Tapi terkadang manusia tidak luput dari kesalahan apa lagi aku adalah manusia biasa yang banyak sekali dosa, kadang sulit mengendalikan diri ku. Apa yang aku lakukan mungkin bisa saja tidak sesuai dengan akal sehat ku.
Dan aku berangan-angan pahlawan sastra yang sering aku baca dalam novel Romantis orang nya itu adalah Ricardo
"Apakah kamu tidak mengadakan makan malam keluarga atau sesuatu untuk kakakmu?"
"Itu besok."
"Mungkin lain kali, Raka. Aku perlu belajar malam ini. Aku ada ujian akhir minggu depan."
"Gisele, suatu hari nanti, kamu akan mengatakan ya," dia tersenyum saat aku melarikan diri ke lantai toko.
Sepulangnya dari toko, Aku mengirim pesan ke Rahadian untuk meminta nya agar bisa ikut andil dalam pemotretan Ricardo besok hari.
"Tapi aku memotret tempat atau pemandangan, Gisele! bukan orang," keluh Rahadian . Aku merasa kebingungan untuk meminta tolong kepada siapa lagi, soal nya hanya Rahadian teman ku yang seorang fotografer .
"Rahadian, tolong..!?" Akhirnya Aku memohon pada nya, sambil mencengkeram ponselku, aku mondar-mandir di ruang tamu apartemen kami, menatap ke luar jendela pada cahaya malam yang memudar, karena terang nya rembulan tertutup oleh awan hitam yang menghalangi nya.
"Sini kan handphone mu...!" Rahma geram melihat ku mondar mandir, lalu dia mengambil handphone ku, mengibaskan rambut hitam nya seperti lagi iklan shampo Sunsilk gitu ke bahunya. Dia menelpon Rahadian tanpa persetujuan ku.
"Dengar, Rahadian Situmorang, jika kamu ingin surat kabar kami meliput pembukaan acara mu, kamu akan melakukan pemotretan ini untuk kami besok, mengerti....!?" Rahma bisa sangat tangguh, dia lebih blak-blak kan dalam segala hal dan berani dalam mengambil keputusan.
"Baiklah, jika demikian" Rahadian termakan ancaman Rahma.
"Bagus. Gisele akan menelepon kembali dengan lokasi dan waktu pemotretan. Sampai jumpa besok." Dia mematikan ponselku.
"Kita mengatur daftar buat besok, dan yang perlu kita lakukan sekarang adalah memutuskan di mana dan kapan kita melakukan pemotretan. Hubungi dia.!"
Dia memberikan handphone ku. Perutku melilit karena terlalu gugup.
"Panggil Ricardo sekarang!"
Aku cemberut padanya dan merogoh saku belakangku untuk mengambil kartu namanya.
Aku menarik napas dalam-dalam, memantapkan hati dan pikiran ku, dan dengan jari gemetar, aku mencari nomor nya dan menghubunginya.
Dia menjawab pada dering kedua. Nada suaranya terpotong, tapi terdengar tenang dan dingin.
"Mas bermata biru."
"Eh maksud ku Tuan Cafrio Ini aku Gisele" Aku tidak mengenali suaraku sendiri, aku sangat gugup. Ada jeda singkat. Di dalam aku gemetar.
"Hai Gisele, senang mendengar suaramu, ngomong-ngomong Jangan panggil aku Tuan Cafrio dong,! Panggil saja aku Ricardo...! "
Suaranya terdengar lebih hangat di telpon, Dia terkejut, aku pikir, dan sedikit menggoda. Nafasku tercekat, dan aku tersipu.
Tiba-tiba aku sadar bahwa Rahma sedang menatapku, mulutnya terbuka, dan aku melesat ke dapur untuk menghindari tatapannya yang tidak diinginkan.
"Emmmm kami ingin melakukan pemotretan untuk artikel itu." Bernapas Lah, Gisele, bernapas Lah...!!
Paru-paruku menarik napas tergesa-gesa.
"Besok, apa kamu bisa?. Di mana tempat yang nyaman bagi mu, tuan eh maksud ku Ricardo?"
Aku hampir bisa mendengar senyumnya yang seperti gulali, sangat manis melalui telepon genggamku.
"Aku tinggal di Bandung untuk saat ini, di Jl.Mawar. Bagaimana kalau pukul sembilan tiga puluh besok pagi? Dan detail tempatnya aku SMS atau WA kamu"
"Oke, sampai ketemu di sana."
Aku mencurahkan semuanya dan terengah-engah, seperti anak kecil, bukan wanita dewasa yang yang sudah sering jatuh cinta, Karena aku baru merasakan perasaan ini selama hidupku.
"Aku menantikannya, Gisele" Aku senang mendengar suaranya, cara dia memanggil namaku... Gisele.... Sangat lembut dan menusuk hatiku...panah asmara terasa menancap tepat kedalam dadaku.
Aku menutup telponnya, kami hanya bicara singkat dan seputar bisnis tapi itu membekas begitu lama sampai aku tak bisa berhenti mengingat suaranya. Rahma ada di dapur, dan dia menatapku dengan ekspresi meledek ku.
"Hayo .... Gisele Anastasya Kamu menyukainya kan! Aku belum pernah melihat atau mendengar mu begitu, kamu benar-benar di bawah kendali dia, dan sebelumnya tidak ada yang bisa membuatmu seperti ini. Kamu benar-benar tersipu."
"Oh Rahma, kau tahu aku selalu tersipu. Ini bagian dari pekerjaanku untuk membantumu... Jangan konyol!" bentak ku.
Aku berbohong pada Rahma karena terlalu malu. Dia berkedip ke arahku karena terkejut, aku sangat jarang membuang mainanku dari kereta bayi, dan aku mengalah sebentar untuknya.
"Aku hanya menganggapnya... mengendalikan ku itu saja. Dan dia bilang dia tinggal di Jalan Mawar"
"Oke baik lah, Jalan mawar tempat itu...." gumam Rahma.
"Aku akan menelepon manajer dan merundingkan tempat untuk syuting."
"Aku akan membuat makan malam. Lalu aku harus belajar."
Aku tidak bisa menyembunyikan kekesalanku padanya saat aku membuka salah satu lemari untuk membuat makan malam.
Bahan makanannya habis begitu saja, aku terpaksa membuat nasi goreng seketika. Tapi kami tidak pernah bertengkar untuk waktu yang lama.
Aku kembali ke kamarku untuk tidur setelah 2 jam waktu berlalu setelah makan. Aku gelisah malam itu, dan aku bolak-balik di kamarku. Tapi aku memutuskan untuk mengambil air wudhu sebelum tidur setelah selesai mengambil air wudhu aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur dengan memiringkan tubuh ku ke sebelah kanan.
Aku membaca do'a sebelum tidur sebagai berikut:
Allahumma gharatin nujum wa hadaatil 'uyun wa anta hayyun qoyyum ya hayyu ya qoyyum ahdi laili wa anim 'aini.
Artinya: “ Ya Allah, bintang-bintang telah redup, mata-mata telah terpejam, Engkau adalah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, Wahai Dzat yang Maha Hidup dan Wahai Dzat yang Maha Berdiri sendiri, tenangkan lah malamku dan lelap kan lah mataku.”
Setelah aku membaca doa sebelum tidur aku membaca surah al-ikhlas, An-Nas, Al-falaq dan ayat Kursi.
Selanjut nya aku menutup mata ku dan akhirnya aku tertidur juga. Malam itu aku memimpikan mata biru berasap, baju terusan, kaki panjang, jari panjang, dan tempat-tempat gelap yang belum dijelajahi.
Aku terbangun dua kali di malam hari, jantungku berdebar kencang. Oh, aku akan terlihat buruk besok jika aku kurang tidur, aku memarahi diriku sendiri.
Aku mencoba berdoa kepada Allah SWT. agar di berikan ketenangan hati dan di jauhkan dari rasa gelisah.
Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu'minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna'u bi 'atho-ika. Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan Ketetapan Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments