Depresi

Cecillia yang melihat televisi menayangkan video rekaman saat dirinya diperko*sa, ia semakin tertekan dan despresi. ia menjatuhkan gelas yang dipegang sehingga pecah berkeping-keping.

Prang...

Gadis itu membulatkan mata besarnya, merasa malu, terpukul, terluka yang sangat mendalam. ia kemudian terduduk di lantai.

"Cobaan apa lagi yang harus ku hadapi? kenapa kau melakukan ini padaku? apakah masih tidak cukup kau menghancurkanku? kenapa...kenapa...," teriak Cecillia yang histeris. ia menangis dengan penuh rasa sakit yang dia alami.

"Apakah aku harus mati, kalian baru puas?" teriak Cecillia yang menjambak rambutnya. ia semakin despresi karena melihat video itu yang ditayangkan begitu jelas. durasi video itu selama setengah jam.

"Aarrgghh...," jeritan Cecillia yang sedang menangis.

Gadis itu sangat terpukul sehingga membenturkan kepalanya ke lantai berkali-kali.

Brugh...

Brugh...

Brugh...

Di sisi lain asisten Ryan, Wilber. ditemani oleh pengacara menuju ke stasiun yang menayangkan video Cecillia.

"Siapa bos di sini? keluar!" bentak Wilber dengan nada tinggi.

Semua reporter di sana tidak bersuara karena pria yang mendatangi mereka sudah tidak asing.

"Katakan di mana bos kalian? dan siapa yang memberi kalian izin menayangkan video ini?" tanya Wilber dengan ketus.

"Bos kami...ada di dalam kantornya," jawab salah satu karyawan wanita itu.

Wilber dan pengacaranya menuju ke kantor pendiri stasiun TV.

Brak..

Suara bantingan pintu yang dilakukan oleh Wilber.

"Siapa kalian, dan apa yang kalian lakukan?" tanya seorang pria paruh baya yang bangkit dari tempat duduknya. pria itu adalah pendiri stasiun.

"Apakah Anda adalah pemilik stasiun?" tanya pengacara itu.

"Siapa Anda?"

"Saya adalah pengacara yang mewakili tuan Ryan Andres, Jhon Conner."

"Ada Apa?"

"Klien saya ingin menuntut stasiun Anda yang telah menayangkan video yang mencemarkan nama baik seseorang, bukan hanya itu saja. Anda juga dituntut bekerja sama dengan orang yang telah memberikan video ini kepada Anda," jelas Jhon dengan tegas.

"I-ini...kalian tidak bisa menuntutku!" jawab pemilik stasiun

"Aku yakin kamu pasti sudah tahu siapa wanita yang di dalam video itu, sekarang aku memberimu waktu lima menit. segera hapus tayangan itu dan serahkan videonya sekarang juga!" kecam Wilber dengan tegas.

"Tapi--"

"Apa yang tapi? apakah kamu ingin mencari masalah?" tanya Wilber dengan nada kesal.

"Tuan, saya tidak akan basa basi, melakukan pencemaran nama baik orang akan dijatuhi hukuman selama beberapa tahun penjara dan didenda jutaan dollar. kalau saja klien kami menolak menerima denda dari tersangka. maka masa hukuman akan ditambah menjadi belasan tahun. apakah Anda siap?" tanya Jhon dengan mengancam.

"Ba-baik, aku tahu! aku akan segera menyuruh mereka hentikan," jawab pria itu dengan gemetar.

"Ada lagi! aku ingin kau berminta maaf atas kejadian ini, minta maaf pada korbannya. dan mengaku salah karena kau melakukan itu demi uang. kalau saja nona Meliza mengalami depresi atas perbuatanmu maka atasanku tidak akan tinggal diam," kata Wilber dengan mengancam.

Karena ancaman dari Jhon dan Wilber, video itu langsung dihapus. dan di saat itu juga pemilik stasiun langsung meminta maaf di depan kamera.

Sementara Cecillia terdiam selama dua jam dengan posisi duduk di lantai, ia sangat terpukul dan tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. dahinya mengeluarkan darah akibat benturan yang dia lakukan. gadis itu tidak merasakan sakit seakan telah mati rasa. ia telah putus asa karena kejadian itu telah dilihat oleh semua orang.

Rekaman kejadian itu telah diganti menjadi pemilik stasiun yang sedang berbicara untuk menyampaikan permintaan maaf terhadap Cecillia.

"Namaku adalah...Wig Hutter, aku adalah pendiri stasiun TV yang telah melakukan pencemaran nama baik terhadap korban, Nona Meliza," ucap pria itu.

Cecillia yang mendengar pria itu menyebut namanya ia memandang ke arah TV itu.

"Nona Meliza, maafkan aku! demi uang dan ketenaran aku menyiarkan video kejadian itu. aku mengaku bersalah. dan...apa yang telah aku lakukan pasti telah menyakitimu. ini adalah salahku. maafkan aku!" ucap Wig.

Apapun yang dikatakan oleh Wig sama sekali tidak bisa mengobati luka yang dialami Cecillia. setelah video itu disiarkan dirinya menerima banyak serangan caci maki dan hujatan dari para netizen. seorang gadis yang telah menjadi korban kini semakin menjadi terpuruk.

"Untuk apa lagi kau meminta maaf setelah mempermalukanku? memang kematianku yang kalian inginkan. salahku di mana? aku hanya ingin hidup dengan orang yang kucintai. tapi...yang ku dapatkan hanya rasa sakit. dan sekarang di saat aku mencoba menghadapi sendiri. lagi-lagi aku dijatuhkan oleh para netizen munafik. kalian anggap kalian suci? padahal kalian adalah manusia yang tidak memiliki hati nurani. manusia di dunia sangat mengerikan," ucap Cecillia.

Cecillia bangkit dan berdiri, ia mengambil pisau yang ada di meja samping tempat tidurnya.

"Aku berusaha bangkit dan keluar dari mimpi buruk, tapi di saat aku berusaha. kalian malah ingin menjatuhkan ku. aku adalah korban dan kalian semua malah menertawakanku bukan mendukungku. hidup ini sangat mengerikan. setelah ini aku tidak bisa lagi menunjukan diri di manapun. aku juga tidak ingin bersembunyi. aku dijadikan sebagai lelucon oleh kalian. dan aku akan segera menamatkan lelucon ini," ucap Cecillia yang kemudian melangkah ke kamar mandi.

Sementara Ryan yang sedang mencari Cecillia, ia menghentikan mobilnya di depan sebuah hotel mewah.

Ryan dengan cepat keluar dari mobilnya dan melangkah cepat menemui Stuart yang adalah anggotanya untuk mencari Cecillia.

"Tuan, nona ada di kamar lantai delapan," kata Stuart.

Ryan langsung menuju ke Lift dengan cepat. ia tidak sabar ingin bertemu dengan calon istrinya itu.

Setelah pintu lift terbuka Ryan melangkah masuk ke dalam dengan diikuti oleh Stuart.

"Tuan, setelah nona masuk ke kamar, dia tidak keluar lagi," kata Stuart.

"Apakah kamu sudah dapat kartunya?"

"Sudah, Tuan," jawab Stuart.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***