Mark tidak peduli dengan rengekan Nara. Ia menarik sebelah kaki Nara dan menyeret gadis itu mendekat kembali ke sofa.
“Aku tidak akan berlaku kasar padamu jika kamu menurut! Kita bisa melakukannya dengan cepat!” Mark kembali menciumi beberapa bagian tubuh Nara. Laki-laki itu juga mengoyakkan pakaian yang dikenakan gadis itu.
“Tuan, saya mohon!” Nara berbicara dan berteriak dengan histeris saat mendengar suara bajunya yang terkoyak.
Nara masih berusaha melawan. Ia mencoba memukul dan menendang Mark lagi. Gadis itu begitu brutal menyerang Mark hingga tanpa sengaja jarinya menusuk salah satu bola mata Mark. Laki-laki itu seketika merasa sangat kesakitan. Ia menjadi lengah dan sedikit melonggarkan pelukannya.
Nara memanfaatkan kondisi itu. Ia memaksakan kakinya untuk berlari dengan terseok-seok ke arah pintu. Gadis itu hanya ingin segera keluar dari apartemen Rendra.
“Dasar ja*ang! Kau mau mati, hah!” Mark mengejar Nara lagi dan berhasil mendapatkannya. Laki-laki itu mencengkeram dagu Nara dan menampar gadis itu beberapa kali karena sudah melukai matanya.
Belum puas menampar, Mark juga mencekik Nara, hingga gadis itu menjadi lemas dan kesulitan bernafas. Pada titik ini Nara sadar bahwa sekuat apapun ia memberontak, tenaganya tidak lebih besar untuk mampu melawan laki-laki itu.
Tubuh Nara semakin lemah. Ia tidak bisa melawan lagi. Mark yang mengetahui hal itu, langsung melepaskan cengkeramannya dari leher gadis itu. Laki-laki itu pun menggendong Nara di bahunya dan membaringkannya di atas sofa.
Nara tidak banyak bergerak lagi. Ia seperti sedang meregang nyawa. Di sisa akhir tenaganya dia hanya memohon kepada Mark untuk menghentikan semuanya.
“Sa… ya… mo…hon… hen…ti….kan…..” Kata-kata ini diucapkan Nara berkali-kali dengan suara yang sangat lemah.
Gadis itu benar-benar tidak sanggup lagi melawan. Tenaganya seakan tidak ada lagi. Bahkan untuk bersuara sekalipun, ia tidak memiliki kekuatan.
Nara hanya bisa meneteskan air matanya. Ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan ternoda.
Mark meninggalkan begitu banyak tanda di tubuh gadis itu saat menyadari bahwa Nara tidak mungkin melawan lagi. Laki-laki itu seakan mau menunjukkan bahwa ia telah berhasil menguasai gadis itu. Setelah puas dengan tanda-tanda itu, ia mulai bertindak lebih jauh.
Saat Nara sudah hampir kehilangan kesadarannya, tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Mark seketika terkejut saat melihat siapa yang datang.
“Kau! Apa yang kau lakukan disini?” Laki-laki itu mengerutkan keningnya ketika melihat seisi ruangan yang kacau balau. Dia belum menyadari apa yang terjadi.
Ekspresi wajah laki-laki itu berubah seketika ia melihat seorang perempuan tergolek lemah di atas sofa dalam kondisi mengenaskan. Pakaian perempuan itu terkoyak tak beraturan, wajahnya penuh lebam, bibirnya mengeluarkan darah dan terdapat banyak luka memar di sekujur tubuhnya.
“A-apa yang kau lakukan padanya?” Laki-laki itu kemudian mendekati Mark dan secara impulsif memukulnya berkali-kali tanpa ampun.
Bugh!! Bugh!! Bugh!!
Mark berusaha melawan, hingga akhirnya ia bisa lepas dari kungkungan laki-laki itu. Perkelahian pun terjadi. Mark bangkit dan membalas pukulan yang diberikan padanya. Mereka saling memukul dan menendang ke berbagai arah. Keduanya berkelahi hingga sama-sama merasa kelelahan.
“Ada apa denganmu?” Mark mencoba mengambil jarak dengan laki-laki itu. Rupanya, pria itu sudah tidak memiliki tenaga lagi. Mark lebih banyak menerima pukulan dalam perkelahian itu dan ia mulai kehilangan keseimbangannya.
“Aku tidak percaya, kau benar-benar iblis!” Laki-laki itu mengumpat kembali dan mendekati Mark untuk menghajarnya lagi. Sayangnya, Mark berhasil menghindar kali ini.
“Kau sendiri yang mengatakan padaku, bahwa aku boleh menidurinya. Kau juga yang mengatakan bahwa kau tidak peduli apakah dia hidup atau mati.” Perkataan Mark seketika menyadarkannya. Laki-laki itu terpaku mendengar ucapan Mark yang sebenarnya hanya mengulangi apa yang pernah ia katakan.
“Pergi dari sini!” Laki-laki itu tidak bisa berdebat lagi, karena semua yang dikatakan Mark adalah benar. Ia hanya bisa mengusir sahabatnya itu.
“Pergi dari apartemenku sebelum aku membunuhmu!” Mark menuruti perkataan laki-laki itu dan segera pergi meninggalkan apartemen Rendra dalam kondisi babak belur.
Setelah melihat Mark keluar dari apartemennya. Laki-laki itu mendekati Nara yang terbaring lemah. Gadis itu masih sadar. Dia masih membuka matanya dan mulutnya bergerak seperti mengucapkan sesuatu.
Laki-laki itu mendekatkan telinganya ke bibir gadis itu. Sayup-sayup ia mendengar gadis itu mengatakan sesuatu.
“Am… bil… sa...ja... nya…wa...ku....!” Gadis itu kehilangan kesadarannya setelah selesai mengucapkan kalimat itu.
-------------------
“Mark!” Sari segera masuk ke dalam apartemen Mark, saat laki-laki itu membuka pintunya. Sari terkejut melihat kondisi Mark yang babak belur.
“Mau apa lagi kau?” Mark merasa jengkel dengan Sari.
“Apa kau tidak berhasil menodainya?” Sari sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
“Kau bodoh! Kau bilang akan berusaha membuat Rendra pulang terlambat. Dia mendapati aku melecehkan istrinya,” ucap Mark kepada Sari dengan penuh emosi.
“Kau, kenapa begitu lama? Apa kau tidak bisa menaklukan perempuan lemah seperti dia?” Sari meledek Mark. Wanita itu benar-benar tidak mau disalahkan atas kegagalan skenario mereka.
“Kau lebih baik pergi dari sini! Jika aku kehilangan kendali, maka aku bisa melenyapkanmu sekarang juga!” Mark mengancam Sari.
Tanpa banyak bicara lagi, Sari langsung melangkah ke arah pintu. Ia tahu bahwa ia tidak boleh meremehkan ancaman Mark. Laki-laki itu sedang berada dalam kondisi yang tidak baik saat ini. Mark bisa melakukan apa saja kepada dirinya.
Sari sudah berdiri di ambang pintu. Ia hendak keluar, namun kemudian ia memutuskan menghentikan langkahnya sebelum benar-benar pergi.
“Aku mohon apapun yang terjadi jangan katakan pada Rendra bahwa semua ini ideku. Jika kamu melindungiku maka aku akan memastikan bahwa Rendra tidak akan membalas dendam padamu,” ucap Sari kepada Mark dengan lantang. Gadis itu kemudian benar-benar meninggalkan Mark seorang diri di dalam apartemennya.
“Sial!” Mark mengumpat kebodohannya.
--------------------
Saat ini Rendra sedang membaringkan Nara di atas ranjangnya. Awalnya ia bermaksud merebahkan Nara di dalam kamar gadis itu. Namun, saat membuka pintu, ia baru menyadari bahwa tidak ada tempat tidur di sana. Selama ini gadis itu hanya tidur beralaskan tikar. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu pun membawa Nara beristirahat di dalam kamarnya.
Setelah selesai membaringkan Nara, Rendra kembali menuju kamar gadis itu untuk mengambil pakaian di dalam lemarinya. Pelan-pelan laki-laki itu mengganti baju Nara yang telah terkoyak dengan pakaian baru.
Rendra sungguh merasa tidak tega saat melihat luka lebam di sekujur tubuh Nara. Entah apa saja yang telah dilakukan oleh Mark kepadanya, tetapi Rendra bisa menyimpulkan bahwa Mark betul-betul menganiaya istrinya tanpa ampun.
Rendra memang tidak berencana untuk membawa gadis itu ke rumah sakit. Ia tidak bisa menjawab apabila pihak rumah sakit menanyakan penyebabnya. Rendra memutuskan bahwa ia akan merawat Nara seorang diri.
Laki-laki itu segera mengambil air dingin dan mengompres wajah Nara yang lebam, persis seperti apa yang pernah Nara lakukan padanya. Ia juga membersihkan sisa-sisa darah yang melekat di sekitar bibir gadis itu. Bibir Nara memang sobek, tetapi untung saja luka sobeknya tidak terlalu besar, sehingga tidak perlu dijahit. Tak lupa Rendra juga mengoleskan salep dengan hati-hati di sekujur tubuh Nara yang terlihat memar.
Rendra tidak pernah meninggalkan Nara. Ia mendampingi istrinya yang sejak tadi belum sadar. Nara seperti orang yang sedang meregang nyawa. Memikirkan hal itu membuat Rendra merasa takut dan membenci dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa secara tidak langsung, ia juga terlibat di dalam penganiayaan itu.
-----------
Jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Rendra masih terjaga. Sementara Nara tidak kunjung bangun juga. Rendra merasakan bahwa suhu tubuh Nara tiba-tiba meningkat. Bulir-bulir keringat dingin menerobos pori-pori gadis itu tiada henti. Dengan hati-hati, ia menyeka keringat Nara dan berusaha mengompres kening gadis itu kembali untuk menurunkan suhu tubuhnya.
“Ne..nek… to.. long… lah…. a…ku,” racau Nara dengan lemah beberapa kali, sambil meneteskan air mata.
------------
Selamat membaca! Jangan lupa dukung terus cerita ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Rinisa
Kasihan Nara...
2023-06-01
0
nita123
sedihnya hatiku. Nara...
2022-12-24
0
ein
ngsk usah pura pura baik rendra..
2022-04-08
0