Selamat membaca!
Mohon bijak dengan usia Anda ya.
Episode ini mengandung bacaan 21++
🍁🍁🍁
Malam harinya.
Selepas meeting dengan Tuan David, Raymond memutuskan untuk mampir ke sebuah hotel.
"Aku ingin berkunjung dulu ke hotel bintang 5 di sana," ucap Raymond kepada Brisca.
"Baik Tuan," jawab Brisca dengan tersenyum.
Hotel! Apa jangan-jangan.
Soalnya kan memang tidak ada jadwal meeting dengan siapapun di hotel ini.
Wajah Brisca penuh tanda tanya, otaknya terus berpikir keras, sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Raymond.
Sesampainya di lobi hotel, Albert segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Raymond.
"Albert tunggu aku tidak lama, sekitar 3 atau 4 jam saja!"
"Siap Tuan."
Albert menggelengkan kepalanya dengan apa yang dilihatnya.
"Apa semua orang kaya seperti Tuan Raymond ya? Ini kesekian kalinya aku mengantarnya ke hotel ini tapi dengan wanita yang berbeda."
Albert berpikir keras, ia tak menyangka Brisca yang telah lama bekerja dengan Raymond, akan menjadi pemuas hasratnya juga.
Sesampainya di lobi hotel, manager hotel langsung menyambutnya, karena memang Raymond sering sekali berkunjung ke hotelnya, namun dengan wanita pendampingnya yang berbeda.
"Tuan Raymond, sudah lama Anda tidak berkunjung ke sini."
"Siapkan sebuah kamar yang biasa, aku ingin istirahat sejenak."
Manager hotel mengiyakan dengan setengah membungkuk dan mempersilahkan Raymond dan Brisca untuk mengikutinya.
Baru pertama kali aku ke hotel yang mewah seperti ini.
Brisca mengedarkan pandangannya ke setiap sudut hotel yang memang terkesan mewah, hotel bintang 5 dengan rate pelayanan terbaik di kota London.
"Silahkan Tuan," sapa Manager hotel membukakan pintu kamar untuk Raymond.
Memang selama jadi pelanggan di hotel mewah ini, Raymond meminta sang Manager langsung yang melayaninya.
Raymond sudah merebahkan tubuhnya di sofa untuk melepaskan lelahnya. Sementara Brisca terlihat canggung masih berdiri, ia bingung harus melakukan apa.
"Tuan ada yang bisa ku bantu?"
Raymond menipiskan bibirnya.
"Pundakku terasa lelah, bisa kau pijat?" tanyanya sedikit menggoda.
"Baik Tuan."
Brisca mulai memijat pundak Raymond. Sentuhan Brisca membuat birahi Raymond merayap naik.
Raymond menarik tangan Brisca dan membuatnya duduk dipangkuannya.
Brisca menatap Raymond dengan rasa kagumnya.
Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa sedekat ini dengan Tuan Raymond.
Apa dia menyukaiku, apa dia mungkin malah akan menikahi aku?
Itu impianku, apa terlalu berlebihan ya.
Raymond menatap dalam mata Brisca, ia mulai menilik keindahan yang tersirat pada setiap lekukan tubuhnya, yang sudah terasa begitu rapat dengan tubuhnya. Raymond mulai membuka jasnya dan kemejanya.
Wajah Brisca penuh decak kagum, melihat kekarnya dada bidang Raymond dengan bulu seksi yang terlihat begitu gagah. Brisca sudah dapat membaca maksud dan tujuan Raymond. Ia mulai berani membalas sentuhan yang Raymond berikan.
"Ternyata aku mempunyai sekertaris yang tak kalah seksi dari Greta, setiap lekukan tubuhnya sangat menggodaku**."
Kini mereka sudah larut dalam gejolak bercinta, saling memagut mesra dan Brisca terlihat sangat liar memuaskan birahi Raymond.
Desahan Brisca semakin membuat birahi Raymond memburu, ia terus memberikan serangan pada tubuh Brisca, hingga membuat mereka mencari tempat yang lebih leluasa, mereka kini bergelut mesra di atas ranjang besar, saling memberikan kenikmatan.
2 jam mereka lalui tanpa lelah, seakan kenikmatan yang diberikan Raymond membuat Brisca ketagihan dan terus meronta.
Raymond tersenyum angkuh, ia merasa hebat karena keperkasaannya, lagi-lagi dapat merobohkan hasrat seorang wanita, yang kini mengemis kepadanya meminta untuk dipuaskan birahinya.
Sudah satu jam lagi durasi waktu yang mereka lewati dalam bercinta. Kini Brisca sudah terkulai lemas di atas ranjang. Ia mulai berani memeluk Raymond, membuatnya mempunyai mimpi yang tinggi untuk menjadi ratu di MANGO Corporate.
"Tuan, Anda sungguh luar biasa," ujar Brisca memuji kehebatan Bosnya.
"Ya aku tahu, ingat Brisca jangan sampai siapapun tahu dengan apa yang kita lakukan tadi!" ancam Raymond dengan suara arogannya.
"Baik Tuan, tapi aku senang karena aku sudah sejak lama menyukai Tuan Raymond."
Raymond terhenyak mendengar pengakuan Brisca.
Raymond beranjak dari tidurnya mengacuhkan kepala Brisca yang sempat tertidur di atas dadanya.
"Kenapa Tuan?"
"Kita melakukan ini hanya kali ini saja, jadi tetap batasi dirimu, ingat kedudukanmu," tegas Raymond dengan wajah mengeras.
Brisca terperanjat kaget mendengar kalimat yang diucapkan Raymond.
Tubuhnya terasa gemetar hingga membuat hatinya sangat sakit, karena Raymond hanya menganggapnya seperti budak seksnya saja.
Brisca hanya menjawab singkat.
"Baik, Tuan."
Seketika impian yang dibangun oleh Brisca runtuh, ia hanya menunduk namun seperti memendam sesuatu di dalam hatinya yang terluka, terlihat dari sorot matanya yang penuh aura dendam.
"Brisca, ini check untuk kamu, segini cukup atau kurang, jika kurang katakan saja, saya akan menambahkan lagi."
Raymond menyodorkan selembar check kepada Brisca.
Brisca mengambil check itu, matanya membulat sampai membuatnya sulit untuk menelan salivanya sendiri, melihat nominal angka yang tertera pada check itu.
"Cukup Tuan, terima kasih banyak."
"Aku akan pulang, hotel ini sudah saya bayar, jadi kamu bisa tidur di hotel ini biar Albert yang akan menjemputmu besok pagi," tutur Raymond sambil merapikan pakaiannya dan bersiap untuk pulang.
Raymond keluar dari kamar meninggalkan Brisca yang masih terkulai hanya ditutupi sehelai selimut.
Brisca mengendus napasnya kasar, menatap pintu kamar yang kini sudah tertutup.
"Aku harus menemukan cara bagaimana dapat menaklukan hati Tuan Raymond, untuk sementara uang ini dapat mengobati rasa sakit hatiku."
Brisca mengecup selembar check yang dipegangnya dengan penuh senyum.
🍁🍁🍁
Raymond sudah melangkah untuk meninggalkan lobi, namun saat hendak melewati ruang tunggu hotel, matanya tertuju pada satu majalah yang terletak di atas meja.
Ia mendekat untuk lebih memperjelas apa yang dilihatnya.
Matanya membulat ia terbelalak kaget melihat dirinya dan Alice sebagai sampul dengan tajuk berita, "Pertunangan CEO MANGO Corporate dengan Anak Pemilik Restoran."
Raymond mengernyitkan dahinya, wajahnya mengeras penuh kekesalan, ia menatap tajam ke arah majalah itu dan mengambilnya, ia lalu beranjak pergi meninggalkan lobi hotel, namun Raymond sempat berpapasan dengan Manager hotel yang secara gamblang mengucapkan selamat kepada Raymond.
"Tuan Ray, saya ucapkan selamat atas hari bahagia Anda, untuk malam ini saya pastikan, hotel kami sangat aman dari media atau apapun yang akan mengekspos kehidupan Anda."
Wajah Raymond memerah padam, menahan rasa malunya, ia seperti dipermainkan karena berita yang terpampang di majalah ini.
Raymond coba menutupi rasa kesalnya yang bercampur malu, yang saat ini sedang menggerogoti kesabarannya.
"Terima kasih, saya percaya dengan hotel Anda, maka itu saya hanya ke hotel ini."
Raymond tersenyum kecil sambil meneruskan langkahnya dan berlalu dari hotel.
Ia masih memegang majalah yang diambilnya, dengan tangan kirinya.
Apa maksud Alice membuat berita ini?
Tanpa sepersetujuan aku, sungguh kurang ajar.
Albert sudah menunggunya dan langsung membukakan pintu mobil untuk Raymond masuk.
Raymond segera masuk ke dalam mobil.
Napasnya menderu kasar, dengan mata yang menajam menahan amarahnya.
Raymond mengambil handphonenya dan mulai menghubungi Elliot.
"Halo Elliot."
Raymond memulai dengan suara lantangnya.
"Liat berita di Majalah X, apa-apaan berita itu!" bentak Raymond kepada Elliot.
Elliot lalu menjelaskan panjang lebar tentang semua yang terjadi, mendengar apa yang dikatakan oleh Elliot membuat wajahnya yang tadinya mengeras dengan sorot mata yang tajam, sekejap memudar.
"Alice."
Raymond terbata mengucapkan.
Amarahnya kini beralih mengingat sosok sahabat yang telah menusuknya dari belakang.
"Will kurang ajar dia, beraninya kau melakukan itu padaku!"
Raymond mendengus kasar, ia menghentakkan tangannya dengan keras ke pintu mobilnya.
Albert terhenyak mendengar suara hentakan itu.
Ada apa Tuan Raymond sampai semarah itu.
Apa aku berbuat salah lagi?
Jangan sampai aku mendapat hukuman lagi, kakiku bisa patah jika harus berjalan kaki dari hotel ini.
Dahi Albert terlihat mulai berkeringat, seakan dinginnya ruang di mobil tidak terasa, karena kecemasannya saat ini.
Albert menelan salivanya sendiri berkali-kali. Ia hanya terdiam tak berani menanyakan kemarahan Raymond yang tampaknya sedang memuncak.
Raymond mencoba tenang, ia coba berpikir untuk membalas segala perbuatan yang telah Will lakukan padanya.
Namun semua kemarahannya sirna saat ia mengingat Alice, seorang wanita yang saat ini telah menyelamatkan karir dan bisnisnya.
Hati Raymond sedikit tergugah, hingga terlihat senyum menyeringai di wajahnya.
Alice, wanita itu sungguh luar biasa.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Ikuti terus Terpaksa Menikahi CEO Arogan ya. Berikan like dan komentar kalian. 😍😊🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Enung Samsiah
dasar clap clup jijik kauu reymon
2023-03-16
0
Saraheyo
didollll dodoolllll kpn nyadar ,,, Raygedek,,eh Raymond maaf thor 😆😆🤭
2022-10-29
0
Muslimah Haja
baru sadsr klo perempuan yg mau d buat mainannya wanita hebat
2022-07-14
1