Pembalasan Istri Yang Dibunuh Suaminya
“Nona Chelsea Indriyana, berusia dua puluh tahun,” ucap seorang dokter bernama August pada sang pasien berparas cantik yang sedang duduk di atas ranjang rawat. “Mm, baik. Nah, Nona Chelsea coba baringkan tubuh Anda terlebih dahulu, agar saya bisa memeriksa lagi kondisi tubuh Anda saat ini. Kalau sudah benar-benar pulih, tentu saja Anda bisa pulang secepatnya. Tapi, saya harap Anda tidak mengulangi perbuatan itu lagi ya?”
Emily begitu tercengang ketika sang dokter salah dalam menyebut namanya. Chelsea Indriyana? Siapa itu? Emily adalah Emily, lebih tepatnya Emily Panorama Rukmana. Seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang merupakan pewaris tunggal Pano Diamond Group—sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang real estate. Namun sejak dirinya membuka mata beberapa menit yang lalu, mengapa sang dokter dan perawat justru menganggapnya sebagai gadis berusia dua puluh tahun bernama Chelsea Indriyana? Apakah mata mereka memang sudah buta?
“Ayolah, Dokter! Saya ini Emily. Emily Panorama Rukmana! Semua orang pasti mengetahui siapa diri saya. Saya adalah seorang CEO dari perusahaan besar! Tapi, kenapa sejak tadi Dokter dan si suster terus-terusan menganggap saya sebagai orang lain sih?!” Emily yang sudah terlanjur jengkel lantas mengatakan hal tersebut pada Dokter August yang saat ini sedang menanganinya.
Namun Dokter August hanya tersenyum dan terus merawat pasiennya itu sebagaimana prosedur yang memang sudah ia hafal sejak mendapat predikat sebagai seorang dokter. Ia menganggap jika pasien yang ia ketahui bernama Chelsea Indriyana tersebut sedang mengalami halusinasi pasca koma selama tiga hari. Ingatan Chelsea juga bisa saja masih terganggu karena guncangan hebat setelah gadis itu memutuskan untuk terjun ke sungai tiga hari yang lalu.
Setelah Dokter August sudah selesai dalam memberikan pemeriksaan, Emily langsung membangunkan tubuhnya lagi. Ia menatap Dokter August dengan mata yang sudah berbinar penuh kebencian. Sebenarnya secara perasaan, ia tidak terlalu membenci dokter tersebut, melainkan merasa sangat jengkel. Ia tidak mau dianggap sebagai orang lain yang bahkan tidak pernah ia kenal sama sekali.
“Dokter!” Emily berucap lagi dan saat ini suaranya jauh lebih lantang daripada sebelumnya. “Saya Emily dan saya telah dibunuh oleh suami serta sepupu saya sendiri! Ini kasus berat lho! Jangan malah membercandai saya seperti itu dong!”
Dokter August yang sebelumnya nyaris menyelesaikan tugasnya, kini berangsur menegakkan tubuhnya. “Baiklah, Nona Chelsea, kondisi Anda ternyata sudah jauh lebih baik meskipun sempat mengalami koma selama tiga hari. Tekanan darah Anda cukup stabil dan luka di kepala Anda bisa sembuh lebih cepat jika Anda rajin meminum obat. Ini benar-benar sebuah keajaiban. Tapi, saya perlu memastikan lagi apakah Anda sudah benar-benar bisa pulang atau belum,” ucapnya.
Detik berikutnya, Dokter August mengambil ponsel dari sakunya. “Dan sayang sekali, Nona Chelsea, sepertinya Anda tidak bisa bertemu dengan idola Anda lagi. Coba lihat berita ini, beliau sudah meninggal tiga hari yang lalu. Jasad beliau juga ditemukan di tempat jatuhnya tubuh Anda. Mungkin sebentar lagi beberapa petugas kepolisian akan menemui Anda, karena Anda bisa dianggap sebagai saksi atas kematian Nyonya Emily sekaligus korban dari keputusan Anda sendiri. Namun jika Anda masih belum siap, tentu saya sebagai dokter yang merawat Anda akan menunda kedatangan para pihak dari kepolisian.”
“Hah, yang benar saja! Sepertinya rumah sakit ini memang benar-benar konyol sampai bisa memperkerjakan dokter segila Anda!” ucap Emily dengan ketus. “Dan lagi kenapa saya harus dirawat di ruang yang jelek ini sih?!”
Namun meski masih merasa dongkol dan mengganggap Dokter August sudah gila, Emily tetap merampas ponsel yang disodorkan oleh dokter tersebut. Dengan cepat ia menekan tombol untuk memutar sebuah video yang sudah Dokter August tunjukkan.
Sebuah kabar mengenai kematian seorang wanita dari keluarga konglomerat bernama Emily Panorama Rukmana terdengar sekaligus terlihat dari video itu. Yang artinya adalah kematian Emily sendiri. Kabar tersebut menyebut jika Emily ditemukan tewas di sebuah sungai karena kecelakaan tunggal. Emily juga dianggap sedang mabuk berat ketika sedang mengemudikan mobilnya.
Wajah Emily langsung kebas. Perasaannya begitu syok dan benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa sampai muncul kabar kematian yang mencatut namanya, sementara dirinya masih hidup? Apakah saat ini semua orang di dunia sedang mengalami penyakit gila? Ataukah dirinya yang malah sudah menjadi gila setelah kepalanya dipukul oleh Ronald—suaminya?
Emily tidak menyangkal kabar mengenai jatuhnya tubuh dan mobilnya di sungai berarus deras itu. Mungkin Ronald—suaminya—dan Nora—sepupunya—memang hendak membuang jasadnya di tempat kejadian perkara tersebut. Namun ia tetap tidak bisa memercayai bahwa dirinya sudah dianggap mati, padahal masih bernapas sampai saat ini.
Sebelum akhirnya, layar ponsel pun mati, dan Emily melihat pantulan wajahnya di layar gelap benda tersebut. Sebuah wajah yang begitu asing!
“Si-siapa dia?” Emily berucap dengan bibir yang mulai bergetar. Detik berikutnya, ia langsung menyalakan ponsel itu lagi dan mencari fitur kamera. Perasaan Emily yang sudah dikejutkan oleh kabar kematian tentang dirinya, kini semakin bertambah syok dan campur-aduk setelah mendapati wajahnya telah berubah.
“Tidak! Tidak mungkin!” Emily secara spontan membuang ponsel itu. Ia mencengkeram wajahnya dengan panik. Ia juga memastikan setiap bagian tubuhnya yang benar-benar berbeda. “Tidak mungkin. Ini siapa? Aku siapa?! Tidak! Bagaimana bisa?!”
Reaksi Emily membuat Dokter August ikut terkejut. Ia pun langsung memberikan penanganan darurat dengan menyuntikkan obat penenang. Jika gadis itu sampai kehilangan akal, dikhawatirkan akan kembali melakukan tindakan bunuh diri yang lebih fatal. Ia tidak mau mengambil risiko yang begitu berbahaya.
Jeritan Emily berangsur mereda. Matanya terasa sangat mengantuk. Namun sebisa mungkin ia tidak ingin tertidur. Entah bagaimana bisa, dirinya malah menjadi Chelsea Indriyana. Gadis itu benar-benar tidak pernah ada kaitannya dengan hidup Emily selama ini. Emily hanya teringat akan kejadian sebelum dirinya dipukul menggunakan sebuah vas bunga yang terbuat dari keramik kualitas tinggi oleh Ronald—suaminya sendiri.
Padahal sebelumnya, Emily sudah menyusun suatu rencana yang begitu manis. Ia sengaja berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya akan pergi keluar kota. Dan ketika larut malam telah tiba, Emily baru memutuskan untuk pulang. Ia berharap suaminya begitu tercengang oleh kedatangannya yang membawa sebuah kue sekaligus hadiah berisi sepatu yang super mahal. Bahkan meski usia pernikahannya dengan pria itu baru menginjak usia satu bulan, Emily tetap ingin menggelar pesta kecil yang sangat romantis. Hal tersebut ia lakukan sebagai tanda terima kasihnya pada Ronald, setelah pria itu menyelamatkannya dari jurang penderitaan pasca kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan di satu tahun yang lalu.
Namun kenyataan justru berjalan tak sesuai rencana. Setibanya di rumah, Emily yang sengaja berjalan secara mengendap-endap justru mendapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Suara cumbuan dua orang terdengar samar. Dan ketika ia membuka pintu itu dengan lebar, ia menangkap keberadaan Ronald dan Nora sedang berhubungan intim.
Pada saat itu, perasaan Emily benar-benar campur-aduk. Namun kemarahan lebih mendominasi setiap perasaan yang mengisi seluruh relung hatinya. Kedua pengkhianat itu langsung berupaya untuk bersujud dan meminta maaf padanya. Yang lebih membuat Emily marah adalah ketika Ronald maupun Nora mengatakan bahwa apa yang Emily lihat hanyalah sebuah kesalahpahaman saja.
“Pergi kalian! Keluar dari rumahku sekarang juga, Pasangan Iblis!” ucap Emily begitu keras pada suami serta sepupunya. Kedua pipi dan terutama matanya sudah bersimbah air mata. “Kalian benar-benar tega! Seharusnya kalian berterima kasih padaku yang sudah menampung kalian di rumah ini! Kalian itu hanya orang miskin yang tidak tahu diri! Pergi dan jangan pernah menunjukkan wajah kalian di hadapanku lagi!”
“Kakak, percayalah! Ini hanya salah paham.” Nora yang hanya membalut tubuhnya dengan sebuah selimut segera mencengkeram pergelangan kaki Emily. “Aku bisa menjelaskan dan—“
Karena sudah terlanjur jengkel, Emily memungut kue yang sudah ia jatuhkan dan langsung melempar kue tersebut ke wajah Nora. Detik itu juga, Nora langsung berteriak dan melepaskan kedua pergelangan kaki Emily. Nora begitu sakit hati karena merasa dipermalukan padahal dirinya sudah sampai menyembah sedemikian rupa.
“Emily sayang. Ka-kami hanya mabuk dan benar-benar tidak sadar. Aku pikir Nora adalah dirimu.” Ronald pun ambil suara dan mencoba mendekati sang istri.
Namun Emily yang sudah sangat kecewa sekaligus jijik memutuskan untuk memunggut kotak hadiah berisi sepatu dan melemparkan benda itu pada suaminya. “Pergi, Laki-laki iblis! Pergi sekarang juga! Bisa-bisanya kau masih mencari alibi setelah sudah tertangkap basah! Kau sudah benar-benar tidak punya hati, Biadab!” Ia berteriak sekencang-kencangnya.
Nora pun bangkit dan menahan Ronald yang masih hendak membujuk Emily. Di ingatan Emily, sepupunya itu sedang membisikkan sesuatu pada Ronald. Ia tidak tahu pasti perkataan apa yang terkandung di dalam bisikan tersebut. Namun, tiba-tiba saja Ronald berbalik badan, lalu mengambil sebuah vas bunga dari atas nakas. Selanjutnya Ronald menghampiri Emily dengan langkah begitu cepat, membuat Emily yang masih tercengang tidak bisa menghindar ketika Ronald mendadak menghantam kepalanya menggunakan benda keras tersebut.
Dan setelahnya Emily tidak tahu apa yang terjadi. Namun ia sempat tersadar dan menyadari tubuhnya berada di dalam air. Di saat sudah kesulitan bernapas, sesosok gadis terlintas di depan matanya. Mungkinkah sosok tersebut adalah pemilik tubuh yang saat ini Emily tinggali?
“Chelsea? Apakah kau yang telah memberikan tubuh ini untukku ...?” Emily bergumam setelah akhirnya matanya benar-benar terpejam karena sudah tidak mampu menahan efek dari obat penenang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
feby harris
baru mampir awal yg seru
2023-03-24
0
uty
akhirnya aq menyempatkan baca, swmamgat othor
2023-02-24
0