Baru saja tiba di Nerverley Group, Chelsea justru sudah dihadang oleh Kayla Hannes di basemen gedung perusahaan itu, tempat di mana dirinyanya tengah berada sekarang. Sekretaris kedua dari Reynof tersebut tampaknya ingin kembali mengintimidasi Chelsea. Chelsea tahu tentang kemungkinan besar jika saat ini Kayla sedang merasa iri, atau bahkan ketakutan setelah Chelsea diangkat sebagai salah satu asisten pribadi oleh Reynof.
Dan tentu saja Chelsea cukup memahami perasaan Kayla, karena mungkin saja Kayla juga sudah memberikan segalanya pada Reynof. Hanya saja, jika Chelsea menunjukkan kelemahannya, ia hanya akan terus-terusan diintimidasi oleh Kayla dan paling parahnya, ia bisa disingkirkan dari sisi Reynof. Bukan tidak mau pergi dari sisi Reynof, tetapi Chelsea yang juga telah menyerahkan dirinya masih tetap ingin sisi pria itu sebelum semua rencananya berhasil.
“Jika kau punya otak dan mata, seharusnya kau segera menyingkir dari hadapanku, dan tidak terus-terusan menghalangi langkahku, Nona Kayla!” tegas Chelsea pada Kayla yang terus menghalangi langkahnya.
Kayla menyeringai. “Apa hakmu memberiku perintah? Merasa hebat setelah mendapatkan kedudukan di sisi Tuan Reynof? Seharusnya kau sadar bahwa setinggi apa pun posisimu daripada aku, kau itu hanya seorang budak miskin! Jika kau sadar bahwa dirimu tak pantas, seharusnya kau cepat menghilang! Menghilanglah dari sisi tuanku dan jangan pernah kembali!” balasnya tak kalah tegas.
“Kau yang seharusnya sadar diri, Nona Kayla." Chelsea menghela napas lalu menggertakkan giginya. Ia enggan untuk bertengkar setelah mendapatkan guncangan hebat pasca bertemu suami serta adik sepupunya. Namun Kayla juga tak bisa ia biarkan begitu saja. "Jika disuruh jangan menghalangi jalanku saja kau tak mau, apa lebih baik aku sekalian saja menyingkirkanmu dari sisi tuanmu?”
“Apa katamu? Jangan berlagak sok berkuasa, Anak Kecil!” sahut Kayla ketus. Wajahnya sudah begitu marah.
Chelsea menyeringai. Detik berikutnya, ia melipat kedua tangannya dengan angkuh. “Kau juga sadar bahwa saat ini aku jauh lebih berharga bagi Tuan Reynof, bukan? Bahkan aku lebih sering diperhatikan dan sering diajak makan bersama, alih-alih dirimu. Jika aku memanfaatkan kedekatan kami untuk menyingkirkanmu, sudah pasti aku akan berhasil melakukannya. Tuan Reynof itu lebih menyayangi aku dibanding dirimu yang hanya seperti binatang pesuruh, dan Tuan Reynof akan dengan senang hati untuk memecatmu jika aku memohon padanya. Jika kau tidak percaya, aku bisa membuktikannya detik ini juga. Tapi jika kau percaya, lebih baik kau segera sadar diri dan lekas pergi dari hadapanku, Nona Tua!"
Mulut Kayla langsung terkunci rapat. Kesal memang, tetapi ia cukup memercayai ucapan Chelsea. Sebab di sepanjang waktunya bekerja untuk Reynof, baru kali ini Reynof mempertahankan seorang gadis. Sikap Reynof terhadap Chelsea pun sungguh berbeda dan semakin hari semakin lembut saja. Dengan sangat terpaksa dan betul-betul malu, Kayla menggeser tubuhnya serta tidak berniat untuk menghalangi langkah Chelsea lagi.
Chelsea dapat melangkah bebas. Ia berencana untuk menemui Reynof tanpa memedulikan Kayla yang sedang menderita iri.
Tidak sampai lima menit setelah menumpang pada salah satu elevator, akhirnya Chelsea sampai di ruangan Reynof yang sudah ia ketahui dari pria itu sendiri. Keberadaan Ruben Diego di tempat kerja sekretaris membuatnya semakin yakin bahwa dirinya sudah berada di lantai yang tepat.
"Selamat pagi menjelang siang, Nona Chelsea," ucap Ruben memberikan sapaan dengan santun.
Chelsea menatap pria itu, dan mulai menyadari bahwa Ruben tidak seburuk sang tuan. Mungkin Ruben memang pria yang baik, tetapi karena keadaan, Ruben terpaksa mengikuti tuntutan pekerjaan. Untuk Ruben, Chelsea bersedia menorehkan senyuman tulusnya.
"Selamat pagi menjelang siang juga, Tuan Ruben. Saya ingin bertemu dengan Tuan Reynof." Chelsea berubah dengan lebih ramah.
Ruben berangsur keluar dari tempat kerjanya. Sembari berjalan ke arah pintu ruangan tuannya, ia berkata, "Tuan Reynof sudah menunggu kedatangan Anda, Nona. Mari." Detik berikutnya, Ruben membukakan pintu tersebut untuk sang gadis muda. "Silakan masuk, Nona."
