' kok bisa lambat bangun sih pagi ni? mana kue belum siap lagi...!" umpat yana sendiri.
"azham... azham...? bangun...sudah lambat ni?" seru yana memanggil anaknya bangun dari tidurnya.
dua tiga kali di panggil masih belum bangun juga azham, tangan yana yang cuma ada dua ngak bisa berbuat kerja lebih cekatan lagi.
"azham....bangun...?" pekik yana lagi dari arah dapur.
yana makin sibuk memasukan kue kedalam plastik, sekali-kali yana mengaduk nasi goreng di atas dapur dengan api yang kecil, kalau bisa mau yana kerjakan semua sekalian dalam satu waktu.
kue yang hatur azham bawa sudah siap, tinggal yang yana jual di warung belum siap lagi.
"azham mana ni? kok ngak nongol dari tadi?" gerutu yana sendiri di ruang dapur yang sempit, muat hanya dua orang.
dapur yang di buat dari papan bekas, lantai dari tanah, terasa dingin jika musim hujan datang, kadangkala tempiasnya hujan membuat dapur basah semua.
"lebih baik aku bangun kan azham dulu, dari terlambat dia ke sekolah!" ujar yana sendiri lagi.
sudah seperti orang gila, ngomog sendiri jawab sendiri....hihihi.
kaki yana dengan cekatan menuju ke kamar azham, kamar azham masih tertutup, lampu juga masih belum di nyalakan, berati azham masih di alam mimpi.
"azham...azham...?" yana memanggil azham dari balik pintu berkali-kali.
"eummmm..." azham menggeliat kiri dan kanan ternyata anak-anak susah kali bangun nya.
"azham cepat bangun, nanti terlambat ke sekolah, nunggu kamu di sini bisa lambat nanti umi bikin kue!" ucap yana lagi melihat azham sudah duduk di samping ranjang nya.
"iya umi, azham sudah bangun ni, umi pergi aja ke dapur!" sahutnya masih di alam mimpi.
"sudah, cepat mandi, nanti lambat ke sekolah!" ujar yana sambil berlalu menuju ke tempat yana semula.
" azham pergi dulu ya umi?" sambil menenteng sebuah plastik berisi kue azham berganjak ke sekolah.
"loh kok azham jalan kaki, kan ada ayah yang hantar?" celah ayahnya faizal dari arah dalam rumah.
azham yang sudah berjalan beberapa langkah berputar arah balik lagi ke belakang setelah mendengar suara ayahnya memanggil nya.
hampir terlupakan bang Faizal ada di rumah, saking terbawa keadaan selalu nya kami mandiri sendiri.
.... hehehehe
" oh ya, kok lupa sih ada ayah di rumah!" sambung yana sambil terkekeh.
" bentar ya, ayah cuci muka dulu, masih wajah bantal ni." bang faizal langsung ke kamar mandi.
" yana! suaminya sudah pulang ya?" usil ibu-ibu yang datang berbelanja di kios.
"pantesan tadi pagi ku lihat kak yana lambat bangun ngak kayak biasanya, ada paksu rupanya." sambung temannya lagi yang rumahnya berdekatan dengan rumah yana.
yana hanya senyum menanggapi ocehan mereka, mereka langganan setia yana, bercanda bergurau sudah jadi makanan mereka sehari hari.
" kue nya kok sedikit hari ini yana?" biasanya kue yana penuh di tempatnya, di sebab kan hari yana terlambat bangun jadi yanabbikin semampu nya aja.
" kan sudah di bilang tadi lambat bangun, masih kamu nanya." jawab temannya lagi, yana ngak perlu jawab apa-apa mereka akan bertanya dan menjawab sendiri.
dasar emak-emak ni memang kerjaannya ngerumpi mulu, mereka bisa menghabis kan waktu seharian hanya untuk ngerumpi, yana ngak apa-apa sih, lebih lama mereka di sini lebih banyak kue yang mereka makan tanpa mereka sadari..
" eh yana! suaminya mana sih? kok ngak nampak dari tadi!" mereka penasaran sama bang faizal, selama ini mereka belum pernah mengenal bang faizal.
" ngak tau kemana tadi, pergi hantar ke sekolah belum pulang lagi!" sahut yana santai.
topik yang dibahas ngak pernah habis, dari satu topik beralih ke topik lainya, ada aja cerita mereka yang di perbincangkan.
siang berlalu dengan cepat melihat mereka ketawa membuat ku sedikit terhibur dengan tingkah mereka.
malam harinya....
" bang faizal ngak makan dulu ni?' ajak yana setelah menyiapkan kan piring di tata dengan rapi di lantai di ruang tamu.
sekarang setiap hari mereka makan berlauk, semoga aja bang faizal akan tetap seperti ini terus, bertanggung jawab kepada mereka semua, masa lalu yana tidak yana ungkit lagi, akan yana kubur selamanya, buang yang buruk ambil yang jernih. faizal sejak tinggal di sini profesi nya sehari-hari ngojek, cukup lah untuk kebutuhan mereka sekeluarga.
bang faizal ngak ojek hari ni?" tanya ku melihat bang faizal masih ngorok walaupun jam sudah menuju ke siang hari.
cuaca cerah tidak membuat bang faizal kepanasan di dalam kamar, padahal sinaran matahari tepat ke arah jendela kamar kami tidur, bang faizal masih betah tidur berselimut tebal.
" bang faizal ngak panas apa tidur pakek selimut tebal keg gini?" selimut bang faizal aku kibas kan ke udara.
bang faizal terkejut dengan ulah ku, dengan cepat bang faizal menarik lagi selimut yang sudah terlepas dari badannya.
" apaan sih? ganggu aja!" suaranya tegas bang faizal akhirnya keluar juga.
ternyata bang faizal ngak pernah berubah, sikapnya balik lagi ke semula, baiknya selama ini hanya di buat-buat.
" bang faizal ngak ngojek apa? sudah lambat ni?" aku terus menggoyang kan badan nya yang seperti batu.
kios ku sepi sekali hari ni, kebetulan aku bikin kue yang banyak tadi pagi, kemarin ngak cukup, hari ni malah sisa banyak. ibu-ibu ngerumpi pun ngak nampak batang hidung hari ni.
"sudah lah malas aku bangun kan dari tadi ngak bangun-bangun, ku pikir sikapnya sudah berubah, padahal cuma mencari perhatian kami keluarga nya." umpat ku sendiri sambil berlalu keluar dari kamar.
si bungsu dan adik asyik bermain di ruang tamu, mainan mereka berselerakan di lantai, ngak terlihat lagi lantai tertutup dengan mainannya.
" umi ada masak ayam ngak, mau makan ayam goreng?" adik tiba-tiba pingin makan ayam.
anak kecil memang selalu begitu, ketika kita ada masalah si anak pasti akan rewel minta macam-macam, ini yang membuat aku harus menahan kesabaran.
" adik makan ayam aja dulu, besok umi masak ayam goreng ya?" pujuk ku lagi melihat adik masih merengek-rengek.
huuaaa...huuuaaa .. huuuaaa...
tangisan adik malah menjadi-jadi, membuat ayahnya naik berang...
" heh...siapa sih yang menangis? yana! lihat dulu anak tu?" tegas bang faizal dari dalam kamar.
" shitt....diam dik, ayah sudah marah tu, ngak takut ayah marah?" pujuk ku pada si adik yang ngak mau berhenti menangis.
tangis adik makin lama semakin menjadi-jadi, makin lama makin besar, bungsu yang berada di sampingnya cuma memerhati tingkah abang nya yang ngak mau diam.
"woi...diam lah, berisik kali, yana pujuk lah anak tu, jangan di biarkan menangis terus." sergah bang faizal lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rishty Khoirunnisa
dasar ya itu kali. bikin gregeten
2023-03-02
0