Reincarnation Of S-Class Hero
Aku selalu memikirkan ini...
Mengapa aku terlalu lemah?
Itu, bahkan tuhan sekalipun tidak mengetahui alasannya. Dia hanya memberi kita kehidupan tanpa alasan dan karena itulah makna kehidupan kitalah yang harus mencarinya.
Bahkan sampai kita menderita di titik kematian mendekat.
Hari itu adalah hari terjadinya insiden besar yang terjadi di dunia. Langit menjadi berwarna merah kehitaman, tanah yang tandus dengan iluminasi coklat keemasan, di sertai aroma darah yang menyengat yang di hembuskan oleh angin.
Dan monster bemunculan keluar dari dalam gate dungeon.
Insiden pertama break dungeon S-Class yang membawa bencana di Kekaisaran terbesar, Lukedonia.
“Healer! Kita membutuhkan Healer!”
“Arah jam enam! Inferno Giant keluar dari dalam gate!”
“Tidak mungkin! Bahkan Hunter kelas top saja hanya bisa melawan satu, lalu bagaimana mereka bisa melawan lima sekaligus!”
Kepanikan melanda tempat perang yang pecah. Semua hunter tingkat atas dikerahkan untuk menyelesaikan break dungeon, namun, tidak hanya mereka di tekan, gelombang yang keluar dari dalam gate tidak kunjung berhenti dan semakin membawa bencana.
Itu di jelaskan saat monster raksasa dengan tangan banyak dan berkepala dengan api menyala seperti lava berjalan dan menghanguskan apa saja yang di lewatinya.
Hunter A-Class kemungkinan masih bisa memiliki daya tahan, tidak bagi Hunter Class di bawahnya. Mereka hangus tanpa melakukan perlawanan. Di situlah perbedaan besar di antara para Hunter dan monster.
Lalu disanalah simbol keajaiban muncul, yang disebut sebagai S-Class dari beberapa Kerajaan yang ikut serta dalam Raid battle.
“Benda berjalan itu. Seharusnya berada di gate A-Class ke atas sebagai Boss monster dan sekarang muncul di break dungeon ini seperti bencana berjalan. Bagaimana menurutmu, S-Class ternama?”
Wanita itu dikenal sebagai perisai dan pedang yang membawa keadilan bagi dunia. Wanita yang melambangkan kebajikan dengan selalu memprioritaskan atas nama menegakkan keadilan. Kapten Valkrye Guild, Bruite. Role Warrior.
“Aku tidak tahu. Jika mereka keluar sebagai Boss monster itu akan bagus karena jumlah kita sebagai S-Class sangat mencukupi melawan mereka. Akan tetapi kita masih belum tahu apa yang akan datang berikutnya dari dalam gate.”
Sebagai Hunter ternama yang dikenal di seluruh penjuruh tanah air di benua ini. Tidak ada yang tidak mengenal namanya. Bahkan jika ada sedikit fakta yang bocor dengan menggunakan inisial namanya, dunia akan tahu siapa yang sedang mereka bicarakan.
Yang paling hebat dari semua S-Class Hunter yang ada dan di kenal sebagai seseorang yang seharusnya menjadi Raja bagi para Hunter. Kapten Gehennah Guild, Otheo. Role Swordmaster.
“Seperti yang diharapkan dari pria terkuat dan tercerdas dalam strategi. Maukah jadi ayah dari anak-anakku?” ucap Bruite dengan tawa bercanda.
“Tidak, terima kasih.” dan itu langsung di jawab terang-terangan oleh Otheo.
“Lalu, apakah kita bisa menahan sampai gatenya tertutup, Kapten Gehennah?”
Di samping Otheo ada pria besar yang membawa kapak raksasa di satu tangannya seperti dia memegang ranting kayu. Pria yang hanya berisi otot-otot yang mengembang di lengannya meskipun dia memakai armor besi. Salah satu S-Class Hunter, Kapten Mormouth Guild, Draes. Role Tanker-Fighter.
“Aku tidak yakin, Kapten Mormouth. Setidaknya kita perlu antisipasi.”
Dengan tenang Otheo mencermati situasi medan perang.
“Uwah, berapa kalipun melihatnya aku tidak akan terbiasa.”
Terkadang ada tipe yang seperti ini juga. Dikatakan tipe orang yang memang normal dari semua Hunter. Pria yang selalu merasa bahwa dirinya lemah dan takut akan medan perang. Tidak hanya berpikir bahwa dia akan kalah namun dia juga tidak pernah berpikir akan menang meski dia menjelajahi dungeon C-Class.
Dia selalu gemetar dan berwajah pucat hanya menatap monster sebentar. Tidak lain pria yang tidak cocok menjadi seorang Hunter, namun dia di berkahi kekuatan yang besar dari semua Hunter dan menjadi S-Class di usianya yang masih muda. Wakil Kapten Hornet Guild, Antonio. Role Mage.
“Antonio, tenangkan dirimu. Cobalah untuk tidak terlalu berpikir berlebihan.”
Melihat sikap pesimis Antonio, pria ini menghela napas kecil dengan senyuman yang biasa memang terbiasa melihat Antonio seperti itu. Sayangnya begitulah cara dia menaklukan Antonio agar tidak terlalu tegang.
Tapi, di medan perang yang tidak tahu kapan kita mati maka tentu saja kadang kata-kata tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi berbeda dengan pria ini. Istimewanya karena setiap kata-katanya dia selalu tersenyum sangat positif dengan suara yang bisa membuat hati tenang. Kapten Hornet Guild, Kirsch Thoma.
Thoma, satu-satunya bangsawan kelas atas di Kekaisaran Lukedonia. Dan satu-satunya pria dengan role Mage-Healer.
“Bukankah begitu, Kapten Otheo?” tambah Thoma yang tiba-tiba saja membawa nama Otheo.
Otheo terkesiap sedikit saat namanya diikutsertakan dalam kata-katanya dan menoleh dengan wajah tidak puas.
“...Ya, bisa dibilang begitu.”
Kenapa Otheo seperti itu kepada Thoma? Ada alasannya.
Tetapi memikirkan kenapa Thoma membawa nama Otheo, itu bukan karena alasan tidak baik.
Alasannya karena Thoma menyukai Otheo karena dia adalah S-Class pertama yang patut di kagumi. Disitulah setiap Thoma memanggil namanya dengan penuh semangat, Otheo akan bergidik.
‘Seperti biasa aku tidak terbiasa dengan senyum Kapten Hornet.’
Apapun itu Otheo hanya ingin keluar dari situasi yang berhubungan dengan Thoma.
Seluruh pasukan keempat Guild besar sedang berkumpul di satu tempat. Jumlah mereka ada ratusan meski itu sudah di gabungkan secara keseluruhan dengan total Hunter yang tiba terlebih dahulu. Akan tetapi, jumlah monster yang terus bertambah melewati jumlah para Hunter tidak ada yang bisa menutupi perbedaan ini.
“Para Kapten akan mengurus Inferno Giant, sisanya urus yang lain.”
Dengan wajah serius Otheo memberi komando kepada keseluruhan pasukan garis depan. Para Kapten Guild setuju jika Otheo yang akan menjadi komandan penuh di raid battle kali ini.
“Kapten Hornet dan Wakilnya bantu dari belakang bersama para Hunter bertipe Mage. Para Warrior tetap dekat dengan Kapten Valkrye. Dan Kapten Draes tolong jaga garis depan dan tahan bahkan jika nyawa taruhannya.” tambah Otheo kemudian.
“Kau mengatakannya seakan kau ingin aku mati.” kata Draes dengan senyum kecut.
“Anggap saja begitu. Jika kau masih hidup aku akan mentraktirmu minum sampai puas.” jika itu yang terakhir maka itu menjadi janji manis palsu. Tetapi Draes sudah puas dengan ucapan Otheo ini.
“Ajak aku juga sayang.” dengan bersemangat Bruite masuk dengan pedang di atas bahunya dan mengedipkan satu matanya menggoda Otheo.
“Aku tidak tahu cara minum tapi aku akan ikut jika itu ajakan Komandan Otheo. Tapi lain kali tolong panggil namaku dengan akrab.” lalu disini ada pria yang tidak menyerah untuk tetap dekat dengan Otheo meski dia sudah jelas menjaga jarak. Thoma mengambil inisiatif untuk ikut.
Di samping Thoma, Antonio berjalan dengan kaki gemetar, sedekat mungkin dia menempel dengan Thoma seperti tidak mau di tinggal sendirian.
“Kalau begitu kita mulai.”
Otheo mencabut pedangnya dari tanah dan mengangkatnya. Pedang yang telah mengambil banyak nyawa ratusan monster dan membunuh mereka tanpa ampun. Sekali lagi pedang itu akan berlumuran darah dan sebentar lagi teriakan monster akan memenuhi wilayah kematian.
Otheo, Bruite dan juga Draes maju dan diikuti oleh para Hunter milik mereka. Lalu tidak terlambat beraksi, Thoma dan Antonio memberikan ketiganya elemen penguatan sebagai buff mereka.
Di awali dengan suara teriakan pertama yang menebas jarak garis utama adalah Otheo dengan pedangnya yang berdenging di atas semua nada yang ada dia dengan cepat menebas semua monster yang mencoba mengerumuninya.
Bruite yang lari di dekatnya terkagum.
“Seperti yang diharapkan dari seorang Swordmaster!” pedang serta perisainya mampu menahan dan mengoyak tubuh monster.
Lalu disaat kedua petarung itu sedang menggila untuk membuka ruang. Draes yang masuk di tengah pertempuran dan berdiri tepat di depan para Inferno Giant, segera memberi perintah.
“Pasukan bersiap!”
Pasukan Guild Mormouth bergerak bersamaan dengan mereka membawa perisai besar dan menutup setiap celah lalu membentuk sebuah garis pertahanan. Draes menghentak tanah dengan ujung kapaknya.
“Wall Fortress!”
GUUNG!
Pertahanan dinding kebiruan tercipta dan membentuk sebuah kubah yang besar yang mengurung mereka seperti di sebuah benteng yang tidak bisa di tembus. Inferno Giant menyadari itu dan mencoba memukul Wall Fortress, tapi itu berhasil di tahan.
“Mage!” teriak Draes.
Setelah penciptaan pertahanan selesai giliran penyerang utama bergerak.
“Blizzard!”
Thoma dan Antonio serta para role Mage melantunkan sihir yang sama untuk melakukan penyatuan yang seirama dengan begitu kekuatan mereka dalam sihir tersebut dapat dilipat gandakan.
“Salju?” Draes melihat adanya butir-butir berwarna putih dan langsung menyadarinya.
Detik itu juga angin kencang pembawa badai datang dari atas langit para Inferno Giant. Sebuah lingkaran sihir raksasa ada disitu. Kemudian badai salju turun menghujani para Inferno Giant kecepatan pembekuan yang tidak bisa di bayangkan. Dalam hitungan detik medan menjadi tanah di musim salju.
“Gila...” Draes tersenyum kecut melihat pemandangan yang bisa berubah dalam sekejap yang dilakukan oleh para Mage.
“Itu mudah.” ucap Thoma.
Dan dengan bukti ucapannya para Inferno Giant membeku di dalam batu es yang menyegel mereka untuk bergerak lagi. Sekarang mereka terlihat seperti di Petrification secara eternal.
“Ini tidak akan bertahan lama, kita serang mereka.” Draes maju dan keluar benteng bertahan.
Menyusul Draes. Kedua orang yang sudah membuka jalan untuknya agar tidak ada monster yang masuk menganggu mengejarnya. Otheo dan Bruite bergegas dari arah yang berlawanan.
“Reinforcement: Long Type: Breaking the Sea!” Pedang Otheo diimbuhi dengan sebuah hawa dingin yang mencekam, aura naik di setiap ujung bilahnya.
“Force: Berserk!” cahaya merah berdarah memenuhi pedang Bruite.
“Gladiator Slash!” Draes melompat tinggi di udara di hadapan salah satu Inferno Giant.
Mereka bertiga, di waktu yang bersamaan mengayunkan pedang mereka dengan alunan yang sama namun dengan gaya yang berbeda. Masing-masing senjata dengan penggunaan yang berbeda, tebasan yang membawa kehancuran, kegilaan, dan juga kerusakan.
BLAAR!
Batu es hancur dan tiga dari Inferno Giant di taklukan.
Lalu tersisa dua Inferno Giant yang berhasil lepas dari cangkang es. Mereka bertiga yang tidak mau kehilangan momentum ini berteriak bersamaan.
“Mage!”
Menjawab panggilan mereka, Thoma tersenyum seperti telah menunggu waktunya. Di bantu oleh Antonio yang mentranfer kekuatan sihirnya pada Thoma.
“Frost: Thorn Spear!”
Otheo, Bruite dan juga Draes melompat mundur sejauh mungkin begitu Thoma melantunkan kekuatannya. Mereka tidak mau ikut terlibat dampak serangan berbahaya itu.
DRAAAR!
Tanah berguncang dan dalam sekejap mata tombak berduri muncul dari dalam tanah yang sangat dingin dan menusuk tubuh Inferno Giant dengan mengerikan. Sampai duri es di lumuri oleh darah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments