Selain ingin mengabulkan permintaan Chelsea, saat ini Reynof berencana untuk singgah di Pano Diamond karena merasa penasaran. Reynof ingin tahu alasan sebenarnya yang membuat Chelsea menaruh curiga pada Ronald dan Nora, dengan menganggap bahwa kedua orang itu adalah dalang di balik kematian Emily. Padahal, kematian mendiang pimpinan utama Pano Diamond Group tersebut sudah dianggap sebagai kematian yang diakibatkan kecelakaan tunggal karena sang pengemudi yang sedang mabuk.
Dan saat ini Reynof didampingi oleh Ruben Diego serta dua orang anak buahnya yang berada di mobil berbeda.
"Tuan Reynof?" ucap Ruben Diego yang saat ini tengah sibuk menyetir mobil mewah milik sang tuan. "Apakah Anda benar-benar ingin menerima tawaran gadis itu?" Ia yang sudah mendengar garis besar tentang penawaran Chelsea dari Reynof sendiri, sejujurnya merasa tidak yakin.
Sebab, baru kali ini seorang Reynof Keihl Wangsa bersedia untuk melakukan hal konyol. Mau dipikirkan sekeras apa pun, persahabatan antara Emily dan Chelsea adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Mereka ada dua perempuan yang berasal dari dunia berbeda. Level keduanya sangat jauh jika disandingkan.
Dan lagi, tak ada informasi apa pun yang Ruben temukan terkait hubungan Chelsea dan Emily, selain keduanya hampir mati bersamaan di sebuah sungai. Namun sampai saat ini, Ruben tidak mengatakan kenyataan tentang percobaan bunuh diri yang sempat Chelsea lakukan. Entahlah. Ia hanya merasa iba pada sang gadis, yang kerap mengingatkannya pada adik kecilnya. Seandainya Reynof tahu bahwa Chelsea hampir mati karena melakukan bunuh diri, Reynof bisa saja mempermainkan gadis itu dengan lebih kejam lagi.
Reynof menghela napas, lalu mengangguk pelan. Dan tanpa menatap Ruben yang berada di ruang kemudi depan, ia berkata, "Ya, aku merasa tertantang. Aku hanya akan kalah jika aku tidak bisa mendapatkan informasi yang dia inginkan. Lagi pula, aku merasa penasaran dengan apa yang dia katakan. Gadis miskin yang sampai mempertaruhkan nyawanya demi mengungkap kasus kematian wanita kaya, bukankah itu aneh? Aku ingin tahu kenapa dia berpikir bahwa suami dan sepupu Emily yang membunuh Emily. Dan sekaligus, mencari tahu hubungan Chelsea dengan wanita itu."
"Baik, Tuan." Ruben hanya menjawab singkat.
Tidak ada perbincangan apa pun di antara Reynof dan Ruben setelah percakapan singkat itu. Keduanya sama-sama terdiam. Namun tak lama kemudian, tawa Reynof terdengar. Ruben hanya melirik tuannya secara sekilas melalui kaca mobil yang tergantung di hadapannya.
Sementara Reynof masih saja terkekeh. Membayangkan aroma tubuh Chelsea yang sempat mengisi rongga hidungnya, sekaligus rasa bibir gadis itu yang berhasil ia dapatkan tadi malam. Puas, karena bisa membuat Chelsea kalah. Namun tetap tidak puas, karena Reynof belum mampu meluluhlatakkan hati dan diri gadis cantik itu.
Perjalanan mereka terhenti ketika mobil yang dikemudikan oleh Ruben sampai di sebuah perusahaan besar. Pano Diamond Group yang tak kalah besar dari Nerverley Group milik Reynof. Saat ini keduanya berada di depan sebuah pintu masuk utama. Di mana beberapa orang sudah berdiri tegak di teras gedung itu. Rupanya Nora pun sudah ada, dan tidak keberatan untuk menyambut kedatangan seorang Reynof Keihl Wangsa.
Dengan cepat, Ruben membukakan pintu bagi sang tuan sesaat setelah dirinya turun terlebih dahulu. Kedatangan Reynof benar-benar menjadi pusat perhatian. Tak hanya Nora dan seorang pria berjas hitam, dan tampaknya adalah seorang sekretaris. Beberapa staf yang ditugaskan oleh Nora untuk menyambut Reynof pun langsung membungkuk hormat pada sang pria blasteran Prancis yang terpandang itu.
Ruben menyerahkan urusan mobil pada salah satu anak buah Reynof dan meminta agar mobil itu di parkir di tempat yang sudah ditentukan. Sementara dirinya akan mendampingi Reynof seperti apa yang selalu ia lakukan selama ini.
"Selamat datang di perusahaan kami, Tuan Reynof," ucap Nora dengan santun. Ia tersenyum tipis, dan menunjukkan wajahnya yang tak terpoles make up apa pun selain bedak. Ia ingin Reynof tahu bahwa saat ini dirinya masih berkabung atas kepergian Emily. "Maafkan kami karena tidak memberikan sambutan yang lebih baik untuk Anda, Tuan Reynof."
Reynof tersenyum. "Tidak masalah, Nona," ucapnya singkat.
Namun diam-diam Reynof memikirkan bagaimana bisa Nora memberikan sambutan begitu hangat untuknya? Bahkan ketika dirinya mengajukan permintaan pertemuan melalui Ruben saja, Nora begitu antusias menerima permintaannya tersebut. Seolah-olah wanita itu sangat menyeganinya dan menganggapnya partner bisnis yang sempurna. Apakah Nora memang sangat bodoh?
Ayolah! Mau bagaimanapun Nerverley dan Pano Diamond adalah sepasang musuh. Keduanya bersaing ketat di bidang yang sama. Dan sejauh ini, Reynof sulit sekali menemui Emily. Bahkan di beberapa kesempatan, Emily bersikap begitu dingin padanya. Memang betul bahwa ada beberapa momen di mana Neverley lebih memonopoli pasar. Bahkan, Reynof sebagai pimpinan utama Neverley pernah menggunakan strategi kotor untuk mengalahkan Pano Diamond, dan hal itu diketahui oleh Emily. Oleh sebab itu, Emily begitu membencinya dan menghindari apa pun yang berkaitan dengannya.
Namun rupanya, Emily memiliki sepupu dungu bernama Nora Marie Rusmana. Dan wanita sedungu itu ... mungkinkah sampai tega menghabisi nyawa Emily seperti apa yang diduga oleh Chelsea?
"Mari silakan masuk, Tuan," ucap Nora.
Reynof hanya mengangguk. Detik berikutnya, Reynof membisikkan sesuatu pada Ruben. Setelah akhirnya Ruben berdiam diri tanpa mengikuti, sementara Reynof melanjutkan langkahnya untuk mengikuti Nora disertai kedua anak buahnya.
Setelah melewati setiap lantai dengan menggunakan elevator, Nora dan Reynof sampai di salah lantai yang meski bukan yang tertinggi dari gedung perusahaan tersebut. Dengan penuh santun, Nora bersama Fabian membawa Reynof ke salah satu ruangan. Namun bukan ruangan pimpinan utama, melainkan ruangan yang dikhususkan untuk tamu VVIP perusahaan itu. Rupanya keluarga Rukmana membangun gedung itu dengan begitu detail.
Sajian teh dan camilan ringan pun sudah disuguhkan.
"Silakan duduk, Tuan Reynof," ucap Nora sesaat setelah meminta Fabian untuk berada di luar saja.
"Terima kasih, Nona," sahut Reynof. Senyumnya yang ramah, tetapi palsu masih saja terulas di bibirnya ketika ia harus menjawab setiap perkataan Nora.
"Lantas apa yang membuat Anda ingin bertemu dengan pihak kami, Tuan Reynof?" Nora yang juga sudah duduk langsung bertanya tanpa banyak basa-basi berbelit. "Apakah mengenai pekerjaan atau—"
"Tentu saja mengenai kakak sepupu Anda, Nona. Saya turut berbelasungkawa atas tragedi yang menimpa Nyonya Emily, kami sempat bertemu dan berbincang beberapa kali di pesta-pesta maupun acara yang merangkap kami sebagai pebisnis di negara ini. Beliau adalah wanita yang sangat hebat. Bahkan di usia yang masih muda, beliau sanggup memimpin perusahaan sebesar ini dan tetap mempertahankan kejayaan. Sangat disayangkan, karena Nyonya Emily harus tutup usia begitu cepat." Reynof menggunakan alasan berbela sungkawa untuk menutupi niat sebenarnya.
Dan sungguh, Nora tidak senang karena Emily begitu dipuji. Memang benar bahwa Emily adalah wanita yang pintar. Namun Nora pun juga pintar. Demi menutupi kedongkolannya dari Reynof, Nora mulai melakukan sandiwaranya. Ia memasang ekspresi sendu, sampai akhirnya meneteskan air matanya.
Tak hanya itu saja, Nora bahkan rela menangis sesenggukan dan cukup histeris. Ia ingin menunjukkan betapa ia sangat rapuh selepas kehilangan Emily.
"Terima kasih, Tuan Reynof, terima kasih karena Anda masih mengingat kakak saya dengan baik. Beliau memang orang yang sangat hebat dan baik. Sa-saya benar-benar tidak menyangka kenapa beliau harus pergi secepat ini," ucap Nora menghaturkan rasa terima kasihnya yang diiringi dengan deraian air matanya tersebut.
Mata Reynof memicing tajam, mencoba menelisik setiap ekspresi yang Nora suguhkan. Jujur saja ia sempat terkejut ketika Nora mulai menangis. Air mata wanita itu ... benarkah disertai perasaan yang tulus? Namun mengapa Reynof merasa ada yang aneh? Maksudnya, mengapa Nora seolah-olah ingin menunjukkan kesedihan pada Reynof yang hanyalah orang asing, bahkan seorang pesaing? Untuk apa? Tak cukupkah hanya menitikkan sedikit air mata? Wajarkah jika Nora sampai sehisteris itu?
Chelsea ... rupanya, dugaanmu mendekati suatu kebenaran. Hebat sekali kau, Nona Kecilku, batin Reynof yang berangsur menyadari bahwa saat ini Nora hanya sekadar bersandiwara.
Tidak mau terlalu lama dibodohi oleh wanita itu, Reynof lantas bertanya, "Ngomong-ngomong, Nona Nora, apakah ... Nyonya Emily memiliki pertemanan yang sangat erat dengan seseorang atau beberapa orang?"
"Hmm?" Nora langsung terdiam. Kedua matanya melebar. Detik berikutnya, ia menatap Reynof, kemudian berkata, "Kenapa Anda menanyakan hal itu, Tuan?"
"Ah, saya hanya ingin tahu saja. Demi membuat Anda tidak menangis lagi tentunya hehe. Apakah pertanyaan saya cukup aneh dan tak seharusnya mendapatkan jawaban?"
Nora menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, tentu saja tidak, Tuan Reynof. Terima kasih karena Anda sudah berkenan untuk mengalihkan perhatian saya." Detik berikutnya, Nora mengusap air mata yang masih tersisa, baik di pipinya maupun di pelupuk matanya. "Dan ... mm, setahu saya Kak Emily tidak terlalu tertarik pada perkumpulan lingkup besar. Kalau dipikir-pikir, beliau hanya dekat dengan saya saja, selain Ronald—suaminya. Selebihnya Fabian Maestra."
"Fabian Maestra?" sahut Reynof sembari mengernyitkan dahi. "Bukankah dia ...?"
Nora mengangguk mantap. "Benar, Tuan, Fabian adalah pria yang barusan. Sekretaris pribadi Kak Emily, sekaligus teman kecil Kak Emily. Mereka bertemu di panti asuhan, karena Kak Emily kerap ikut Paman Rukmana ketika ada jadwal santunan ke panti tersebut. Sejak saat itu mereka berteman, dan ketika sudah beranjak remaja, Kak Emily menginginkan Fabian sebagai pengawal yang seumuran. Ketika naik sebagai pimpinan utama, Kak Emily menarik Fabian sebagai sekretaris pribadi."
Tidak ada! Nama Chelsea Indriyana sungguh tidak ada di cerita yang Nora kisahkan. Jika Nora mengetahui pertemanan Emily dengan Fabian sampai begitu detail, seharusnya Nora juga mengetahui jika Emily berteman dengan seorang gadis muda, bukan? Namun Nora tak menyebut nama Chelsea sama sekali.
Jadi, ... sebenarnya, kau itu siapa, Chelsea? Apa yang kau sembunyikan? Benarkah kau mengenal Emily sebagai seorang sahabat dekat? Reynof bertanya-tanya. Ia kembali merasa curiga, tetapi tidak ada sedikit pun niat untuk mengurungkan keputusannya dalam membantu keinginan gadis itu. Karena mau bagaimanapun permainan yang Chelsea suguhkan sangatlah menarik, dan Reynof bisa memainkan gadis itu lebih lama lagi. Ia hanya perlu berpura-pura percaya saja pada semua perkataan gadis cantik tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments