Sarang Laba-laba

Matahari belum sepenuhnya terbit, dengan sedikit peregangan otot Ryuha berjalan santai menikmati suasana pagi di daerah pegunungan. Dirinya hendak melanjutkan perjalanan karena waktu yang berlalu tidak akan menunggunya.

Matanya masih keriyipan, laki-laki itu membasuh muka menggunakan air sungai yang sangat jernih itu, juga meminumnya. Tak luput dia memetik beberapa apel untuk sarapan.

Berjalan ke arah hilir melewati tepian sungai yang hanya selebar dua meter, dia mendengar gemuruh air terjun tidak jauh dari arah depan dan segera mempercepat langkahnya.

"Dalam sekali?!" Gumamnya sembari menengok ke bawah.

Bebatuan besar terlihat di badan sungai, Ryuha melompat-lompat menyeberangi sungai itu karena jalan turun ada di seberang. Terus menuruni jalan yang cukup curam itu.

Keningnya terkerut, saat mendapati sebuah jejak yang sangat jelas, sangat jelas sampai-sampai dia langsung tahu jejak seperti bekas tancapan pedang itu adalah milik Lightning Spider.

"Mungkinkah dia kembali ke sarang?" Gumamnya. Laki-laki itu terus mengikuti jejaknya, sampai melihat sekumpulan orang yang mengenakan penuh zirah baja kecuali helm.

"Sepertinya, mereka akan menjarah Dungeon?!" Ucap Baal dalam tubuh Ryuha. Hanya sedikit memikirkan sesuatu, Ryuha lalu menghampiri mereka yang jumlahnya sepuluh orang.

Dari kejauhan, laki-laki dengan badan besar berambut pirang Yang tertata rapi melihat laki-laki yang tengah berjalan ke arah mereka. Segera menyapanya saat laki-laki itu sampai dengan sedikit melambaikan tangan.

"Yo, anak muda, apa ada sesuatu yang kau butuhkan sampai membuatmu kemari?" Ucap laki-laki itu.

Ryuha hanya menggelengkan kepala lalu menjelaskan perihal kedatangannya kemari, singkatnya dia hanya mengatakan jika tak sengaja melihat mereka saat mengikuti jejak makhluk buruannya. Sedikit bumbu kebohongan agar mereka tidak curiga.

"Dilihat dari persiapan kalian, apa kalian akan menjarah Dungeon ini?" Basa-basi Ryuha. Rencana kecilnya, dia ingin ikut kawanan mereka menjarah agar bisa membiasakan diri dalam penjarahan Dungeon.

Laki-laki itu mengangguk, juga mengatakan jika mereka kekurangan Sorcerer.

Dari atas langit, Rin dengan sayap Phoenix Esnya terbang dan tak sengaja melihat mereka. Tatapannya sontak terpusat pada dua pria kenalannya. Segera gadis itu turun dan menghampiri mereka.

Kedua laki-laki itu terus mengalihkan pandangan, memberikan jeda pada diskusi kecil mereka.

Sontak kedua mata Ryuha terbelalak sesaat saat melihat adiknya yang entah darimana. Bukan karenanya, tapi karena liontin miliknya yang tergantung di leher Rin. Liontin tali hitam dengan gantungan sebuah batu kecil yang sekilas terlihat seperti berlian.

"Edward, kebetulan." Rin mengeluarkan sepucuk surat dari cincin penyimpanan lalu memberikannya kepada Edward yang merupakan laki-laki berbadan besar itu.

"Ini untuk Leader Light Scales, guru Listh yang menyuruhku mengantarnya." Tambahnya.

Laki-laki rambut pirang itu mengangguk lalu menyimpan surat itu ke dalam cincin penyimpanannya.

"Selain itu... " Pipi Rin mengembung sambil menatap Ryuha dengan serius.

"Aku butuh penjelasanmu!" Ucapnya marah. Menginginkan penjelasan saat Ryuha tiba-tiba membuatnya pingsan.

Ryuha sontak memasang ekspresi kebingungan setelah mendengar pertanyaan itu. Otaknya berputar-putar mencari jawaban.

"Itu..., bukankah seharusnya kau yang memberiku penjelasan? Ya, kenapa kau berbalas surat dengan laki-laki lain?" Tidak menjawab, Ryuha malah melontarkan satu pertanyaan kepada adiknya. Selain itu, pertanyaan itu memperlihatkan sikap mereka yang seperti sepasang kekasih.

Memerah seketika wajah Rin. Benar-benar, baru pertamakali dia mendengar ucapan laki-laki yang sangat bodoh sampai membuatnya malu. Tangannya segera terkepal erat, sungguh ingin memberikan benjolan di kepala itu.

"Kau..., kau ingin tahu apa isi suratnya?" Ucapnya sambil tersenyum mengerikan. Sekilas seperti api berkobar mengitari tubuhnya. Membuat Ryuha segera berlindung di belakang Edward.

"Tidak, tidak perlu, kalian lanjutkan saja hubungan kalian."

Edward yang mendapati tingkah mereka hanya terdiam dengan ekspresi kebingungan. Tak menyangka jika laki-laki yang terlihat lemah itu ternyata sangat akrab dengan Rin yang merupakan dewi dari semua orang.

"Ada apa kalian ribut sekali?"

Seorang laki-laki dengan rambut merah memakai mantel berwarna sama dengan rambutnya datang menghampiri mereka.

"Ohh, ada Rin rupanya." Tambahnya. Laki-laki dengan tubuh ideal itu sedikit melambaikan tangan melihat Rin yang melambaikan tangan kepadanya.

Melirik ke belakang Edward, laki-laki itu mendapati pria asing di belakangnya yang terlihat seperti sedang bersembunyi. Satu kali lihat saja dia bisa menebak jika dia adalah orang bodoh. Hanya menunjuknya dengan jari telunjuk, meminta kode untuk memberitahunya.

"Ohh, dia kenalanku." Ucap Rin.

"Ohh, namaku Raka. Aku juga kenalan Rin!" Ucap laki-laki rambut merah itu mengulurkan tangannya.

Satu bisikan terdengar di telinga Ryuha saat Edward mendekatkan mulut di telinganya. "Dia adalah penggemar beratnya Rin."

Lirih, namun terdengar jelas oleh mereka berempat. Tangan yang diulurkan itu langsung ditarik dan terkepal erat. Rasa hatinya benar-benar ingin memukul Edward sampai membuatnya tak bisa berbicara lagi.

Melihat wajah dingin yang memancarkan hawa panas itu, segera Edward mengalihkan pembicaraan dengan kembali memperkenalkan diri.

"O, oh iya aku belum memperkenalkan diri kepadamu, namaku Edward." Ucapnya menjulurkan tangan kepada Ryuha. Berusaha tak mendengarkan ocehan Raka yang sedari tadi menggonggong.

Ryuha mengangguk sambil tersenyum kecil dan membalas perkenalan itu, "Namaku Ryu."

"Cihh, dua laki-laki bodoh." Gerutunya, yang didengar oleh dua laki-laki itu namun tak ditanggap sama sekali. Membuat Rin tertawa kecil melihat tingkah mereka bertiga yang sangat konyol.

Satu-satunya teman laki-laki yang dimilikinya di sini mengacuhkannya, Raka yang teringat akan penjarahan mereka pun mengajak Rin untuk berdiskusi sebentar. Tepatnya, dia meminta Rin untuk membantu mereka.

"Ehh, bisa-bisanya kalian tidak membawa seorang Sorcerer saat ingin menjarah?! Emm, baiklah kebetulan aku sedang senggang."

Dari kejauhan terdengar teriakan keras yang memanggil nama mereka, tepatnya dari arah pintu masuk. Ryuha melambai-lambai dan terus berteriak.

"Hoiii, apa kalian tidak jadi menjarah?!"

Satu alis Rin terangkat mendapatinya. Gadis itu sontak menghela nafas dan menepuk keningnya sambil sedikit menggelengkan kepala.

"Aku mewakilinya meminta maaf. Tapi, apakah kau bisa membiarkannya ikut melakukan penjarahan? Sebagai gantinya aku tidak akan mengambil bagian." Ucap Rin.

Sedikit bingung karena Rin mewakilinya meminta maaf. Siapa laki-laki itu sebenarnya? Namun sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Raka segera menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyetujui permintaan Rin.

Mereka pun menyusul Ryuha dan Edward yang sudah berjalan meninggalkan mereka.

Lorong yang sangat gelap nan besar, Ryuha membantu memegang obor sambil berjalan di belakang Edward.

Keningnya sedikit terkerut melihat rekan-rekan Edward yang malah berjaga di mulut Dungeon dan langsung menanyakannya.

"Dengan kita berempat saja sudah cukup. Selain itu, sepertinya Rin akan lebih fokus melindungimu jika terjadi sesuatu nanti?" Jawab Edward.

Rin? Melindunginya? Apa dia tidak salah dengar? Memang benar, Ryuha tak menyangkal jika seseorang melihatnya sebagai orang lemah. Namun dilindungi seorang wanita, ke mana dia harus membuang wajahnya nanti.

Dengan satu obor yang dipegang Raka, mereka berdua berlari menyusul Ryuha dan Edward yang hampir lenyap termakan oleh gelapnya lorong.

"Lama sekali kalian? Bermesraan dulu kah?" Ucap Ryuha dengan nada yang sekilas terdengar seperti pasangan yang cemburu.

Tentu ucapan bodoh itu tak disangkal oleh Raka. Namun Rin yang wajahnya kembali dibuat memerah segera memberinya pukulan telak di ubun-ubun.

"Bisa tidak kau hentikan permainan kekasih-kekasihannya? Lagipula, kita sama sekali tidak memiliki hubungan apapun."

Menjadi kerucut bibir Ryuha setelah mendengar perkataan itu. "Akukan hanya bercanda..." Ucap mulut kerucut itu.

Edward segera tertawa melihat tingkah kedua remaja itu. Dirinya yang paling tua diantara mereka tak ingin mencampuri urusan anak muda, walaupun umurnya masihlah dua puluh empat tahun.

Dua lorong, langkah mereka sontak terhenti dan secepatnya melakukan musyawarah kecil.

"Tidak-tidak, itu terlalu beresiko! Begini saja. Aku dan Rin akan lewat jalur sebelah kiri. Kalian berdua lewat jalur kanan." Ucap Ryuha.

Saran yang membuat otak Edward berputar sejenak. Dengan adanya Rin disamping Ryu, dirinya yang merasa bertanggung jawab atas keselamatannya bisa merasa lebih tenang.

Raka yang ingin menyangkalnya segera di bungkam oleh Edward dan diseret ke jalur kanan. Sosok mereka dengan cepat lenyap dimakan kegelapan.

Rin yang melihat wajah cengar-cengir itu mengeryitkan kening. Gadis itupun menghela nafasnya.

"Rencana yang bagus, tuan sok lemah."

Menyaut obor lalu berjalan memasuki kegelapan itu, diikuti Ryuha di belakangnya.

Suasana di sana benar-benar sunyi jika tak diiringi dengan percakapan. Bahkan mereka tidak melihat satupun monster setelah berjalan cukup lama. Rin mengkerutkan kening menyadari ada sesuatu yang aneh.

Wreckage Dungeon, seharusnya adalah sarang bagi monster-monster. Namun yang didapatinya sekarang hanyalah goa biasa tanpa adanya makhluk selain serangga-serangga kecil.

Entah sudah separuh perjalanan atau belum dengan tujuan mereka, yang merupakan perut Dungeon. Dimana terdapat harta karun dibalik pintu yang pastinya dijaga oleh monster kuat.

Ryuha yang tak tahan ingin mengobrol dengan adiknya menghela nafas, celingak-celinguk mencari topik pembicaraan.

"Ahhh, Rin." Masih bingung ingin berkata apa.

"Emm." Dan jawabannya pun semakin membuatnya kehilangan.

Kembali menghela nafas. Sama sekali tidak bisa mencari topik pembicaraan. Sampai suara di dalam pikirannya terdengar.

"Ryuha, itu kalungmu?"

Ryuha mengiyakan ucapan itu. Jika Baal berkata seperti itu, dia tahu jika orang itu terpikirkan sesuatu.

"Coba kau pinjam itu. Mungkin aku bisa mengetahui identitas orang tuamu?!"

Dan benar saja, mata Ryuha terbelalak seketika. Identitas orang tuanya yang sangat ingin dia ketahui, dan kesempatan untuk mengetahuinya ada di depan mata walaupun masih memiliki kemungkinan kecil.

Selain itu, meminjam kalung yang dia tahu jika itu adalah barang paling berharga milik Rin, bagaimana cara mengatakannya? Tapi disisi lain, identitas orang tuanya, benar-benar membuat Ryuha bingung sendiri.

Mendapati Ryuha menggaruk-garuk kepala belakangnya, Rin mengetahui jika pria di belakangnya tengah dilanda kebingungan.

"Katakan saja, apa yang kau inginkan? Balasan cinta dariku?" Candanya.

"Ya! Maksudku bukan. Maksudku, kalungmu pasti sangat berharga apa aku boleh meminjamnya?" Benar-benar sangat bodoh. Orang yang tak meneteskan air mata saat kakak dan sahabatnya dibunuh dengan tragis tak kuasa mengendalikan tingkah dan ucapan ketika dihadapan seorang adik.

Rin hanya mengeryitkan keningnya mendapati itu. Kalungnya memang sangat berharga baginya, namun darimana laki-laki itu mengetahuinya. Selain itu, untuk apa dia meminjamnya? Benar-benar Rin tidak habis pikir.

"Sebenarnya aku bingung kepadamu, kau seolah-olah mengetahui siapa diriku, bagaimana sifatku, padahal kita baru bertemu dua kali, apa kau ini dulunya penguntitku?"

Ryuha sontak menggelengkan kepalanya dan langsung tertunduk. Tentu tidak diragukan jika adiknya akan mengatakan itu karena dia memang aneh ketika bertemu dengan Rin. Hal itu membuat Baal menghela nafas.

"Kenapa tidak kau katakan saja sejujurnya?"

"Diamlah, sudah kubilang aku ingin memberinya kejutan. Selain itu, memikirkan ucapan Edward tentang penggemar Rin, aku ingin mengungkapkannya di depan semua orang agar mereka tahu bagaimana hubunganku dengan Rin!" Jawab Ryuha.

Baal kembali menghela nafas mendengar ucapan temannya yang satu ini. "Baiklah-baiklah, dasar siscon!"

Ryuha tersenyum mendengar itu. "Hehe, tentu kau akan mengatakan itu, karena kau tidak tahu jika kami dulu pernah berjanji, saat umurku tujuh belas tahun aku akan datang melamarnya. Dan ini sudah telat dua tahun, benar-benar mengesalkan bukan!"

Sontak Baal tertawa terbahak-bahak, "Laki-laki macam apa kau ini?"

Mendapati laki-laki di belakangnya tiba-tiba mengubah-ubah raut wajah, Rin menjadi semakin curiga. Dia berpikir aneh jika otaknya telah kehilangan suku cadang setelah mendapatkan penolakan darinya.

Saat berjalan menghadap ke bawah, Ryuha melihat jejak Lightning Spider yang hampir dia pijak. Dan jejak itu terlihat masih baru. Alisnya mulai terkerut saat melihat ke arah dinding yang ternyata memiliki banyak jaring laba-laba.

Mencoba untuk menyentuhnya, jari itu segera terpental karena ternyata jaring itu memiliki tegangan listrik.

Menyadari sesuatu, alis Ryuha semakin terkerut. "Sial, aku melupakan tujuanku kemari?!"

Bersambung* ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!