Selamat membaca!
Albert sudah kembali dengan napas terengah-engah.
"Sering-sering aku mendapat hukuman seperti ini, lama kelamaan aku bisa mati," gumam Albert mengeluh.
Tak lama kemudian Raymond dan Elliot keluar dari dalam restoran, mendekati mobil mewah yang terparkir di depan restoran. Albert segera membukakan pintu mobil untuk Raymond.
Mobil melaju meninggalkan restoran menuju MANGO Corporate.
"Tuan, apa boleh aku bertanya?" tanya Elliot dengan hati-hati.
Raymond yang sedang membuka handphonenya, sejenak berhenti dan menoleh menatap Elliot.
"Apa?" jawab Raymond dengan menaikan satu alisnya dengan tatapan tajam penuh selidik.
Dahi Elliot seketika mengeluarkan keringat, saat ia melihat tatapan Raymond seperti hendak menerkamnya, padahal AC di dalam mobil sudah begitu dingin, seandainya matahari masuk ke dalam mobil pun, pasti akan langsung menguap.
"Tidak Tuan, aku tidak jadi bertanya, aku hanya ingin katakan selamat atas pernikahannya nanti," tutur Elliot mengelak dari ucapan awalnya.
Tatapannya begitu tegas, bagaimana aku bisa melanjutkan pertanyaanku.
Elliot terlihat pucat menerima tatapan Raymond yang membuat tubuhnya terasa kaku dan lidahnya sekejap kelu.
"Hahaha..."
Raymond tergelak tawa begitu keras.
"Kau pikir ini semua tentang perasaan, Elliot," gelinya membayangkan pikiran Elliot.
Elliot semakin heran, wajahnya tak lagi datar.
"Kasihan wanita itu," gumam Elliot iba dalam hatinya.
Raymond menautkan kedua alisnya.
"Seorang Raymond tidak akan bisa hidup dengan satu wanita," selorohnya berucap dengan suara arogannya.
Elliot menelan salivanya berkali-kali, ia semakin bertanya-tanya apa maksud dari Raymond ingin menikahi wanita itu.
Raymond tak meneruskan kalimatnya ia hanya diam dan melanjutkan pekerjaannya dengan kembali membuka MacBook yang ia pegang.
"Jika bukan karena Daddy memaksaku, aku tidak akan menikah secepatnya ini," gumam Raymond sambil membuka beberapa file, namun wajahnya terlihat geram mengingat apa yang Nicholas pinta sewaktu di rumah.
🍁🍁🍁
Setibanya di kantor, Raymond sudah duduk nyaman di kursi kebesarannya.
Ponsel berbunyi bergetar di atas meja, Raymond lalu mengambilnya dan menjawab teleponnya.
"Halo Ray?"
Raymond mulai mengenali suara berat dari balik ponselnya.
"Hahaha.." suara tawa Raymond mengisi ruangan kantornya.
"Ada apa sampai kaisar dari Eropa meneleponku,"
"Jangan berkata seperti itu, kau itu terlalu meninggikanku," elak seorang Pria menghempaskan pujian Raymond.
"Pada kenyataannya perusahaan yang kini kau pimpin berhasil merajai penjualan se-Eropa lantas apa pujian ini mengada-ada,"
Tatap Raymond melihat di atas meja terdapat sebuah majalah Forbes yang di sampulnya tampak sahabatnya sedang duduk di singgasana selayaknya kaisar.
🍁🍁🍁
Majalah Forbes adalah sebuah majalah bisnis dan finansial Amerika Serikat yang didirikan pada 1917 oleh B.C. Forbes.
🍁🍁🍁
"Kekuasaan ini membuatku kesepian Ray."
Suara berat itu terdengar tak bertenaga.
"Kau kesepian?" tanya Raymond dengan mengernyitkan dahinya karena keheranan.
"Begitulah Ray," jawab Will lirih.
"Hahaha."
Lagi-lagi tawa Raymond seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Wajar saja Raymond begitu kaget dengan keluhan sahabatnya. Seorang Will Stefan Persson yang begitu digilai oleh ratusan wanita bahkan lebih, bisa mengatakan dari mulutnya kata kesepian.
Will Stefan Persson berusia 34 tahun. Ia lahir di Swedia, memiliki seorang adik yang bernama Karl Stefan Persson yang berusia 25 tahun, dibesarkan dengan bertebaran harta dan kekuasaan membuat Will sapaan akrabnya mulai jenuh dengan kehidupannya, ia menyukai kebebasan, tanpa bodyguard di sampingnya yang selalu mengintai setiap pergerakannya, tanpa segala aturan dari keluarga dan tanpa sorot media yang selalu mengekspos apapun yang dilakukannya.
Dahulu ia terkenal selalu bergonta ganti pasangan, tak jarang beberapa model cantik di Eropa patah hati karena dicampakkannya. Namun lama kelamaan ia menjadi jenuh, sikapnya mulai berubah lebih menghargai wanita, saat Ibunya Glory Clare Persson banyak memberikannya nasihat untuk tidak menyia-nyiakan kehidupannya.
🍁🍁🍁
"Ayolah Will, kau bisa memilih wanita manapun yang ingin kau nikmati tubuhnya lalu bisa dengan mudah kau campakkan."
Senyum Raymond dengan arogannya mengingat saat dulu ia dan Will berlomba-lomba untuk mencampakkan model-model top di Eropa.
"Tidak Ray, kehidupan yang seperti itu sudah jenuh untuk aku lalui, aku terlalu lama menyia-nyiakan hidup yang masih dapat ku nikmati, aku tidak ingin berakhir seperti My Daddy."
Raymond terhenyak dengan kata-kata Will, ia sedikit mulai berpikir bahwa apa yang dikatakan Will ada benarnya. Terlebih saat ini ia sedang mengikuti keinginan Daddy-nya untuk segera menikah agar mempunyai keturunan.
"Jika kau ingin membuat sahabatmu bahagia, temukanlah aku dengan wanita yang tidak menilai sesuatu hanya dengan uang dan uang."
Ucapan Will kembali membuatnya berpikir apakah pilihannya untuk menikahi Alice adalah pilihan yang tepat.
"Apapun kuberikan Will, bahkan jika harus berbagi istri sekalipun, hahaha."
Raymond berucap tanpa berpikir, yang membuat Will menyadari, jika itu terjadi apa benar ia rela melepas istrinya.
"Kabari aku jika kau menemukannya kawan, di Swedia sepertinya semua wanita sudah dirasuki oleh uang dan uang."
Apa Alice wanita yang seperti itu ya?
Raymond menutup teleponnya, namun saat ini pikirannya mulai dirasuki oleh perkataan sahabatnya.
"Seorang Will Stefan Persson, ingin hidup berkeluarga dan menikmati kehidupan."
Sungguh itu merupakan bualan terlucu dalam hidupnya, betapa tidak dulu di saat dirinya masih begitu polos belum mengerti tentang bagaimana cara menggaet wanita, Will lah orang yang mengajarkannya.
Bahkan Will selalu berkata padanya, "Jangan merasa iba ketika mencampakkan wanita, itu hanya membuat hatimu lemah, tinggalkan dan jangan pernah menatap kebelakang."
Raymond terkekeh membayangkan perkataan yang dulu itu dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Bodoh kau Will, tapi aku akan membiarkan Alice bersamamu jika kau ingin dan tertarik padanya."
🍁🍁🍁
Restoran Alice.
Alice tak dapat menutupi kesedihannya, Ayahnya membuat kesepakatan tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya.
"Pria itu memang baik, Jen, tapi ini semua bukan keinginanku."
Alice mulai menitikkan air mata dari kedua sudut matanya. Jenny menatapnya dengan iba.
"Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa Alice, tapi jika kamu menganggap pria itu baik, kenapa tidak kamu coba jalani saja, kamu buat perjanjian dengan Ayahmu, bilang kamu ingin bertunangan terlebih dahulu, jangan langsung menikah."
Jenny coba mencarikan solusi terbaik untuk sahabatnya yang saat ini sedang menangis di depan matanya, Jenny memeluk tubuh Alice dengan erat agar dapat menenangkan tangisan Alice yang terdengar pedih.
Di saat keadaan begitu haru dan menyedihkan untuk Alice, mereka sama-sama terkejut ketika Gladys datang menghampiri.
"Nona Jenn, Bu Alice, maaf mengganggu, ada seorang Pria mencari Nona Jenn dan Bu Alice."
Alice mulai menyeka air matanya, sementara Jenny tampak heran tentang siapa gerangan yang mencari mereka berdua.
"Baik Gladys lanjutkan pekerjaanmu, nanti biar aku yang temui."
"Kamu jangan menangis lagi ya Al, aku temui dulu ya siapa pria itu."
Jenny beranjak berlalu meninggalkan Alice yang masih larut dalam kesedihannya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan like dan komentar kalian ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Siti Aminah
blon aj si ray kena batuny...bakalan nyesel dia nanti
2023-08-24
0
Enung Samsiah
sebbelll deh mau berbagi istri ku racun kau Raymond
2023-03-16
0
Dinna millinia
awas lu ya ray klo bucin sma alice!!
2022-11-10
0