Selamat membaca!
Mobil mewah Raymond sudah sampai di pelataran gedung pernikahan.
Alice dan Raymond turun lalu segera memasuki gedung.
Alice mengedarkan pandangannya ke setiap sudut gedung, dengan dekorasi yang membuat matanya terpana memandangnya.
"Indah sekali," puji Alice masih menatap penuh kagum.
Raymond tersenyum tipis.
"Ini memang keinginanku, agar seluruh dunia tahu betapa suksesnya keluarga Weil saat ini," kata Raymond dengan suara arogan dan sifatnya yang angkuh.
Bak sebuah dongeng Cinderella, desain dekorasi dibuat seperti rumah kaca.
Alice tak bisa mematahkan kesombongan Raymond, karena memang nyata dengan yang dilihatnya saat ini, ia tak mampu menolak kesombongan seorang Raymond Weil.
"Aku sudah putuskan untuk menikah denganmu Tuan Raymond, jadi aku tak mungkin melakukan ini hanya demi keluargaku," gumam Alice dengan mata yang mulai berkaca-kaca sambil terus menatap Raymond, yang sedang berbicara dengan salah satu penanggung jawab gedung, untuk menambahkan beberapa bunga mawar segar di setiap sudutnya.
Raymond sudah selesai melihat-lihat berbagai persiapan untuk acara besok. Kini ia mengajak Alice untuk menuju butik keluarganya.
"Ayo kita sekarang akan ke butik!"
Alice mengangguk mengikuti langkah Raymond menuju mobilnya.
Keduanya menaiki mobil bersamaan, lalu mobil pun melaju dengan cepat membelah lalu lintas jalanan kota London.
🍁🍁🍁
Rumah Mike.
Mike duduk di samping Claire setelah mencium kedua pipinya.
"Mom, pria tadi yang baru saja datang ke rumah, siapa sih?" tanya Mike kepada Claire.
Claire mendesah kasar.
"Tadi dia memberikan undangan ini, pernikahan putra keduaku, Raymond Weil," jawab Claire sambil menunjukkan undangan yang dipegangnya.
Namun Mike tidak mengambil undangan itu, ia mengabaikannya dan tidak menanyakan lebih lanjut, memang Mike kurang menyukai jika Ibunya membahas tentang keluarga Weil.
"Besok kamu harus temani Ibu, jangan sampai tidak mau," ucap Claire memaksa Mike.
Mike mendengus kasar mendengar ajakan Claire.
"Tapi aku malas Mom, ayolah aku ada janji dengan Jenny," ujar Mike merajuk.
"Jenny bukannya Alice, siapa lagi itu Jenny?" tanya Claire yang heran karena selama ini Mike selalu menceritakan perasaannya kepada satu wanita yang bernama Alice.
Raut wajah Mike kembali terlihat sedih mengingat Alice.
"Alice bukan takdirku Mom."
Mike menghela napasnya dalam.
Claire merapatkan posisi duduknya ke arah Mike, lalu ia memeluk Mike untuk meringankan kesedihannya.
"Percayalah Mike, Tuhan sudah memberikan kita pasangan yang terbaik, jika Jenny yang terbaik untukmu, jalani dan lihat bagaimana takdir akan membawa kalian bersatu."
Mike melepas pelukan Claire dengan perlahan, lalu ia mulai tersenyum.
"Terima kasih Mom, andai Daddy masih ada, aku bisa menghabiskan waktu bersamanya dengan bermain bilyard."
Claire tersentak mendengar ucapan Mike.
"Andai kamu tahu Mike, kalau Ayahmu itu bukan meninggal karena kecelakaan tapi karena ada yang membunuhnya," gumam Claire yang sudah bergelayut air mata di kedua sudut matanya.
🍁🍁🍁
Butik.
Raymond memasuki butik dengan langkah arogannya, diikuti Alice yang sejajar di sampingnya.
"Tuan Raymond, silahkan," sapa Manager butik.
"Jadi bagaimana apa sudah siap?" tanya Raymond dengan mengangkat sebelah alis matanya.
"Sudah Tuan, silahkan dicoba!"
Beberapa pegawai butik langsung hadir mendekat melayani Raymond juga Alice.
10 menit kemudian.
Alice terlihat sangat memukau, dengan mahkota di atas rambutnya mempercantik tampilannya bak seorang Cinderella dengan gaun panjang yang menyibak lantai.
Raymond terkesiap menatap kecantikan Alice. Matanya berbinar tak berkedip akan penampilan Alice yang begitu memukau.
Cantiknya wanita ini.
Kenapa setiap aku menyadari kecantikan Alice, hatiku seperti berbicara sesuatu ya.
Tidak, tidak itu hanya perasaanku saja, aku tidak mungkin jatuh cinta dengan wanita ini.
Raymond mengalihkan pandangannya, mencoba mengelak dari kata hatinya.
"Tuan Raymond, gaun ini sungguh luar biasa, bagaimana menurutmu Tuan?" tanya Alice yang masih tak menyangka akan mengenakan gaun layaknya Cinderella yang sering ia tonton semasa kecilnya dulu di televisi.
Raymond kembali menoleh menatapnya, ia menilik dari dasar lantai hingga ke mahkota yang dikenakan oleh Alice.
"Lumayan," ucap Raymond singkat dengan wajah datarnya.
Alice tersulut kecewa mendengar jawaban singkat Raymond. Ia hanya mengerucutkan bibirnya dan berpaling dari wajah Raymond untuk kembali berbincang dengan pegawai butik.
Pegawai butik beserta Manager beberapa kali memuji penampilan Alice yang anggun dan sangat memukau.
Alice menjadi tersipu malu dengan wajahnya yang sudah memerah.
"Padahal aku ingin memuji Tuan Raymond yang sangat gagah mengenakan stelan jas hitam itu, tapi tidak usahlah, dia saja menganggap apa yang ku kenakan ini biasa saja, dasar arogan," umpat Alice kesal.
Sesi fitting terakhir, sudah selesai untuk mereka. Kini keduanya sudah terlihat mengganti kembali pakaiannya.
Alice seperti biasa terlihat ramah menyapa kepada semua pegawai dengan mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang telah mereka lakukan.
"Sekali lagi terima kasih banyak atas pelayanan kalian semua ya," ucap Alice sebelum keluar dari butik kepada Manager.
Raymond menoleh menatap Alice, lalu ia beralih pandang menatap wajah Manager butik. Sejenak tatapannya terhenti di sana.
"Apa aku melakukan kesalahan sampai Tuan Raymond menatapku seperti itu," keluh Manager butik dalam hatinya.
Wajah sang Manager terlihat panik, dahinya mulai berkeringat karena gugup.
Alice masih belum melangkah karena menunggu langkah Raymond yang juga terhenti.
"Terima kasih, hasilnya memuaskan saya menyukainya," ucap Raymond seraya melanjutkan langkahnya.
Alice terhenyak menatap punggung Raymond yang sudah melangkah pergi.
Tuan Raymond
Alice tersenyum ke arah Manager butik, yang juga terlihat senyum di wajahnya atas apa yang telah didengarnya.
"Nona Alice membawa perubahan yang baik untuk Tuan Raymond, semoga mereka bahagia di hari pernikahannya besok," gumam sang Manager yang masih tersenyum.
Di dalam mobil.
Mobil melaju untuk mengantar Alice kembali ke rumahnya.
"Aku tahu Tuan Raymond, kalau Anda itu memang pria yang baik."
"Maksudmu?" tanya Raymond dengan wajah herannya.
"Dengan mengucapkan terima kasih kepada bawahan Anda, berarti Anda sudah mulai menghargai mereka," ucap Alice dengan senyum merekah di wajahnya.
Apa Alice telah merubahku?
Jika sudah menikah nanti apalagi yang akan dia rubah dariku.
"Mungkin aku hanya refleks mengatakannya karena memang stelan yang aku kenakan sangat memuaskan untukku, begitu juga dengan gaun yang kau kenakan," kilah Raymond mengelak dari kenyataan yang sebenarnya.
"Padahal tadi dia hanya berkomentar lumayan dengan gaun yang ku kenakan, dasar Tuan yang arogan, apa tidak bisa dia memuji orang lain dengan jujur," umpat Alice menggerutu dalam hatinya.
"Tetap saja Tuan Raymond, aku senang mendengarnya," ucap Alice yang hatinya semakin percaya bahwa sebenarnya Raymond adalah pria yang baik.
Raymond mengerjapkan matanya, ia tak ingin jika perasaannya sampai tercermin ke bola matanya.
Rasa kagumnya hanya akan dia simpan untuk dirinya sendiri. Itu lebih baik untuknya.
"Aku tak boleh jatuh cinta, karena cinta itu hanya akan melemahkanku," gumamnya dalam hati yang sudah merapatkan dinding-dinding tinggi sebagai penghalang agar cinta tak dapat masuk menembus hatinya.
Raymond masih sesekali melirik Alice.
"Akan terasa sakit jika wanita yang begitu aku cintai meninggalkanku dan pergi bersama laki-laki lain, aku tidak ingin rasa sakit Daddy aku rasakan," gumamnya lagi sambil menggenggam kemudinya erat, menatap tajam ke arah jalan di depannya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Ikuti terus TMCA spesial episode Pernikahan Alice dan Raymond akan bertabur bintang dari tokoh-tokoh utama dari novel sahabat-sahabat ku yang lain. 🤗😍😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Wirda Wati
kereen thort
2022-12-26
0
Nurul Nurul
bagus bnget novelnya
2022-06-30
0
Adhiba Khaira
ceritanya baguss thor ....aku sukaaa
2022-05-19
0