"Terima kasih banyak, Tuan Ruben."
"Ya, Nona, sama-sama. Semoga Anda tidak bertengkar lagi dengan beliau."
"Saya harap juga begitu."
Setelah tersenyum tipis untuk terakhir kalinya pada Ruben, Chelsea lantas melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Reynof. Reynof tampak fokus dalam menatap layar laptop beserta beberapa lembar kertas di tangan. Nuansa ruangan itu dipenuhi warna hitam, putih, dan emas. Sepertinya Reynof memang pemuja warna hitam. Namun ruangan itu tampak lebih elegan dan tetap memberikan kesan mewah.
"Selamat siang," ucap Chelsea sesaat setelah sampai di hadapan Reynof dan sebuah meja kerja.
Reynof menghentikan aktivitasnya dan melirik ke arah nona kecilnya. Seringai tajam tampak terulas di bibirnya. "Kau sudah datang rupanya," ucapnya. "Kemarilah."
"Kau tak sadar jika aku datang? Apa kau sefokus itu jika sedang bekerja?" Chelsea memberikan pertanyaan, tetapi tidak berkenan untuk mendekat pada pria itu. "Nora benar-benar tertarik dengan tawaran kerja sama kita. Aku juga telah mencari beberapa informasi dari salah satu staf penting dengan memancingnya menggunakan nama pengusaha Prancis itu. Katanya pengusaha itu akan datang satu minggu lagi. Bukankah kau harus bergerak cepat? Kau harus segera menghasut pengusaha itu, agar Nora—"
"Tak bisakah kau lebih bersabar, Nona? Kemarilah, aku benar-benar merindukanmu," potong Reynof dengan perasaan yang sudah jengkel.
Chelsea menghela napas. "Ini di kantor. Dan aku tidak mau sembarangan memberikan apa yang harus aku berikan padamu. Sewaktu ke Pano Diamond, aku menyadari Nora telah bercumbu dengan Ronald di ruang kerjanya dan aku menganggap mereka begitu tidak tahu malu. Lalu, sekarang kau juga hendak melakukannya denganku agar kita juga termasuk orang-orang tidak tahu malu?"
"Aaaah! Gadis nakal ini! Ada saja alasannya!" Reynof menghela napas. Detik berikutnya, ia bangkit dari duduknya. "Oke, baiklah. Setidaknya mari kita duduk dulu, dan berbicara dengan lebih nyaman."
Reynof menghampiri Chelsea, kemudian memandu gadis itu untuk ke ruang tamu. Di kursi sofa yang berukuran panjang, mereka duduk saling bersebelahan. Dan saat ini, Reynof harus menahan diri. Yah, mau bagaimana lagi. Chelsea memang keras kepala, tetapi begitu menarik di matanya.
Hanya saja, sedikit mengecup tak akan terlalu memalukan, bukan? Ya, dan pada akhirnya, Reynof mengecup kening, pipi, hingga bibir Chelsea. Ia tidak memedulikan wajah Chelsea yang terkejut oleh sikapnya.
"Hanya obat rindu, aku rasa tidak keterlaluan." Reynof mengklarifikasi. "Dan kau boleh mengatakan apa pun yang ada di dalam pikiranmu sekarang."
"Maaf jika aku membuatmu jengkel," sahut Chelsea.
Dahi Reynof mengernyit. "Hmm? Kau sadar jika aku sedang jengkel karenamu?"
"Tentu saja. Kau selalu jengkel ketika ditolak dan saat ini pasti kau tengah merasakan hal itu padaku."
"Yah, memang benar jika aku jengkel padamu. Tapi, herannya aku tak lagi membenci sifat keras kepalamu itu. Aku tahu kau masih sangat membenciku. Aku memang seburuk itu di matamu, bukan?"
"Ya. Kau memang orang yang buruk. Dan saat ini aku tidak tahu, apakah aku harus berterima kasih padamu atau tetap membencimu. Mau bagaimanapun, kau telah membantuku, Tuan. Tapi, kau juga telah membuatku melakukan sesuatu yang tak aku inginkan."
Reynof memasang ekspresi kesalnya. "Baiklah, kau memang seharusnya membenciku. Akan aneh jadinya jika kau tiba-tiba menyukaiku, meskipun aku yakin suatu saat kau merasakan hal itu."
"Terima kasih," ucap Chelsea secara tiba-tiba. Ia bahkan meraih salah satu telapak tangan milik Reynof. "Aku sungguh-sungguh berterima kasih, berkat dirimu, aku bisa menggapai mereka—Ronald dan Nora."
Sikap Chelsea membuat Reynof agak terkejut, juga tidak habis pikir. "Kau serius?"
"Apa aku pernah bercanda?"
"Tidak. Kau adalah gadis yang dingin, dan benar-benar tidak pernah bercanda. Kau jarang tersenyum padaku, tapi justru tersenyum pada Ruben. Terkadang aku berpikir, apa kau jatuh cinta pada Ruben?"
"Tidak," sahut Chelsea. "Tuan Ruben sangat baik dan terus mengingatkanku agar tidak bertengkar denganmu, Tuan. Aku tersenyum karena dia juga tersenyum ramah padaku. Dia benar-benar berbeda dengan dirimu yang kejam. Jadi kau sudah tahu di mana letak perbedaan kalian, bukan?"
"Cih! Alasan yang konyol."
Reynof tampak kesal, membuat Chelsea agak cemas. Pria blasteran Prancis itu bisa saja menolak keinginannya. Chelsea harus melakukan sesuatu untuk merayu.
"Tuan Reynof. Sepertinya saat ini aku tidak terlalu membencimu lagi," ucap Chelsea dan hal ini benar-benar murni dari hati, bukan sebatas sandiwaranya saja. "Aku serius! Bukan hanya karena kau terus membantuku, melainkan juga karena kau lebih memperhatikan aku dibanding Kayla. Dan kau juga telah melindungiku dari kemungkinan aku menjadi seorang pembunuh, kau juga beberapa kali menghindarkanku dari Kayla, agar kami tidak bertengkar lagi. Kau pun lebih sering mengajakku makan bersama, dibandingkan Kayla."
Reynof menatap Chelsea, mengamati setiap gurat perasaan yang tertera di wajah gadis itu. "Kau pikir kau sama seperti Kayla? Tidak, Nona! Percayalah bahwa aku tak pernah menyentuh Kayla sama sekali. Aku hanya sering menggodanya, tapi tak pernah tertarik padanya. Oleh sebab itu, dia begitu membencimu. Dia takut aku menyingkirkannya hanya gara-gara kau. Aku memang playboy, tapi aku tidak setamak itu, Nona! Kayla menawarkan diri dan mencoba menggodaku terlebih dahulu, aku bukan orang yang menyukai tipikal wanita seperti itu. Sementara kau? Meski pada akhirnya kau menyerahkan diri, kau tetap menentang keinginanku untuk menjaga harga dirimu. Kalian berbeda, dan memang benar, bahwa aku lebih tertarik padamu."
Wajah Chelsea melongo dan ini bukan sandiwara. Ia tidak menyangka bahwa di antara Reynof dan Kayla memang tidak pernah terjadi apa-apa. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada perasaannya, tetapi ... entah mengapa ada suatu kelegaan yang ia sendiri tidak tahu datangnya dari mana. Namun demi menutupi perasaan aneh itu, Chelsea langsung membahas hal lain saja.
Chelsea membahas soal hasil pertemuannya dengan Nora. Ia mengatakan bahwa saat ini Nora memang sedang diragukan oleh banyak pihak setelah duduk di kursi pimpinan, Nora berharap dengan jalinan kerja sama antara Pano Diamond dan Nerverley bisa mendobrak namanya. Melalui penelurusan lanjutannya yang Chelsea lakukan secara diam-diam, Chelsea pun mendapatkan informasi bahwa pengusaha dari Benua Eropa akan datang dalam waktu dekat.
"Jika kau bisa menghasut pengusaha besar dari Prancis itu untuk membatalkan keterlibatan Pano Diamond sebagai partner bisnis, kau bisa muncul sebagai penyelamat di hadapan Nora yang sedang dalam keadaan gagal. Tak hanya sebagai partner kerja sama saja, melainkan sang penyelamat. Kabulkan apa pun yang Nora inginkan, dan berikan syarat bahwa Nora harus tunduk padamu, Tuan. Bukankah rencana itu sangat menarik?" ucap Chelsea.
Reynof menyeringai. Detik berikutnya, ia menangkup kedua pipi Chelsea. "Kenapa kau menjadi begitu licik dan kejam? Apakah sifat-sifat itu adalah sifat aslimu? Ataukah karena pengaruh dari diriku, Nona?" tanyanya.
Meski bibirnya mengerucut gara-gara tangan Reynof, Chelsea tetap tersenyum. "Mungkin keduanya. Aku pernah berkata bahwa melawan iblis, aku harus meminta bantuan dari yang paling iblis, bukan? Termasuk juga harus merubah diriku menjadi iblis," ucapnya.
"Gadis yang nakal dan menarik. Suatu saat aku akan menjadikanmu pengantinku, Nona. Di saat kau sudah benar-benar bersedia untuk membuka hatimu untukku."
"Aku akan bersedia, selama kau pun tak lagi kejam dan sejahat saat ini, Tuan."
"Kuharap aku bisa segera bertobat."
Mungkin bagi Chelsea ucapan Reynof hanyalah sebatas candaan saja, tetapi tidak bagi pria itu sendiri. Kapan lagi mendapatkan wanita dengan sifat unik seperti Chelsea. Sudah pasti ia akan menjadikan gadis itu tak hanya sebatas budak ranjangnya, melainkan juga pasangan hidupnya. Dengan kelicikan Chelsea, mungkin ia bisa menguasai dunia.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dewi Nazila Jokry Nazila
thor bener" novel mu ini bikin ketagihan baca nya semangat thor up nya aku terus tungguin
2023-02-09
2