Selamat membaca!
Pagi yang indah dengan sinar matahari yang gagah menyinari alam, yang baru terbangun dari dinginnya malam.
Raymond terlihat sudah berada di mobilnya, ditemani oleh Elliot yang kini kondisinya sudah kembali sehat.
"Albert, kita langsung menuju rumah Alice, aku ingin menemuinya!"
"Baik Tuan."
Mobil melaju kencang membelah lalu lintas kota London yang masih terlihat renggang di pagi hari.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi.
Mobil mewah Raymond terlihat memasuki halaman rumah Alice, bertepatan dengan langkah Alice dan Tara yang baru keluar dari rumahnya.
Raymond turun dari mobil diikuti oleh Elliot, yang melangkah di belakangnya untuk menghampiri Alice.
Alice memerintahkan Tara untuk lebih dulu menuju mobil, Tara mengikuti perintah Alice sambil melangkah masuk ke dalam mobil. Tara menatap wajah Raymond dengan tajam.
Jadi ini pria yang bernama Raymond.
Pria ini yang akan jadi Kakak Iparku.
Raymond kini sudah berada tepat dihadapannya.
Wajah arogannya terlihat hampir runtuh di depan Alice, ia teringat akan semua yang telah dilakukan oleh Alice.
Alice bukan sekedar menyelamatkan dirinya, tapi juga seluruh kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
Raymond menatap lekat wajah Alice.
"Alice aku tak pernah mengucapkan ini selama hidupku terhadap seorang wanita, tapi ini harus aku ucapkan, karena apa yang telah kamu lakukan menyelamatkan semua kerja keras yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun."
Alice mendengar semua perkataan Raymond dengan wajah datarnya.
"Aku ucapkan terima kasih atas semua yang kamu lakukan."
Elliot terhenyak mendengarnya.
"Tuan Raymond tidak pernah melakukan ini sebelumnya kepada seorang wanita, berterima kasih itu sangat tabu terdengar di telingaku, jika kata-kata itu keluar dari mulut seorang Raymond Weil," gumam Elliot mengernyitkan dahinya.
Alice menatap tajam mata Raymond.
"Jika kamu bertindak bodoh lagi, aku tidak bisa menolongmu untuk kedua kalinya."
Raymond membulatkan matanya, tangannya mengepal mendengar panggilan bodoh yang Alice ucapkan. Wajahnya mulai mengeras menahan amarahnya.
"Berani sekali kamu memanggilku bodoh."
Raymond berucap dengan suara kerasnya, namun tak membuat Alice mengecilkan sorot matanya, ia semakin mempertajam sorot matanya, menatap mata Raymond seolah menantangnya.
"Tapi pada kenyataannya memang itu sangat bodoh Tuan Raymond, Anda bertindak hanya dengan nafsu tanpa menggunakan akal, seharusnya seorang CEO seperti Anda, yang saat ini sedang memimpin sebuah perusahaan besar, tidak bertindak secara gegabah seperti kemarin, bisnis itu kejam Tuan Raymond, jadi berpikirlah sebelum bertindak."
Raymond mematung diam, otaknya berpikir semakin keras, mencerna perkataan Alice yang membuatnya terkesiap, ia menyadari bahwa sebenarnya semua perkataan Alice itu benar, namun ego dan keangkuhannya membuatnya tidak mau mengakuinya.
"Permisi Tuan Raymond, aku harus pergi ke restoran."
Alice berlalu meninggalkan Raymond dan Elliot yang masih diam mematung.
Alice masuk ke dalam mobilnya dengan bergegas, lalu ia mulai mengendarai mobilnya untuk melaju ke restoran.
"Kakak baik-baik saja kan?"
Alice menoleh ke arah Tara dengan tersenyum.
"Kakak baik-baik saja, Tara."
"Kakak hebat bisa mengatakan hal itu kepada Tuan Raymond."
"Ya karena itulah aku sangat senang, karena aku punya keberanian untuk menggurui kesalahannya,"
Wajah Tara berubah cemas.
"Tapi apa Tuan Raymond akan menerima semua perkataan Kakak?"
Alice terdiam sejenak, mencerna pertanyaan Tara.
"Aku sendiri tidak tahu Tara, yang aku tahu apa yang aku lakukan ini adalah hal yang benar, jadi aku tidak perlu takut akan apa yang aku dapat nanti."
Tara tersenyum dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alice.
"Hatiku ini merasa iba terhadapnya, makanya aku mau menolongnya. Walau ia terlihat sangat arogan tapi aku tahu sebenarnya dia punya hati yang sangat baik, hanya saja ada sesuatu yang membuatnya keras seperti itu dan mempermainkan banyak wanita**."
Alice kembali fokus mengendarai mobilnya.
🍁🍁🍁
Raymond sudah duduk di kursi mobilnya, namun ia terlihat begitu risih sampai menghentakkan tangannya ke arah pintu mobil dengan kasar.
Elliot dan Albert terhenyak saling bertatapan. Seakan saling bertanya satu sama lain, namun tak ada yang berani bersuara.
"Elliot, mobil ini sudah tidak nyaman untuk aku naiki, jual mobil ini ganti dengan yang baru!"
"Baik Tuan."
Elliot menjawab singkat perintah Raymond, ia mengerti sebenarnya inti permasalahan bukan terletak pada mobil yang dinaikinya, tapi pada perkataan Alice yang membuat hatinya resah hingga membuatnya risih, saat berada di dalam mobil.
Perkataan Alice memang ada benarnya juga.
Raymond menautkan kedua alisnya, ia terlihat begitu geram, seumur hidup baru pertama kali ia seakan membenci dirinya sendiri, ia terus merutuki kebodohannya, menyesali segala apa yang telah dilakukan tanpa berpikir panjang akan dampak dari perbuatannya, bagi perusahaan dan kepemimpinannya.
Mobil mewah Raymond sudah memasuki lobi MANGO Corporate. Albert seperti biasa membukakan pintu mobil untuk Raymond dan membungkukkan separuh tubuhnya sebagai tanda hormat kepada Raymond.
Raymond melangkah memasuki kantornya menuju ruangannya.
Di dalam ruangan Raymond.
Sesuai perintah Raymond, Elliot mengikuti Raymond masuk ke dalam ruangannya.
"Elliot, aku ingin lihat majalah itu!"
Elliot segera mengambil majalah yang Raymond inginkan dari dalam tasnya, ia memberikan kepada Raymond dengan sopan, Raymond mengambilnya dan melihat kesal ke arah cover sampul majalah, dengan tajuk berita yang tak mengenakkan.
Raymond mengambil handphonenya dan langsung menghubungi Will.
"Apa maksudmu, Will**?"
Will terkekeh lucu, mendengar bentakan Raymond.
"Dalam bisnis kamu harus waspada dengan segala permainan di dalamnya, Ray."
Raymond mengerutkan keningnya dengan kedua alis yang bertaut, dahinya mulai berkeringat mendengar ancaman dari Will, walau dipenuhi beribu tanya, karena tak percaya jika sahabatnya melakukan ini padanya.
"Bersiaplah Ray, MANGO Corporate akan segera aku kuasai dengan mudah, kamu tidak lupa kan dengan cinta satu malam yang telah kamu lakukan, file fotonya masih aku pegang, jadi lebih baik mana, kamu serahkan dengan hormat atau aku akan mengambilnya tapi dengan nama baik kamu yang tercemar."
Raymond tersentak kaget, ia mulai cemas karena ancaman Will begitu serius kepadanya.
Melihat raut wajah Raymond, Elliot ikut cemas menatapnya.
Sepertinya masalahnya begitu besar.
Raymond langsung membanting teleponnya dengan keras, ia begitu kesal sambil melempar tubuhnya ke sofa.
Raymond mendesah kasar sambil memegangi kepalanya, yang mulai berdenyut.
"Elliot, apa yang harus aku lakukan?"
"Coba ceritakan Tuan apa yang dikatakan oleh Will?"
Raymond menghela napasnya kasar, lalu mulai menceritakan kepada Elliot, semua yang membuatnya cemas.
Elliot berpikir keras.
Raymond semakin kalut.
Tiba-tiba Elliot seperti sudah menemukan ide dari masalah yang dihadapinya.
"Ada satu jalan Tuan Raymond, segera nikahkan Nona Alice, jika Tuan resmi menikah, segala berita buruk itu akan kalah dengan berita pernikahan Tuan,"
Tanpa berpikir panjang, Raymond mengiyakan ide yang Elliot ucapkan.
"Permasalahannya apa Nona Alice mau Tuan?"
"Aku akan melakukan apapun agar dia mau"
Raymond memicingkan senyumannya. Ia sudah terlihat tenang karena ide dari Elliot adalah pemecah dari segala kekacauan yang terjadi akibat cinta satu malamnya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Terima kasih ya, sehat selalu semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Enung Samsiah
iih jijik clap clup
2023-03-16
0
Wirda Wati
Rasain Raymond.
bagusnya Alice dg Mike aja
2022-12-26
0
Gauri Utama
ngapain sih iba. Blm ada sisi baik dr Ray yg di dapat Alice. Malah Ray jahat krn sembarangan masukin Ayah Adrian ke penjara tanpa nyari tau penyebab aslinya kecelakaan neneknya
2022-12-13
0