Pagi ini mungkin akan menjadi pagi yang sedikit lebih baik bagi Chelsea, kendati dirinya tetap akan mengalami kemalangan lainnya. Namun sejak jam lima subuh, seorang pelayan yang cukup muda, mungkin masih seusia raganya, datang dengan membawakan sebuah kotak yang besar. Ketika membuka kotak tersebut, Chelsea melihat sebuah gaun indah berwarna biru muda, sepatuh highheels putih berpita, sepaket kalung dan anting, serta satu box kecil alat make-up. Dan semua barang tersebut diberikan oleh Reynof melalui pelayan tersebut. Bahkan menurut penuturan sang pelayan, Reynof akan menunggu kedatangan Chelsea tepat yang tujuh pagi.
Awalnya si pelayan manis yang mengantar hadiah itu menawarkan diri untuk merias Chelsea, tetapi Chelsea menolak secara halus. Urusan berias tentu bukan hal sulit baginya. Kendati sebagai Emily, hidupnya serba dilayani, masalah make-up dan penampilan, ia sangat mumpuni. Namun entah dengan si pemilik raga yang sebenarnya. Chelsea yang sekarang tidak tahu apa-apa.
"Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau harus terluka. Reynof tak mungkin berbuat baik tanpa memiliki motif lain."
Chelsea menggertakkan giginya sesaat setelah berkata demikian. Helaan napas cukup dalam pun terdengar. Sementara matanya sibuk menatap gaun yang sudah ia sentuh dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Sejak menjadi Chelsea Indriyana, ia sama sekali tak punya pakaian mahal. Pakaian yang ia miliki saat ini pun hanyalah pakaian gadis pemilik raga yang asli yang sejak pindah ke rumah Reynof, telah diambilkan oleh salah seorang pesuruh Reynof. Ya, Chelsea memang tidak pernah diizinkan untuk kembali ke rumah Hery Padiman dengan alasan yang masih sama, Reynof tidak mau jika Chelsea ditawarkan pada pria lain.
"Sudahlah, aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkan keraguanku. Khawatir jika Chelsea yang sebenarnya hadir dan meminta tubuhnya sebelum aku sukses memberikan hukuman pada suamiku," gumam Chelsea yang akhirnya membuat keputusan. "Termasuk juga sepupuku."
Dengan cepat, Chelsea melebarkan gaun dan lantas memakainya secara perlahan. Sudah jam setengah tujuh dan ia harus bergerak cepat, setelah satu setengah membereskan kamar dan akhirnya ia bisa mandi. Ia juga sempat membersihkan lantai bagian belakang dan lorong menuju taman hingga gudang.
Mau bagaimana lagi, tugas Chelsea di sini bukanlah sebagai seorang pimpinan, melainkan seorang pelayan bahkan budak! Dan lagi, jika ia malas-malasan, khawatir ada tikus yang masuk ke dalam kamar jeleknya, meskipun ia yakin mansion semegah itu sudah dibersihkan dengan sangat baik oleh para pelayan.
***
Chelsea sudah menyelesaikan kegiatan paginya. Merias dirinya, mempercantik wajah si raga yang memang sudah cantik, serta memperbaiki penampilan buruknya tadi malam. Meski matanya masih terasa pedas gara-gara hanya tidur dua jam sejak dibangunkan oleh Kayla, ia tidak punya waktu untuk beristirahat, dan saat ini ia sedang menuju ruang makan.
"Nona, di sini," ucap salah seorang pelayan. Pelayan yang sebelumnya telah mengantarkan kotak hadiah pada Chelsea.
Chelsea menghentikan langkahnya, alih-alih mengikuti pelayan tersebut. "Namamu siapa?" tanyanya setelah itu.
"Ah, mm, sa-saya Tasya," sahut si pelayan bernama Tasya tersebut sembari menggaruk tengkuknya dengan malu-malu.
"Kenapa kau begitu sopan padaku? Di saat para senior terus menatapku dengan penuh kebencian, bahkan Nona Kayla yang sangat penting bagi tuanmu saja sampai menyiramku dengan air tadi malam. Tapi, kenapa Nona Tasya begitu menghargaiku?"
"I-itu ... karena Nona Chelsea sangat cantik."
"Mm?" Chelsea mengernyitkan dahi. "Ya, wajah ini memang cantik. Tapi aku yang asli jauh lebih cantik. Tapi bagaimanapun aku juga sama sepertimu, sama-sama seorang pelayan. Dan lagi, kau tidak diapa-apakan oleh tuanmu, bukan? Kau pun cukup manis. Mm, itu memang urusanmu, tapi mengingat tuanmu yang seperti itu, aku—"
"Tidak, Nona, saya bukan tipikal gadis yang disukai oleh Tuan Reynof. Justru Anda-lah orangnya."
"Oh begitu ... oke, aku akui wajah ini memang cantik."
Meski mengatakan hal ambigu yang akan membuat Tasya kebingungan, Chelsea tetap melanjutkan perjalanan dan tak berkenan untuk memberikan penjelasan mengapa dirinya yang asli lebih cantik. Ia dipandu oleh Tasya untuk menuju ruang makan yang belum terlalu ia pahami di mana letaknya. Mansion itu memang sangat besar dan terdiri dari beberapa ruangan. Chelsea tidak tahu bagaimana bisa seorang Reynof tinggal tanpa sanak keluarga satu pun.
Tak lama berselang, akhirnya Chelsea dan Tasya sampai di ruang makan. Di salah satu kursi telah terisi oleh seseorang, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reynof. Pria itu sudah menunggu Chelsea sejak sepuluh menit yang lalu. Dan ketika mendengar tanda-tanda kedatangan seseorang, Reynof lantas menoleh ke arah pintu masuk ruangan yang justru tampak lebih mewah dan menakjubkan, terdiri dari meja dan kursi yang dilapisi warna keemasan, peralatan makan yang berkualitas tinggi. Dan Chelsea sangat paham setiap benda yang berada di tempat itu.
"Selamat pagi, Nona Kecilku! Silakan duduk!" ucap Reynof, tetapi dirinya enggan untuk bergerak demi menarikkan kursi untuk Chelsea.
Alhasil Chelsea datang sendiri dan memilih salah satu kursi yang paling dekat dengan pria itu. Ia sengaja melakukannya demi bisa mendengar jawaban Reynof atas harapannya dini hari tadi.
Reynof menatap Chelsea dengan saksama. Matanya menatap rambut kuncir kuda Chelsea yang begitu rapi. Anting pendek menghiasi telinga Chelsea, kalung manis berliontin permata kecil juga telah memperindah leher jenjang gadis itu. Dan wajah! Rupanya Chelsea juga pandai merias paras ayunya.
"Kau cantik," ucap Reynof lalu tersenyum lebar.
Chelsea menghela napas, kemudian menjawab, "Aku memang cantik."
"Wow! Bagus! Percaya diri sekali!"
"Ya, kalau tidak percaya diri, mana mungkin aku berani menghadapi semua sikap kasarmu, Tuan? Bahkan aku sudah sampai berusaha untuk merayumu dini hari tadi, meskipun aku gagal."
"Hmm ... apa kau kesal setelah gagal merayuku, Nona?" Reynof menyeringai nakal. "Kalau kau merayuku saat ini, mungkin kau akan berhasil. Karena kau tampak rapi dan begitu anggun setelah memakai hadiah pemberianku."
"Sayangnya ...." Chelsea langsung mengambil piring dan meraih satu lembar roti panggang, kemudian beralih pada toping-toping yang sudah disediakan secara terpisah. "Aku terlalu lapar dan mengantuk untuk merayu dirimu, Tuan." Detik berikutnya, Chelsea langsung melahap satu potong roti tersebut sembari menatap Reynof dengan tatapan meremehkan.
"Kau berniat untuk memprovokasi lagi, dan tidak mau mendengar jawabanku?"
"Aku akan mendengarnya jika kau berkenan memberikan jawaban. Semuanya berada di tanganmu. Kau bagaikan seorang raja yang mengendalikan semua orang. Bahkan ketika aku berusaha untuk mengesampingkan egoku dan lantas merayu, kau menolakku mentah-mentah. Itu artinya tak semua usaha bisa kau hargai dengan baik. Aku sudah memberikan informasi penting terkait Pano Diamond, jika kau pintar kau harus membalas jasaku itu dengan sepadan, Tuan. Karena jika kau berhasil membujuk si pengusaha dari Benua Eropa tersebut, kau akan mendapatkan keuntungan sangat besar!"
"Aku ingin tahu lebih banyak lagi tentang apa yang kau tahu mengenai Pano Diamond Group, Nona." Reynof menunjukkan niat aslinya. "Barang kali informasi lanjutan yang kau berikan bisa menjadi pertimbangan bagiku untuk memberikan jabatan setara dengan posisi Kayla untuk dirimu."
Pergerakan tangan Chelsea yang hendak mengiris roti menjadi terhenti. Detik berikutnya, ia menatap wajah Reynof sementara pria itu juga tengah memandang dirinya. Tidak ada keangkuhan dan tidak ada raut bercanda di wajah Reynof, yang ada hanyalah sebuah keseriusan. Tampaknya Reynof sedang berada dalam mode sebagai pebisnis hebat, bukannya pria yang super bengis.
"Emily, tidak, tapi Tuan Rukmana menjadi generasi kedua yang memimpin Pano Diamond. Awalnya beliau hanya pengusaha properti yang memiliki hobi membeli aset, baik tanah maupun bangunan. Usahanya semakin melejit ketika beliau bergabung dalam kerja sama dengan seorang kawan lamanya. Ketika diberikan jabatan tinggi di dalam Pano Diamond, Tuan Rukmana melakukan penggabungan atas segala asetnya sehingga beliau mampu membuat Pano Diamond menjadi perusahaan jauh lebih besar setelah dipimpin oleh generasi pertama," jelas Chelsea mengenai latar belakang keluarganya sebagai Emily. "Sayangnya ... beliau dan sang istri meninggal karena sebuah kecelakaan, yang membuat Emily yang masih cukup muda harus naik ke posisi pertama dan menerima banyak sekali kritikan."
Cerita Chelsea berlanjut pada kenyataan bahwa ayahnya, yakni Rukmana memang memiliki saudara bernama Rusmana yang tidak pernah jujur dan kerap menggelapkan dana perusahaan, dan akhirnya Rusmana disingkirkan karena keputusan dewan perusahaan. Sayangnya ketika Rukmana memberikan perusahaan kecil agar dikendalikan oleh Rusmana, lagi-lagi Rusmana kembali membuat kecewa. Sampai akhirnya Rusmana meninggal akibat kecanduan minuman keras setelah banyak hutang di mana-mana. Namun karena terlanjur kecewa, Rukmana tak pernah lagi memberikan bantuan, dan berakhir membuat Rukmana menyesali keputusannya tersebut.
"Emily juga memiliki sebuah aset pribadi di Pulau Bali. Sebuah villa yang dirawat oleh salah satu tetua di sana. Sebagian besar uang yang didapatkan dari villa yang disewakan tersebut masuk ke akun rekening rahasianya. Emily sudah mempersiapkan hal itu sejak lama, sejak dirinya ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Karena jika terjadi masalah dengan perusahaannya, setidaknya dia memiliki sumber keuangan lain yang bisa mengendalikan situasi buruk di perusahaan. Tidak ada yang bisa mengambil uang dari vila itu kecuali Emily, atau seseorang yang memiliki cap serta tanda tangan resmi milik Emily," lanjut Chelsea.
Chelsea menghela napas, kemudian berkata lagi, "Satu hal lagi, sebenarnya keluarga Rukmana memiliki seorang pengacara terpercaya yang telah dipercayai selama belasan tahun. Hanya saja pengacara itu telah menghilang selama lima tahun terakhir. Jika kau bisa menemukan pengacara itu dalam keadaan hidup, aku bisa membuat wasiat rancangan Ronald maupun Nora menjadi tidak sah dan aku bisa membuatmu mendapatkan sebagian besar saham Pano Diamond, Tuan."
"Waaah!" Reynof benar-benar takjub dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Chelsea terkait Pano Diamond Group. Seolah-olah gadis itu adalah Emily, dan membuat Reynof semakin curiga. Hanya saja, ia tetap tidak ingin memercayai bahwa roh di dalam raga Chelsea adalah Emily, karena hal itu benar-benar tidak masuk akal. Lantas, siapa dan apa sebenarnya sosok Chelsea Indriyana?
Dengan pengetahuannya yang begitu luas seperti itu, aku tetap ragu kalau dia adalah sahabat terdekat mendiang Emily. Tapi, ... apa aku saja yang terlalu banyak menaruh curiga? Pikir Reynof.
"Oke!" Dan sekarang waktunya Reynof mengatakan keputusannya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu tadi malam. Aku akan tetap membantumu sekaligus memberikan posisi yang setara dengan Kayla padamu, Nona Kecil. Penjelasanmu sudah cukup untuk meyakinkanku dan aku ingin membuktikan ucapanmu barusan, bahwa jika aku bisa mencari pengacara itu, aku akan mendapatkan sebagian besar saham Pano Diamond. Dan lagi, aku bisa bekerja sama dengan pengusaha dari Eropa yang kau maksud."
Mata Chelsea melebar. Sejujurnya dirinya masih agak tidak percaya. Namun kemudian, senyumnya mulai melebar. Ini bukan mimpi, melainkan sebuah jalan. Sebentar lagi ia bisa menghampiri Ronald dan Nora, sebentar lagi ia bisa mengacaukan mereka!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments