BAB 5 : Jujur Atau Bohong ?.

Srakkk...srakkk

Dengan sekuat tenaga Kyara terus menggerakkan sapu ditangannya itu, sebenarnya ia tak ingin melakukan hal ini.

Lagipula harusnya pekerjaan kasar seperti ini tak dilakukan oleh bangsawan tinggi sepertinya.

Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan harta berlimpah sepertinya tak akan mungkin bisa melakukan hal ini.

Namun bagi Kyara yang pintar dan cekatan, ini tak sulit.

Dulu di kediaman Malvi dia selalu memperhatikan para pelayan yang melakukan pekerjaannya. Namun karena ia bosan jadi memutuskan untuk mencoba membantu mereka.

Lagipula mendiang ibunya juga pernah mengatakan kalau pekerjaan mudah seperti ini harusnya siapapun bisa melakulannya.

Itulah mengapa Kyara tak malu sama sekali saat melakukannya.

Dan lagi ia takut Kai akan mencari masalah dengannya.

Bagaimana jika lelaki itu merasa kalau dirinya melanggar kontrak dan tiba-tiba saja membunuhnya begitu saja ?.

Sangat sia-sia bukan usahanya untuk bertahan hidup.

Namun lama-lama pekerjaan ini membuat Kyara benar-benar kesal dan jengkel.

Bagaimana tidak, sudah sangat lama ia menyapu satu ruangan ini, namun tak kunjung selesai.

"Sebenarnya rumah megah ini lebih cocok dipanggil gua." Teriak Kyara.

Siapapun pasti juga akan mengira seperti dirinya, bagaimana tidak ?.

Ruangan ini sangatlah pengap, debu-debu bahkan sudah menempel sempurna di lantai ataupun di barang-barang yang ada diruangan ini.

Melakukan pekerjaan ini juga membuat Kyara teringat dengan para pelayan yang biasa menemaninya.

Apakah mereka masih hidup ? Jika ya, dimana mereka sekarang ?.

Di dalam otaknya sendiri sudah terlintas pikiran bahwa mereka sudah mati, tapi hatinya pasti menolak.

Kalau ia selamat, pasti mereka juga selamat bukan ?.

Ingin sekali ia bertanya pada Kai apa saat menemukan dirinya, ia tak melihat para pelayannya itu ?.

"Anak-anak yang malang, kalian pasti kalian baik-baik saja bukan ?." Gumam Kyara sembari menitihkan air matanya.

Sebenarnya di tengah gelapnya ruangan itu, seorang pria tengah mengawasi gerak-gerik Kyara.

Tentunya dia adalah Kai Xavier.

Ia memanglah berpamitan pergi, namun sebenarnya ia mengawasi Kyara sejak tadi.

Kutukan, makian yang sejak tadi dilontarkan oleh Kyara tentu saja dia mendengarnya.

Ada banyak hal yang membuat Kai sangat penasaran.

Sejak awal menemukan Kyara ia memang sudah yakin kalau wanita itu bukanlah seorang rakyat biasa.

Meskipun pakaian dan perhiasan yang dia pakai terlihat sederhana, namun semua dibuat dari bahan-bahan terbaik.

Perilakunya dulu bahkan juga seperti bangsawan-bangsawan yang ia baca dalam buku.

Terpuji dan terhormat.

Namun karena makian yang ia dengar daritadi membuat Kai sedikit tak percaya.

"Ia sangat jago mengumpat." Batin Kai.

Yang lebih membuat Kai lebih tak yakin lagi, Kyara melakukan pekerjaan ini seperti sudah biasa meskipun banyak mengeluh.

Bangsawan-bangswan yang ia tahu dari buku ataupun yang ia lihat sendiri selalu bersikap semena-mena.

Jangankan untuk menyapu, menyisir rambut mereka sendiri tak akan sudi.

"Benarkah dia berkata jujur ? Atau dia menipuku ?." Gumam Kai.

Tanpa sadar Kai sudah sangat lama mengawasi gerak-gerik Kyara. Saat akan pergi ia melihat gadis itu sedang terisak.

"Anak-anak ? Dia punya anak ?." Ucap Kai bingung.

Isakan Kyara terdengar sangat menyedihkan.

Jujur saja ia sangat tak suka melihat dan mendengarnya.

Itu membuatnya teringat dengan seseorang yang ia cintai.

"Kenapa mereka sangat lemah ? Memangnya dengan menangis semua masalah akan selesai ? Sangat bodoh." Batin Kai sembari memberi tatapan kesal ke arah Kyara.

Setelah satu jam menangis akhirnya Kyara berhenti juga, namun gadis itu kini tertidur di lantai yang masih kotor itu.

Huppp....

Kai pun langsung turun dari tempat persembunyiannya tadi.

Dengan hati-hati ia menggendong Kyara, ia akan membawa gadis itu kedalam kamarnya.

Begitu sampai kamar, ia dapat dengan jelas melihat penampilan Kyara.

Sebuah senyuman langsung terukir dibibir milik Kai.

Sebenarnya ia tersenyum karena menahan tawa. Ya, kini separuh wajah Kyara berwarna hitam karena debu lantai yang menempel.

Andai saja gadis itu bangun, ia pasti merasa sangat malu karena penampilan buruknya ini dilihat oleh orang lain.

"Aku tak akan mengganggu tidurmu." gumam Kai.

■■■■■□□□□□

KEKAISARAN TIMUR

"Hormatku pada matahari baru Kekaisaran Timur." Ucap seorang pria sembari membungkuk pada seseorang.

"Ada apa lagi Theo ?." Tanya seorang pria.

Lelaki yang dipanggil Theo itu nampak sangat sedih dan khawatir dengan keadaan tuannya itu.

"Putra Mahkota Ragaz, sudah lama sekali anda terus bersedih seperti ini. Kaisar sangat marah." Jawabnya.

Ragaz langsung tersenyum tipis begitu mendengarnya.

Lalu haruskah dia berbahagia setelah tunangannya meninggal ?.

Bukankah kaisar juga bersedih karena meninggalnya Kyara ?.

Pria tua itu ahhh tidak, maksudnya ayahnya itu sangatlah dekat dengan Kyara.

Mereka sama-sama pintar, dan sering menghabiskan waktu bersama untuk membahas masalah Kekaisaran.

Ayahnya itu juga pendukung nomer 1 hubungannya dengan Kyara.

Dengan kededakatan seperti itu kehilangan Kyara sama saja dengan kehilangan putrinya sendiri bukan ?.

"Dia terus menyalahkanku karena terus bersedih, kalau begitu haruskah aku menyalahkan dewa Theo ?." Ucap Ragaz.

Mata Theo langsung membulat begitu mendengar ucapan tuannya itu.

Betapa beraninya dia menyalahkan dewa yang menciptakan kehidupan.

"Putra Mahkota jangan berbicara seperti itu, dewa bisa murka!." Ucap Theo.

"Cihh...murka ? Dia menurunkan oracle tapi dia sendirilah yang membuat Kyara mati. Ahhh...atau mungkin pendeta yang berbohong padaku ?." Ucap Ragaz penuh dengan rasa curiga.

Theo semakin tak paham dengan ucapan-ucapan putra mahkota.

Apa dia sudah kehilangan kewarasan setelah Kyara mati ?.

"Putra Mahkota, mana mungkin pendeta berbohong tentang firman dewa." Ucap Theo.

Brakkkk!!!!

Ragaz langsung membalik meja yang ada dihadapannya. Ia benar-benar marah saat ini.

Ini benar-benar tak masuk akal.

Dewa tak pernah salah, pendeta tak mungkin berbohong. Kalau begitu kenapa Kyara mati ?.

Kenapa ?.

"Kalau begitu katakan padaku Theo, kenapa Kyara mati ? Apa oracle itu hanya sebuah lelucon saja ?!!!." Tanya Ragaz.

Theo tentunya sangat ketakutan, bagaimana tidak ?.

Ragaz juga mengarahkan pedang ke lehernya.

Jawaban apa yang bisa dia berikan ? Salah sedikit saja pasti dia akan mati.

"Pp-putra mahkota..."

Belum sempat Theo melanjutkan ucapannya, seseorang datang dan menyelamatkan hidupnya.

"Salam pada matahari baru Kekaisaran Timur, maafkan kelancangan hamba karena mendengar percakapan kalian. Turunkan pedang anda itu, hamba akan menjelaskannya Putra Mahkota." Ucapnya.

"Apa lagi yang akan kau jelaskan pendeta ? Katamu oracle itu mengatakan bahwa Kyara yang akan membantuku menjadi penguasa. Dengan bersamanya aku akan menjadi yang terkuat, dan dengan bersama dia keturunanku juga akan menjadi yang terhebat!!." Bentak Ragaz.

Pendeta itu sedikit terkejut, baru ini ia melihat putra mahkota semarah ini.

"Putra Mahkota anda salah mengerti, hamba tak pernah mengatakan nona Kyara, oracle pun juga tak begitu." Jelas pendeta itu.

Ragaz pun menurunkan pedangnya.

Bukan Kyara ? Bukankah pendeta itu kemarin berkata Kyara lah wanita dalam oracle itu ? Apa dia berbohong untuk menyelamatkan nyawanya ?.

Terpopuler

Comments

Cellestria

Cellestria

baik sekali😁
kadang" aku malas😅

2023-03-18

0

Matahari

Matahari

seperti nya pendeta itu mencari aman saja

2023-03-14

0

Cellestria

Cellestria

ish ish sini gue bersihin

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!