Merelakan

Daniah menatap Alberto yang terbaring di atas tempat tidur. Gadis tersebut menatap lengan Alberto yang terluka. Lengan yang biasanya terlihat putih pucat kini terlihat membiru. Pandangan Daniah beralih pada Richard yang berdiri di dekat jendela kamar Alberto.

"Rich ... Terima kasih," ucap Daniah.

Richard yang sedang fokus melihat pemandangan hutan pun menoleh, menatap Daniah yang juga tengah menatapnya. Dia hanya mendengus kesal menanggapi ucapan Daniah, lalu fokus lagi pada pemadangan hutan pinus pada malam hari itu.

Deru angin berhembus begitu kencang, menerpa wajah Richard pada malam hari itu. Tak lama bulan purnama terlihat begitu indah setelah sekian lama tertutup awan hitam.

Richard mendongak, menatap keindangan bulan purnama itu. Lalu beralih menatap Daniah yang sedang mengopres tangan Alberto.

Mungkinkah ini sudah saatnya? Dirinya harus melepaskan Daniah? Pikir Rich.

"Ada apa?" Daniah bertanya saat merasa di perhatikan oleh Rich.

"Aku harus segera pergi." Rich menjawab sambil mendekati Daniah.

"Ini sudah tengah malam, Rich. Apakah kau tidak ingin menginap di kastil ini?" tanya Daniah, dia berusaha untuk mencegah Rich, agar tidak pergi. Dia tahu jika sahabatnya itu saat ini sedang pata hati karenanya.

"Tidur di sarang makhluk penghisap darah kotor ini?!" Rich menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa sinis.

"Rich!" Daniah menatap Rich dengan kesal.

"Terima kasih, atas tawarannya, Dan!" Rich segera keluar dari kamar tersebut, akan tetapi dia menghentikan langkahnya di ambang pintu, lalu membalikkan badannya menatap Alberto yang terbaring lemah di atas tempat tidur, karena makhluk penghisap darah itu masih di kuasai racun dari pedangnya.

"Aku harap kau bahagia dengan pilihanmu, Dan! Tapi, jika suatu saat nanti kau terluka karenanya, aku tidak akan membiarkannya hidup di bumi ini!" Rich berkata tegas dan dingin.

"Aku akan menjaganya dengan segala kemampuanku!" jawab Alberto pelan tapi penuh penekanan.

"Rich, terima kasih atas segala perhatianmu." Daniah berkata sambil menghampiri sahabatnya itu. Kini ia berdiri di hadapan Rich.

"Kau selamanya akan tetap menjadi sahabatku, Rich." Daniah memeluk Richard dengan erat.

Richard menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu membalas pelukan Daniah. Meskipun merasakan sakit luar biasa di hatinya karena merelakan gadis yang di cintainya untuk pria lain.

"Jaga dirimu, Dan." Rich melepaskan pelukan tersebut lalu mengecup kening Daniah dengan lama dan dalam.

Daniah memejamkan kedua matanya, saat Rich mencium keninghya.

"Maafkan aku." Daniah berkata setelah ciuman itu terlepas.

Rich mengangguk pelan.

"Aku akan mengantarkanmu sampai depan," ucapn Daniah.

"Tidak perlu, di luar sangat berbahaya untukmu," jawab Rich lalu segera pergi dari hadapan Daniah.

Daniah menatap punggung Rich yang semakin jauh dari pandangannya. Dia menghela nafas berat, lalu segera menutup pintu kamar tersebut.

"Al, kau sudah pulih?" Daniah menatap Alberto yang berusaha untuk mendudukkan dirinya di atas ranjang.

"Setelah ini akan banyak vampir yang memburuku, karena aku sudah di anggap penghianat karena mencintai manusia," batin Alberto.

"Nyawa Daniah saat ini tidak aman," lanjut Alberto di dalam hati.

"Alberto!" Panggil Daniah sekali lagi, karena sejak tadi pria tersebut diam saja.

"Kita harus segera pindah dari sini!" Alberto menolah, menatap Daniah dengan dalam.