“Mainkan peranmu dengan baik, wanita penipu! Lakukan untuk wanita tua yang cantik di sana. Ia bahkan tidak membencimu, setelah semua yang kau lakukan padanya, pada keluarganya,” ucap Rendra dengan dingin tanpa menatap istrinya.
“A-aku akan berusaha semampuku," balas Nara dengan gugup.
Rendra mendengar bahwa prosesi masuk kedua mempelai akan segera dimulai. Rendra melirik Nara sepintas. Gadis itu masih saja menundukkan kepalanya.
“Apa lagi yang kau tunggu? Cepat selipkan tanganmu dilenganku! Apa kau mau kita terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan?” Rendra menggelengkan kepalanya karena Nara tidak peka dengan apa yang seharusnya dilakukannya.
Nara segera menyelipkan tangannya pada lengan Rendra dengan ragu-ragu. Kemudian, mereka berjalan beriringan memasuki gedung resepsi. Rendra dan Nara tersenyum ramah kepada para tamu undangan yang hadir. Semua orang yang ada di dalam gedung itu memandang kagum kedua mempelai.
Tamu undangan dari pihak keluarga Sari tidak ada yang datang. Agustinus memberikan pesan kilat kepada semua koleganya bahwa pernikahan putrinya dibatalkan karena ada insiden penculikan mempelai wanita. Semua tamu yang hadir di situ hanyalah tamu dari mempelai pria, yang sebagian besar tidak mengetahui peristiwa yang terjadi di gereja tadi pagi.
-------------------
Acara demi acara berlangsung dengan sangat baik dan meriah. Seluruh tamu undangan sepertinya menikmati hiburan dan makanan yang telah disiapkan bagi mereka.
“Tamu undangan yang terhormat, kini tiba saatnya kita akan menyaksikan sebuah pertunjukkan yang spektakuler,” ucap Master of Ceremony (MC) di tengah-tengah acara.
“Ini adalah saat dimana kedua mempelai memberikan hadiah kepada kita semua yang hadir saat ini. Tuan dan Nyonya Yudhistira akan berdansa bagi kita semua,” kata MC diikuti dengan tepuk tangan dan sorak sorai dari seluruh undangan yang hadir.
Rendra terkejut ketika mendengar bahwa masih ada sesi dansa di acara resepsinya. Rendra mengutuki dirinya karena melupakan sesi ini. Laki-laki itu seharusnya memberitahu MC agar bagian ini dihilangkan.
Sebelumnya, ia dan Sari sudah sering berlatih berdansa bersama. Jika mempelai wanita itu adalah Sari, maka tentu tidak akan ada kendala. Kenyataannya, mempelai Rendra adalah wanita lain, yang baru dikenalnya tadi pagi. Apakah gadis itu bisa mengikuti langkahnya nanti?
“Sial! Kau pasti akan mempermalukanku,” ucap Rendra dengan setengah suara. Meski demikian, Nara masih bisa mendengarnya.
“Saya undang kedua mempelai untuk segera menuju ke lantai dansa!” MC meminta Nara dan Rendra segera meninggalkan pelaminan.
Nara mengetahui bahwa Rendra sangat gugup saat ini. Rendra benar-benar takut, Nara akan mempermalukannya saat berdansa nanti.
“Sekali ini, saya mohon percayalah pada saya!” Nara membisikkan kalimat itu di telinga Rendra sebelum mereka berjalan menuju lantai dansa.
Akhirnya, Rendra dan Nara meninggalkan pelaminan. Kini, mereka berdua telah berdiri di tengah-tengah lantai dansa. Lagu ‘So close’ yang dipopulerkan oleh Jon McLaughlin sengaja dipilih sebagai lagu dansa mereka.
Interlude lagu itu telah dimainkan. Rendra dan Nara sekarang berdiri berhadapan. Untuk pertama kalinya, mata mereka bertemu.
Rendra seketika mematung saat melihat wajah mempelai wanitanya. Laki-laki itu harus mengakui bahwa Nara adalah gadis yang cantik. Gadis itu bahkan jauh terlihat lebih cantik daripada Sari, wanita yang dipilihnya.
Rendra sempat membayangkan, seandainya Nara dan dirinya bertemu dalam situasi yang berbeda, situasi yang normal dan baik, ia mungkin akan menyukai gadis itu dan menikahinya dengan penuh syukur. Rendra masih terhanyut dalam lamunannya, hingga ia tidak menyadari bahwa singer telah menyanyikan bait yang pertama.
🎵🎶🎵🎶
You're in my arms and all the world is gone
The music playing on for only two
So close together and when I'm with you
So close to feeling alive
Nara yang merasa aneh dengan sikap Rendra, berusaha memberi kode kepada Rendra agar kembali fokus. Sayangnya, laki-laki itu tak kunjung sadar.
Akhirnya, Nara memutuskan melakukan sesuatu. Ia tidak boleh diam dan menunggu Rendra. Gadis itu menekuk lututnya sambil membungkukkan sedikit badannya, tanda memberi hormat. Rendra yang terkejut melihat aksi Nara, tiba-tiba tersadar dan ikut membungkukkan badannya.
🎵🎶🎵🎶
A life goes by
Romantic dreams must die
So I bid mine goodbye and never knew
So close was waiting, waiting here with you
And now forever I know...
All that I want is to hold you so close
Rendra mulai menggenggam sebelah tangan Nara. Tangannya yang lain menyentuh pinggang wanita itu. Sementara satu tangan Nara menyentuh pundak Rendra.
Rendra menuntun Nara bergerak ke kiri dan ke kanan dengan indah mengikuti tempo. Matanya tidak pernah lepas dari wajah gadis itu, begitu pula sebaliknya. Satu hal yang baru saja laki-laki itu sadari, Nara ternyata pandai berdansa.
🎵🎶🎵🎶
So close to reaching that famous happy end
Almost believing this one's not pretend
And now you're beside me,
And look how far we've come
So far, we are so close
Beberapa variasi gerakan dilakukan dengan begitu indah dan sempurna. Nara dan Rendra berdansa dengan mesra. Chemistry mereka terlihat menyatu, mengelabuhi semua orang yang hadir saat itu. Para tamu undangan pasti tidak pernah menduga bahwa dua anak manusia yang sedang berdansa itu sedang berseteru hebat saat ini.
Mereka terus bergerak hingga lagu itu selesai dibawakan. Saat mereka menyelesaikan aktivitas berdansanya, seluruh tamu undangan langsung berdiri memberikan tepuk tangan.
Rendra memeluk dan mencium kening Nara secara tiba-tiba. Nara yang tidak siap, terkejut dengan tindakan Rendra. Ia bahkan sempat mematung selama beberapa saat.
“Jangan terlalu percaya diri! Ini hanya sandiwara,” ucap Rendra berbisik di telinga Nara.
Nara segera menarik diri dari lamunannya begitu mendengar ucapan Rendra. Gadis itu segera sadar dan langsung berjalan mengikuti Rendra kembali ke pelaminan.
Acara pun dilanjutkan kembali. Dari pelaminan, Nara melihat bahwa tamu undangan yang hadir semakin banyak yang berdatangan. Secara bergantian mereka memberi ucapan selamat. Nara menyambut mereka dengan raut wajah bahagia, seakan-akan pesta itu memang diadakan untuknya.
--------------
“Ternyata anakmu lebih pandai dari suamimu dalam hal memilih pasangan hidupnya,” ucap Cintya, salah seorang adik dari ayah Rendra menghampiri Rani.
“Apa maksudmu adik ipar?” Rani tetap menjawab dengan tenang dan berusaha agar tidak terpancing.
“Aku dengar istrinya juga anak keluarga terpandang. Ia memilih wanita yang tepat, tidak seperti suamimu dulu,” sambung wanita itu yang belum mengetahui cerita yang sebenarnya.
“Kau benar! Dia memilih wanita yang tepat, tetapi pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan konyol seperti yang baru saja kau ucapkan,” balas Rani dengan seringai tajam di bibirnya.
“Justru pernikahan kalian dulu adalah sebuah kekonyolan bagi kami,” jawab Cintya dengan mata yang membulat dan nada yang meninggi.
“Dari sudut pandangku dan suamiku tidak seperti itu. Kami bahkan tidak memerlukan sudut pandang orang lain untuk mendefinisikan apa yang kami maksud dengan berbahagia. Jadi, sebaiknya kamu simpan saja itu untuk dirimu sendiri,” ucap Rani sambil meninggalkan adik iparnya.
Rani berasal dari keluarga sederhana. Berbeda dengan almarhum Adrian, suami Rani yang terlahir dari keluarga berada. Perbedaan status membuat keluarga Adrian tidak menyetujui pernikahan mereka. Itu sebabnya, Rani selalu mengalami penindasan. Ia sering diperlakukan tidak baik oleh keluarga suaminya.
-------------
Pesta dan kemeriahan itu telah usai. Kini Nara sudah berada di dalam sebuah kamar yang telah dihias dengan begitu indah. Gadis itu melihat ratusan kelopak bunga mawar berwarna merah muda bertebaran di atas ranjang. Ia juga melihat lilin-lilin yang dinyalakan sehingga memberi nuansa hangat, serta beberapa kain putih yang dipasang untuk menyatukan semua pernak-pernik di dalam kamar itu.
Tidak ingin terlena dengan pemandangan di depan matanya dan membuang waktu, Nara segera mendudukan diri di depan sebuah meja rias. Gadis itu kembali menatap wajahnya, yang nampak dalam pantulan cermin. Cukup lama matanya mengamati dirinya, hingga akhirnya ia mengambil beberapa lembar kapas dan kosmetik pembersih wajah yang telah tersedia di atas meja itu.
Pelan-pelan Nara menghapus polesan make up yang dari tadi menempel di wajahnya. Ia membersihkan polesan make up itu, hingga tidak ada lagi yang tertinggal.
Ketika seluruh riasan di wajahnya telah hilang, bersamaan dengan itu, ekspresi ceria yang sedari tadi ditunjukkannya berganti menjadi ekspresi kesedihan. Topeng kebahagiaan itu telah dilepaskannya. Gadis itu menyadari bahwa kehidupan yang sesungguhnya baru akan dimulai setelah ini.
Nara begitu takut mengingat semua hal itu. Memang benar jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang paling berani di dunia ini adalah orang yang bersedia menderita di dalam hidupnya. Gadis itu membutuhkan keberanian yang besar setelah ini, karena sesungguhnya ia belum siap menyambut penderitaannya.
----------------------
Saya tunggu like, comment, vote, dan rate-nya. Selamat menikmati tulisan ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Rinisa
Next read...
2023-06-01
0
nita123
pemilihan kata, pengungkapan cerita kok bagus ya Thor. padahal ceritanya biasa tapi bisa disajikan dengan luar biasa
2022-12-24
0
Jesi Jasinah
mantap ceritanya
2022-11-29
0