Aku melirik ke meja samping tempat tidur. Di atasnya ada segelas teh Sariwangi, dan satu buah Antangin.
Dia orang yang lumayan baik dan perhatian, dia memikirkan segalanya. Aku duduk dan mengambil Antangin itu. Setelah nya aku meminum teh favorit ku dan itu menghangatkan tubuh ku.
Ada ketukan di pintu. Aku mulai merasa gugup dan salah tingkah, bagaimana jika itu memang Ricardo. Dan benar saja Ricardo masuk ke dalam kamar.
"Tunggu kita bicara di luar saja..!"
Aku mengajak Ricardo keluar kamar, aku takut timbul fitnah jika kita berduaan dalam kamar. Dan bisa saja syetan lebih lihai membisikan tipu muslihat nya agar aku terjerumus ke jurang kesesatan.
Setelah aku keluar kamar, aku baru menyadari Ricardo baru saja selesai berolahraga dengan keringat di sekujur tubuh nya, astaghfirullah dia terlihat sangat menawan dan keringat nya tidak bau melainkan sangat harum.
Secepat nya aku menundukkan kepalaku
"Selamat pagi Gisele. Bagaimana perasaanmu? Apa masih sakit kepala?"
Oh tidak. Dia mulai memberikan harapan palsu lagi padaku.
"Lebih baik dari yang ku kira, terimakasih" gumamku.
Aku mengintip ke arahnya. Dia menggenggam setiap ujung handuk yang ada di lehernya. Dia menatapku dengan mata biru nya, dan seperti biasa, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Dia menyembunyikan pikiran dan perasaannya dengan sangat baik.
"Bagaimana aku bisa sampai di sini?" Suaraku terdengar sangat kecil.
"Hem ....Setelah kamu pingsan, aku tidak bisa mengantarmu ke apartemen mu karena aku pria yang bertanggung jawab. Jadi aku membawamu ke sini," katanya.
"Apakah kamu menggendongku sampai ke tempat tidur?"
"Ya." Wajahnya tanpa ekspresi.
"Kamu tidak melakukan hal aneh kan dengan tubuh ku yang terkulai lemah?" Suaraku pelan karena rasa cemas ku.
"TIDAK. Aku bukan orang yang senang memanfaat kan kesempatan, aku lebih suka jika kamu dengan sukarela datang menghampiriku" Ricardo tersenyum jahil.
"Tidak itu tidak akan pernah terjadi,! Karena kita bukan suami istri, dan aku hanya akan memberikan segala nya hanya untuk suamiku kelak!" Jawab Gisele dengan tegas.
"Tapi semalam kamu mau ku peluk dengan erat saat menari?"
"Itu lain ceritanya, aku sedang sakit, dan tak berdaya,"
"Baik lah terserah kamu saja"
Ricardo memalingkan wajah nya.
"Tentang kejadian semalam bukan sepenuh nya kesalahan ku. Pertama, teknologi untuk melacak ponsel tersedia melalui Internet. Kedua, perusahaan ku tidak berinvestasi atau membuat perangkat pengawasan apa pun, dan ketiga, jika aku tidak datang untuk menjemput mu, kamu mungkin akan bangun, di tempat tidur fotografer mu itu, dan dari apa yang aku ingat, aku membantumu membebaskan diri dari nya"
Katanya dengan sedikit kesal
Aku melirik ke arah Ricardo, dia memelototi ku, mata birunya terlihat sedih. Aku mencoba menggigit bibirku, tapi aku gagal menahan tawaku.
"Dengan apa, kamu bisa melarikan diri dari kerajaan Majapahit?" aku cekikikan.
"Kamu terdengar seperti ksatria yang sopan."
Suasana hatinya tampak berubah. Matanya melembut dan ekspresinya menghangat, dan aku melihat seulas senyum di bibirnya yang dipahat dengan indah.
"Gisele, kurasa aku bukan dari kerajaan maja pahit. Mungkin bisa di bilang aku berasal dari kerajaan Ayodya dan datang ke bumi untuk menyelamatkan Dewi Shinta dari kejahatan Rahwana yang ingin menerkam nya" Dia sangat tampan jika tersenyum seperti itu.
"Apakah kamu makan tadi malam?"
Aku menggelengkan kepalaku. Rahangnya mengatup, dan wajahnya kembali tanpa ekspresi.
"Kamu perlu makan. Itu sebabnya kamu gampang terkena sakit. Sejujurnya kamu terlihat terlalu kurus"
Dia menyisir rambutnya dengan tangan ini, dan aku tahu itu karena dia jengkel.
"Apakah kamu akan terus memarahiku?"
"Apakah itu yang aku lakukan?"
"Aku kira demikian."
"Kamu beruntung aku hanya memarahi mu."
"Apa maksudmu?"
"Yah, jika kamu milikku, kamu tidak akan bisa duduk selama seminggu setelah aksi yang kamu lakukan kemarin. Kamu tidak makan, kamu membahayakan dirimu sendiri." Dia menutup matanya, rasa takut terukir di wajahnya yang tampan, dan dia sedikit bergidik.
Ketika dia membuka matanya, dia memelototi ku.
"Aku benci memikirkan apa yang bisa terjadi padamu."
Aku cemberut padanya.
Apa masalahnya? Apa hubungannya dengan dia?. Jika aku adalah miliknya... yah aku kan bukan milik nya. Meskipun mungkin, sebagian dari diriku ingin menjadi seperti itu. Pikiran itu menembus kekesalan yang kurasakan pada kata-katanya yang angkuh.
Aku tersipu karena ketidaktahuan alam bawah sadar ku yang sedang kegirangan.
"Aku akan baik-baik saja. Aku bersama Rahma"
"Dan fotografer itu?" dia membentak ku.
Hmm... Rahadian. Aku harus memberinya peringatan lain waktu.
"Mungkin Rahadian baru saja keluar jalur."
Aku mengangkat bahu.
"Yah, lain kali dia keluar jalur, mungkin seseorang harus mengajarinya sopan santun."
"Kau cukup disiplin," desis ku padanya.
"Oh, Gisele, kamu tidak tahu."
Matanya menyipit, lalu dia menyeringai jahat. Ini melumpuhkan ku. Satu menit, aku bingung dan marah, selanjutnya aku menatap senyumnya yang indah.
Wow... Aku terpesona, dan itu karena senyumnya sangat langka.
Aku cukup lupa apa yang dia bicarakan.
"Aku mau mandi. Kecuali kamu mau mandi duluan? aku bisa menunggu mu di luar" Dia memiringkan kepalanya ke satu sisi, masih menyeringai. Detak jantung ku meningkat, dan nafasku terasa berhenti seketika.
Seringainya melebar, dan dia mengusapkan jari telunjuk nya ke bibir dan sedikit mendekat pada ku.
"Bernafas lah, Gisele," bisiknya dan bangkit.
"Sarapan akan tiba dalam lima belas menit.
Kamu pasti lapar."
Dia menuju ke kamar nya dan menutup pintu kamar nya.
Ku Hembuskan nafas yang sedari tadi ku tahan. Kenapa dia begitu menarik Saat ini aku ingin pergi ke lubang tikus untuk bersembunyi, karena aku dengan jelas memperlihatkan wajah ku yang tersipu di hadapannya. Aku tidak pernah merasa seperti ini tentang siapa pun. Hormon Ku berpacu. Kulitku kesemutan rasa nya gak karuan.
Aku merasa tubuh ku pegal-pegal... Aku menunggu nya di loby hotel, dan duduk di sebuah sofa. Aku tidak mengerti reaksi yang kurasakan jika aku berada di dekat nya.
Hem.. mungkin ini adalah rasa suka. Jangan sampai rasa suka ini menghancurkan ku.
Aku mengingatkan itu pada diriku sendiri sebelum terjerat lebih jauh oleh nya.
Aku bersandar di sofa, sofa hotel terkenal memang beda terasa empuk dan sangat lembut.
Tiba-tiba aku teringat perkataannya 'Jika kamu milikku.' Astaghfirullah....apa yang kupikirkan sampai aku berkhayal untuk menjadi miliknya? Dia satu-satunya pria yang pernah membuat darahku berpacu di sekujur tubuhku. Namun, dia juga sangat misterius dia sulit di tebak, rumit, dan membingungkan. Dia sering tanpa ekspresi dan tindakan yang selama ini dia lakukan membingungkan ku.
Dan untuk semua itu, aku menghabiskan malam di suite hotelnya, dan aneh nya aku merasa aman. Terlindung. Dia cukup peduli untuk datang dan menyelamatkan ku dari bahaya yang salah persepsi. Dia sama sekali bukan ksatria gelap, tapi ksatria putih dengan baju besi yang bersinar dan mempesona ... pahlawan romantis dalam novel yang selalu ku baca.
Tidak lama, Dia keluar dari kamar nya dalam keadaan rambut yang basah, gak tau kenapa aku dibuat melongo jika dia dalam keadaan basah.
Glek aku menelan ludah ku dan mencoba menundukkan kepalaku.
"Um... aku mau mandi dulu," gumamku.
Apa lagi yang bisa ku katakan? Aku mengambil tas dan melesat ke kamar mandi menjauh dari kedekatan ku dengan ksatria yang membuat ku salah tingkah.
Airnya hangat dan menenangkan. Hem... Inilah yang sekarang aku butuh kan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments