sepenuhnya meleleh.
“Kau tidak bisa.” jawab Otheo dengan tegas.
“Kalau begitu aku...” kali ini Thoma yang mengajukan diri.
“Jangan gila. Kau adalah mage disini, dalam situasi terburuk kau sangat di butuhkan bersama wakilmu.” sekali lagi jawaban sarkas dari mulut Otheo tanpa di duga.
Tidak dapat membantah. Bruite juga hendak mengajukan diri dan dalam sekali dia langsung di tatap dingin oleh Otheo.
Mereka tahu. Ah, inikah akhirnya.
“Aku punya rencana jadi dengarkan. Aku ingin Mage membekukannya sekali lagi, tidak perlu seluruh tubuhnya atau bahkan seluruh kakinya, satu kaki saja sudah cukup.”
“Apa maksudmu satu kaki dari makhluk itu? Apa akan berhasil?” Draes bertanya untuk tahap meyakinkan.
“Bisa. Untuk itulah kita harus bekerja sama. Aku membutuhkan Force milikmu Kapten Valkrye dan juga yang paling penting adalah Gladiator milikmu yang akan menjadi penentunya, Kapten Mormouth.”
Inilah komando akhir yang bisa di berikan seorang komandan di medan perang yang berbahaya yang tidak tahu apakah ada tingkat keberhasilan untuk meraih kemenangan atau tidak.
Tetapi, satu hal yang pasti. Ini harus di lakukan.
“Baiklah.”
Draes mengerti dan mengangguk. Bruite juga begitu dan menegakkan kepalanya. Tapi, bagaimana dengan Thoma? Thoma mencengkeram pergelangan Otheo.
“Aku tidak tahu apakah ini berhasil. Tapi, kembalilah dengan selamat. Kita akan minum, bukan?” dengan ekspresi yang semu, raut wajah yang tidak pernah di perlihatkan sebelumnya dari pria yang selalu positif. Thoma kali ini meminta.
“Tentu. Setelah ini selesai.” Otheo mengambil tangan Thoma dan menjabatnya.
“Senang bisa bekerja denganmu, Kapten Thoma.” tambah Otheo.
Pertama kalinya dalam hidup Thoma jika dia di panggil namanya di saat seperti ini. Di situasi hidup dan mati. Adakah yang lebih buruk dari ini? Dia ingin serakah dan ingin Otheo terus memanggil namanya agar mereka akrab.
Akan tetapi, situasi berkata lain.
Naga kiamat meraung sekali lagi dan mengguncang langit dan bumi.
“Groaaa!”
“Kita tidak punya waktu!”
Otheo, Dreas, dan Bruite langsung melesat maju ke depan sebelum naga kiamat menghembuskan napas api sekali lagi. Kecepatan lari mereka bertambah. Dengan menghunuskan pedang yang pertama maju adalah Otheo.
Disitu Thoma mengetahui sinyal dari Otheo yang menoleh padanya. Para mage bertindak.
“Blizzard!”
Lingkaran sihir hanya terfokus pada salah satu kaki belakang naga kiamat dan membekukannya. Thoma kesulitan menahannya.
Bruite menolak mundur lagi memasang kuda-kuda dan memukul perisainya dengan pedangnya, menghasilkan dengungan nada yang sumbang.
“Force: Berserk!”
Aura Bruite naik menjadi sangat tinggi. Dia mencapai tahap dimana dia mengeluarkan segalanya. Mengincar titik dimana dia bisa menempatkan serangan. Bruite menebas salah satu kaki depan bagian kanannya. Bruite menggila dan menebas secara brutal.
Naga kiamat nampak tidak bergeming namun dia terluka karena serangan Bruite menghasilkan dampak mengerikan pada lukanya.
“Dreas, dorong dia!”
Kaki naga kiamat pincang sebelah dan satu lagi terluka. Dia tidak bisa bergerak ke depan lagi dan tepat di belakangnya adalah gate yang masih terbuka.
Dreas melompat dan meraung keras, dia mengangkat kapaknya ke atas langit, setelah itu dia memukul tubuh bagian bawah leher naga kiamat dan mendorongnya ke belakang. Kaki naga kiamat terseret.
Thoma tidak bisa menahan lagi dan esnya pecah. Dreas terguling di tanah, butuh waktu untuk dia bangkit. Dan naga kiamat yang murka membuka mulutnya.
“Sial, kita akan mati.” Dreas yang tidak berdaya berusaha tetap membawa kapaknya dengan segenap tenaganya yang tersisa.
“Aku tidak bisa lagi memberikan dampak pada kulitnya yang keras.”
Begitu pula Bruite dan Thoma yang ada di belakang. Mereka berdua sudah pada batasnya.
Sekumpulan energi yang sangat besar berada di dalam kerongkongan naga kiamat. Kematian sudah ada di depan mereka. Bahkan jika mereka memasang barrier, itu percuma. Mereka hanya akan terbakar sia-sia.
Langkah kaki datang dari belakang Dreas. Pedangnya mulai berdenging sangat keras seperti akan meledak.
“Itu sudah cukup.”
Dia berjalan dan terus berjalan ke depan.
“Terima kasih Dreas, sekarang serahkan padaku.”
Dreas mematung disitu. Thoma. Juga Bruite. Mereka melihat Otheo berjalan sendiri tepat di depan naga kiamat yang membuka moncongnya. Pupil naga kiamat menusuk menatap Otheo dengan tajam.
Otheo menyeringai.
“Reinforcement: Low Type: Drill Wind!”
DUGUGU!
Otheo melompat. Bor angin tercipta ada bilah pedangnya dan menabrak bawah moncong naga kiamat. Membuatnya menutup mulut naga kiamat yang sudah hampir meledak. Naga kiamat membatalkan tembakannya dan api di kerongkongan meledak kecil membuatnya kesakitan.
Saat masih berada di udara, Otheo tidak berhenti mengatakan kemampuannya.
“Reinforcement: Long Type: Splitting the Sky!”
SRARAT!
Menebas ke depan, tebasannya mendorong naga kiamat mundur dengan kuat. Naga kiamat tahu dia terdorong dan menggunakan ekornya untuk bertahan.
“Reinforcement: Long Type: Breaking the Sea!”
SLASH!
Sekali lagi Otheo memberikan tebasan demi tebasan dengan skala besar dan mendorong naga kiamat terseret ke belakang meski sudah menggunakan ekornya.
“Splitting the Sky! Breaking the Sea!”
Otheo dengan sangat ganas terus menerus merapalkan kalimat yang sama hingga darah keluar dari mulut, hidung hingga matanya. Aura yang dia keluarkan di paksa untuk terus menopangnya.
Terakhir, dia berteriak.
“Reinforcement: Mastery Type: Heaven Tear!”
SWOSH!
Kilauan pedangnya di akhir sangat menyilaukan hingga tidak ada siapapun yang bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi.
Naga kiamat kembali masuk ke dalam gate.
Tubuhnya di penuhi darah. Wajahnya bahkan tidak terlihat jelas karena banyak coretan berwarna merah gelap. Otheo menoleh ke belakang dengan pedangnya yang sudah hancur. Pedang kelas atas yang hanya ada satu di dunia. Di lepaskannya.
“Maaf.” dengan suara lembut penuh penyesalan, dengan senyum paling tulus untuk seseorang yang menginginkan permintaan maafnya diterima.
Thoma melihat dengan wajah hancur dalam hatinya.
“OTHEO!”
Otheo masuk bersama naga kiamat di dalam gate.
Perang telah berakhir. Kala itu, pahlawan yang mengakhiri dan mencegah bencana di dunia dinyatakan menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments