Beberapa petugas dari kepolisian baru saja keluar dari ruang rawat di mana Emily yang sudah beridentitaskan sebagai Chelsea Indriyana berada. Seperti yang Dokter August katakan, mereka menanyai beberapa hal terkait kematian Emily sekaligus motif di balik perbuatan Chelsea yang sampai melakukan tindakan bunuh diri. Namun Emily yang tidak tahu apa pun mengenai Chelsea, tentu saja memutuskan untuk bungkam. Ia juga tidak mungkin melaporkan kejadian sebenarnya di balik tragedi kematiannya.
Saat ini, akal sehat Emily sudah kembali. Sehingga ia memutuskan untuk tidak melaporkan penyebab sebenarnya atas kematiannya. Karena jika ia benar-benar dianggap gila, ia hanya akan berakhir dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Meski masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Emily tetap harus menerima takdirnya untuk hidup sebagai Chelsea Indriyana.
Lagi pula, sudah tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia pun tidak tahu cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri. Dan lagi, menurut petugas kepolisian, pemakaman atas dirinya akan digelar sebentar lagi. Kesaksian yang tidak bisa ia berikan membuat kasus kematiannya akan ditutup secara resmi sebagai kasus kecelakaan tunggal.
Emily menitikkan air mata. Salah satu tangannya mencengkeram bagian tubuh di mana jantungnya berada. Dadanya terasa sesak, benar-benar sesak sampai sulit sekali untuk bernapas. Rasanya seperti saat itu, saat di mana dirinya berada di dalam air. Ia mungkin mati karena kehabisan oksigen dan jantungnya telah dipenuhi oleh banyak air.
“Aku sudah diberikan kesempatan kedua dengan hidup di tubuh gadis ini, tapi kenapa rasanya menyedihkan sekali? Kenapa aku harus berakhir kehilangan identitas berhargaku? Kenapa nasibku seperti ini? Setelah kehilangan kedua orang tuaku, kini aku kehilangan tubuhku?” Emily menangis, meratapi nasibnya yang benar-benar miris.
Cukup lama bagi Emily meratapi nasib tragisnya. Air matanya mungkin bisa memenuhi satu bak mandi. Nyatanya memang sesulit itu baginya untuk menerima takdir menyebalkan ini. Namun ia tidak ingin mematikan jiwanya, meskipun tubuhnya sudah hampir dimasukkan ke dalam liang lahat. Emily harus tetap hidup. Ia tidak boleh membiarkan kedua iblis itu menikmati semua harta miliknya.
Memikirkan Ronald dan Nora, sekaligus kekejaman mereka, membuat Emily lantas melebarkan mata. Ia segera menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi kedua pipinya. Tatapannya berubah menjadi lebih tajam. Ekspresinya pun tak se-menyedihkan sebelumnya, melainkan lebih serius dan tegas.
“Jika aku mati, jika gadis ini pun mati di dalam tubuhku, bukankah kedua iblis itu juga harus mati?” gumam Emily diiringi kemarahan yang sudah semakin membesar. Bara api di dalam dadanya membuatnya lantas menginginkan sebuah keadilan. Ia harus membalas dendam. “Aku akan hidup sebagai gadis ini. Jika kesempatan kedua ini diberikan padaku, mungkin Tuhan pun memintaku untuk memberikan penghukuman bagi Ronald dan Nora. Mereka harus didakwa. Mereka pun harus menderita! Tak akan aku biarkan keduanya hidup bebas dan menikmati kekayaan yang seharusnya aku miliki! Mulai hari ini aku benar-benar akan hidup sebagai Chelsea! Namaku bukan lagi Emily, melainkan Chelsea!”
Emily, tidak, tetapi Chelsea lantas menyeringai tajam. Kesedihan yang sempat melanda kini nyaris terkikis habis oleh kemunculan amarah yang begitu besar. Bagaimana pun caranya, Emily harus membalas dendam. Menggunakan tubuh dan nama Chelsea, Emily akan menjalani setiap misi yang perlu ia lakukan demi menghancurkan kedua pengkhianat yang telah membuatnya mati sia-sia.
***
Di hari berikutnya, seorang pria tua datang. Hery Padiman—ayah kandung Chelsea Indriyana—memasuki ruang rawat di mana Chelsea berada bersama dengan Dokter August dan salah seorang perawat. Awalnya Chelsea tidak tahu siapa pria tua itu, setelah akhirnya Dokter August memberikan penjelasan.
“Kondisi Nona Chelsea sudah lebih stabil, Tuan Hery. Mungkin masih perlu meminum obat saja untuk menyembuhkan luka di kepalanya. Sepertinya, anak Anda begitu spesial karena bisa pulih dengan cepat. Saya berharap, Anda tetap memberikan pengawasan dan kalau bisa, Anda harus membawa Nona Chelsea ke psikolog untuk memastikan kondisi mentalnya. Ingatannya juga belum sepenuhnya stabil, jadi memang masih perlu diawasi,” jelas Dokter August pada Hery Padiman ketika Chelsea masih sibuk menatap keluar jendela.
“Baik, Pak Dokter. Saya sangat berterima kasih atas perawatan yang Anda berikan untuk putri saya. Dan tentu saja saya akan memberikan pengawasan ketat pada putri saya sendiri. Terima kasih banyak, Pak Dokter!” sahut Hery. Detik berikutnya ia lantas menghampiri Chelsea dan segera memberikan pelukan. Ia bahkan sampai menangis. “Duh, anakku. Tolong jangan melakukan hal itu lagi ya, Nak. Ayah benar-benar mencemaskanmu.”
Chelsea tersenyum. “Baik, Ayah. Maafkan saya ya,” jawabnya lalu membalas pelukan Hery.
Apakah dia adalah ayah yang baik? Jika keluarga pemilik tubuh ini sangat baik, tampaknya nasibku tidak benar-benar buruk, batin Chelsea.
“Nah, Nona Chelsea. Karena selama satu hari sejak Anda siuman, kondisi Anda semakin membaik, Anda boleh pulang hari ini. Dan saran saya, tolong jangan mengulangi perbuatan itu lagi ya!” ucap Dokter August.
“Baik, Dokter. Terima kasih banyak!” Chelsea menjawab dan tersenyum lebar.
Detik berikutnya, Chelsea langsung bergegas turun dari ranjang rawatnya. Dan Hery begitu setia membimbing putrinya tersebut. Hery benar-benar menunjukkan sosok ayah yang begitu perhatian. Mengingatkan si Jiwa di dalam tubuh Chelsea pada orang tua kandungnya sendiri. Bowo Rukmana dan Asri Dewidanti, kedua orang tuanya saat masih hidup sebagai Emily Panorama Rukmana. Kedua orang tua yang sangat bijak dan penuh perhatian.
***
Plak! Setidaknya sampai terdengar bunyi sedemikian rupa, ketika Hery mendadak menampar pipi Chelsea sesaat setelah tiba di rumah mereka. Sosok Hery pun seolah bukan Hery yang baru pertama kali Chelsea temui. Pria tua tersebut terlihat benar-benar berbeda. Tidak lagi tampak layaknya seorang ayah yang penuh perhatian, melainkan seperti halnya bandit yang kerap menyiksa orang.
“Ayah! Apa yang Ayah lakukan?!” ucap Chelsea sembari mencengkeram pipinya yang kesakitan. Ia benar-benar syok karena diperlakukan sedemikian rupa. Kepulangannya ke rumah sang pemilik tubuh disambut dengan sebuah tamparan? Bukankah Hery sudah sangat keterlaluan?
“Anak bodoh! Anak kurang ajar! Memangnya kau pikir kau bisa melarikan diri dariku dengan cara mati, hah?! Kau benar-benar anak durhaka, Chelsea!” sahut Hery berapi-api. “Sudah Ayah katakan kau harus mendengar semua yang Ayah perintahkan. Patuhi Ayah, atau ibumu yang akan mati! Kau itu sudah dimiliki Tuan Reynof! Kau sudah aku jual padanya! Aku akan mati jika tidak bisa mengantarkanmu padanya, Anak Bodoh!”
“A-apa?!” Chelsea kembali dibuat syok. Lagi dan lagi, peristiwa menyebalkan terus saja menghampirinya. Rupanya si pemilik tubuh pun memiliki kehidupan yang menyedihkan. Pantas saja jika gadis itu memutuskan untuk bunuh diri. “Aku tidak mau, Ayah! Aku bukan barang! Lebih baik aku mati saja daripada harus diperjualbelikan!”
“Apa katamu?” Mata Hery melotot. “Baik jika memang itu maumu! Tapi lihat saja apa yang akan aku lakukan, Nak! Lihat saja!”
Hery langsung meninggalkan ruang utama dari rumah sederhananya itu. Chelsea tidak tahu Hery akan melakukan perbuatan apa lagi. Ia hanya ingin lari. Dan di detik berikutnya, Chelsea segera memutar tubuhnya. Ia melihat pintu rumah yang belum tertutup rapat, dan pastinya akan membuatnya lebih mudah untuk kabur. Lagi pula ia bukan Chelsea yang sebenarnya. Ia tidak mau menjadi gadis pengecut yang tetap tinggal bersama sosok orang tua yang kejam.
Namun ....
“Ayah! Ibu mohon, Ayah! Sakiiiit! Tolong jangan seret Ibu seperti ini, Ayah! Tolong, ini sakit!”
Rintihan seorang wanita membuat langkah Chelsea langsung terhenti. Niatnya untuk melarikan diri pun langsung menguap di detik itu juga. Apalagi setelah dirinya menatap Hery yang keluar dari sebuah kamar dengan menyeret kaki seorang wanita paruh baya.
Siapa wanita itu? Mungkinkah ibu kandung dari pemilik tubuh ini? Batin Chelsea bertanya-tanya.
Tawa Hery tiba-tiba terdengar menggelegar, hingga membuat bulu kuduk Chelsea meremang. Rupanya Hery memang bukan sosok ayah yang penyayang. Pria itu adalah monster yang tak memiliki belas kasihan. Kehidupan Chelsea asli sungguh sangat malang. Pemilik tubuh itu memang lebih baik menghilang, dan saat ini Chelsea barulah yang akan menanggung segalanya.
“Jika kau benar-benar mau melarikan diri, aku akan menguliti tubuh ibumu, Nak! Kau sayang pada ibumu, bukan? Lagi pula, aku berjudi supaya menang dan uangnya untuk kalian! Kalau sudah kalah begini, harusnya kau sebagai anak harus ikut bertanggung jawab dong!” ucap Hery Padiman murka dan belum juga melepaskan kaki Dahlia—istrinya sendiri sekaligus ibu kandung Chelsea yang sebenarnya.
Kedua telapak tangan Chelsea mengepal erat. Tubuhnya pun ikut gemetar hebat. Ronald dan Nora memang kejam, tetapi ternyata ada orang yang jauh lebih kejam. Monster di hadapannya itu sampai tega menyiksa sang istri dan juga sampai menjual sang putri. Chelsea yang hendak melarikan diri pun sampai tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si pemilik tubuh mungkin selalu menjaga ibunya selama ini.
“Ba-baiklah,” ucap Chelsea. Ia menelan saliva dengan susah-payah. “Baiklah, Ayah. Aku ... akan menemui orang itu, tapi tolong lepaskan Ibu dulu.”
“Tidak, Nak, jangan! Tidak boleh!” Dahlia tidak ingin putrinya menanggung penderitaan itu. “Pergi saja! Tidak apa-apa. Ibu tidak apa-apa.”
“Diamlah, Dahlia! Kau itu justru kenapa-napa, buktinya kau merengek kesakitan. Itu artinya kau pun setuju jika Chelsea memang harus dijual!”
“Tidak boleh! Tidak!”
Dahlia terus meronta. Chelsea sampai harus sudah bercucuran air mata, menahan kesal dan rasa sedihnya. Ia tidak bisa melihat wanita paruh baya itu terus-terusan disiksa. Chelsea yang asli mungkin juga akan berpikir sedemikian rupa.
Sementara itu, tawa Hery justru semakin menggelegar. Dirinya puas karena Chelsea akhirnya setuju untuk dijadikan sebagai barang taruhan yang sebelumnya sudah ia sepakati dengan pihak lawan judinya. Apalagi selain hutangnya akan lunas, ia masih bisa memperoleh uang lagi ketika Chelsea sanggup memberikan kepuasan bagi pihak tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
uty
thor maaf , aq koq kehilangan gaya penulisanmua seperti cerita aku gendut
2023-02-24
0