Gencatan Senjata.

Eric turun dari ranjang dengan kaki gagahnya, tak terlihat lagi pria lemah yang duduk di kursi roda. Dengan mata elangnya, Agen khusus itu menatap Amber berjalan mendekat. Saat di depan wanita itu dia mendekatkan wajah garangnya pada wajah Amber bahkan hidung mancung mereka berdua hampir menempel. "Jangan terkejut aku bisa mengenalimu, aku adalah seorang tentara yang bertahun-tahun dilatih untuk bisa menebak siasat musuh. Aku menikah dengan Katlin memang baru 4 bulan sebelum dia dipenjara, tapi aku mengenalnya. Saat dia keluar dari penjara, sikapnya juga semua kebiasaannya berubah. Katlin bahkan pintar memasak, tapi kamu di dapur malah menyuruh pelayan untuk memasak. Banyak hal lain lagi yang janggal, tapi aku yakin kau bukan Katlin. " Eric menjeda ucapannya, "Aku akan menceritakan kehidupanku sedikit, aku ingin kau juga berkata jujur padaku."

Amber hanya mengangguk, kini dia sedikit ketakutan karena ternyata Eric adalah pria normal.

"Tahun lalu, aku dipaksa menikah dengan Katlin. Saat itu aku sudah mempunyai seorang kekasih, tapi kekasihku belum siap untuk menikah dan mempunyai anak karena masih betah dengan karirnya sebagai tentara. Sedangkan mamaku tak menyetujui hubungan kami karena tak suka wanita tentara, ibuku ingin menantu yang pintar memasak, mengurus rumah dan keluarga lalu terpilih lah Katlin. Tapi... Katlin mengkhianatiku, dia mendorongku dari atas tangga. Saat aku dibawa ke rumah sakit militer, kakiku ternyata baik-baik saja. Tapi karena aku rentan diserang oleh orang-orang yang terancam oleh satuan khusus tim kami, aku diberikan misi lumpuh agar bisa memperdayai para musuh. Tapi Ibuku tetap memenjarakan Katlin, karena tidak terima putranya menjadi lumpuh."

Nafas kasar Eric menerpa wajahnya, membuat Amber tak nyaman, "Ok, aku sedikit mengerti apa yang kamu bicarakan tapi jika kamu sudah tenang, bisakah kita berbicara dari hati ke hati ini sambil duduk, bagaimana?" Amber mendorong dada tegap Eric dengan telunjuknya menjauhkan tubuh pria itu.

"Kenapa singa mengaum berubah menjadi kelinci ketakutan? Kau sekarang takut padaku?" Eric tersenyum sinis.

"Hehe, kau sekarang sudah mengenalku bukan. Aku sudah mati satu kali, saat tubuhku terbakar itu sangat menyakitkan. Sejujurnya aku ketakutan setiap kali kau mengancam akan membunuhku, aku agak trauma tapi aku memang bukan wanita lemah jadi tak pernah menghiraukan ancaman mu tapi... agak sedikit membencimu." Amber melihat mata Eric berubah, "Hanya sedikit, kau tidak perlu merasa bersalah...."

Eric tertegun Amber bisa menyadari jika dia merasa bersalah, dia menjauhkan tubuhnya. Berjalan duduk di atas ranjang, "Ekhm ok... santailah dan ceritakan tentangmu."

Setelah Eric mundur, Amber menghirup udara dalam-dalam merasa sudah kehabisan nafas, jujur dia tadi sangat terkejut. 2 kejutan sekaligus, damn! Dia berjalan menghampiri Eric, duduk di ujung ranjang menjauh dari pria itu. "Jika kau mengenalku pasti kau sudah tau tentang aku yang mati terbakar, mereka membunuhku."

"Mereka? Tunanganmu dan siapa?"

"Sahabatku, Betrix."

"Wanita yang memakai gaun merah, yang menggandeng tunangan mu di acara geleri sahabatmu Rex? Saat kau berbicara pada mereka tadi."

"K-kau... darimana kau tau aku ke galeri? Kau bahkan juga tau aku melakukan apa disana, apa kau ada disana juga? Kau bahkan tau Rex sahabatku, apa kau memeriksa latar belakangku?"

"Ya, semuanya. Jadi aku curiga padamu. Kau bahkan jago bela diri, tenagamu saat menendangku tempo hari sangat besar. Tenaga besar seperti itu dihasilkan dari seringnya melatih otot kakimu."

Amber menggeleng pasrah, "Seorang tentara ternyata luar biasa, aku terlalu meremehkanmu. Tapi, apa maksudmu tadi saat kau bilang kau menyamar dengan menjadi pria lumpuh dan tim khusus? Tentara macam apa seperti itu, bahkan sampai mempertaruhkan nyawamu dan nyawa orang lain."

"Kau tidak perlu tau, tapi perkataanku pada mu sangat serius. Jangan memberitahu siapapun tentang keadaan ku, termasuk keluargaku. Mereka akan berada dalam bahaya, karena mereka juga tidak tau tentangku yang sebenarnya."

"Kamu yang sebenarnya?" Amber masih bingung.

"Aku bilang kamu tidak perlu tau, ini demi kebaikanmu juga. Semakin kamu tidak mengetahui apa-apa tentangku, itu semakin baik. Sudah, tidurlah." Eric bangun dari ranjang berjalan ke ruangan buku.

"Kau mau kemana?" tanya Amber.

"Aku akan tidur di ruangan buku, mulai malam ini kau tidurlah di ranjang."

"Eric..."

Eric menghentikan langkahnya berbalik menatap Amber. "Hm."

"Bisakah kita hidup damai? Apa kau masih membenci wajah istrimu ini yang sudah mengkhianatimu? Maaf, tapi aku masih membutuhkan tubuh istrimu ini. Jika ada pilihan, aku memilih tubuhku sendiri, tapi aku bahkan sudah tak memiliki tubuh."

Eric mengangguk, "Jika kau menutup mulutmu tentangku, aku tidak apa-apa. Kita bisa gencatan senjata..." Eric melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruang buku.

"Makasih Eric... ternyata kau bukan tentara bodoh dan idiot. Aku sudah salah merutukimu selama ini," teriak Amber.

Eric mendengarnya, bibirnya tersenyum lebar. "Dasar wanita konyol..." menggeleng masih dengan senyuman di bibirnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***