Satu buah saran yang terdengar dari bisikan Baal membuat kening Ryuha terkerut. Dirinya berkata dengan tidak percaya, "Bagaimana kau bisa terpikirkan hal itu?"
Baal menyeringai dan tertawa kecil, "Tentu saja karena otakku yang jenius!"
Satu alis Ryuha terangkat. Terus merilekskan tubuh dan mulai memejamkan mata, sampai dirinya terlelap ke dalam dunia yang hanya memiliki warna hitam dan putih.
Ditengah terik panas matahari yang cahaya terhalang oleh lebatnya dedaunan. Seperti biasa Ryuha tengah melatih kekompakannya dengan Tempest Wolf. Dengan bantuan monster-monster lemah yang ada di sekitar mereka.
Di tangan kanannya tergenggam erat sebuah belati yang terbuat dari taring serigala, dan tombak panjang yang terbuat dari tulang punggung yang dihaluskan di tangan kiri. Kedua gagang itu dibaluti oleh kulit serigala.
Belati itu dilayangkannya, namun sayang sekali ular hijau bermata merah itu sangat cekatan. Selain itu tubuhnya sangat fleksibel, memudahkannya untuk menghindari sesuatu yang melesat ke arahnya.
Giliran Tempest Wolf yang menyerang. Serigala itu segera melompat, mulutnya terbuka lebar ketika menerkam sang ular yang berukuran satu lengan. Akan tetapi dengan kecepatan dan tubuh sang ular, Tempest Wolf hanya berhasil memberikan goresan kecil di bagian ekor.
Luka kecil tak menghentikan binatang sepanjang satu setengah meter itu. Mereka terus kejar-kejaran sampai-sampai tak ada satupun dari mereka yang mempedulikan arah.
Sampai pada akhirnya ular itu mendapati jika di depannya berdiri sebuah tebing. Tanpa mempedulikan hal lain sosok itu melata memanjat tebing setinggi hampir dua ratus meter itu.
Melihat mangsa mereka yang hampir lenyap dari pandangan, tentu Ryuha tidak akan tinggal diam. Satu hal terbesit di benaknya. Segera dia meraih Tempest Wolf lalu melemparkannya sekuat tenaga.
Mulutnya terbuka lebar seiring tubuhnya mendekati ular itu. Tepat di bagian leher Tempest Wolf memberikan satu gigitan yang langsung meremukkan tulangnya.
Seperti seekor kucing yang turun dari lemari, Tempest Wolf kembali kepada majikannya membawa hasil buruannya.
Ryuha pun menghembuskan nafas lega dan langsung mengolah daging itu untuk membuang racun yang ada di dalam tubuh, tepatnya kepala.
Tikk!!!
Bilah belati seakan menyayat sebuah batu. Alis Ryuha terkerut saat mengira binatang itu telah memakan batu. Segera mengambil dari dalam tubuhnya.
Sebuah batu seperti kelereng yang bentuknya sama persis dengan esensi di toko Kota Neos. Namun bedanya, benda itu berwarna hijau seperti Primordial Natural Essence.
"Wah-wah, sepertinya kau benar-benar beruntung! Itu adalah Monster Essence atribut Natural, salah satu material yang kau butuhkan." Ujar Baal sambil menampakkan wujud.
Sembari menunggu Ryuha selesai menguliti ular buruannya, Baal memberikan penjelasan kepadanya tentang Intisari itu.
Itu adalah sebuah batu yang menyimpan seluruh Kekuatan Magis yang dimiliki oleh Monster. Jika monster memiliki benda yang hanya dimiliki oleh satu dari ribuan monster itu, biasanya kemampuan mereka untuk mengkultivasikan diri semakin bertambah.
Monster Essence memiliki enam atribut umum, Api, Angin, Tanah, air, Cahaya, dan kegelapan. Dan memiliki banyak ragam atribut spesial seperti, Natural, logam, petir, es, dan lain-lain, sama halnya seperti Magic Essence. Tingkatannya pun sama, Low, Middle, High, Primordial.
Yang membedakan adalah fungsinya. Jika Magic Essence hanya digunakan untuk Awakening monster, maka Monster Essence digunakan sebagai material power up seseorang untuk menembus batasan, juga material untuk membuat atau memperkuat senjata.
Perbedaannya bukan hanya dilihat dari fungsi, tapi juga aura. Setelah menyentuhnya, seorang petarung bisa mengetahui Essence apa itu sebenarnya. Dan itu dirasakan oleh Ryuha, aura yang ada di dalamnya terasa liar namun tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya.
"Ehhh, jadi seperti itu?!" Ucap Ryuha sambil memasukkan ular yang sudah dikuliti ke dalam kantung yang terbuat dari kulit serigala yang tercantel di pinggang kirinya.
"Lalu, apakah ada cara untuk mengetahuinya? Aku penasaran apakah Tempest Wolf memilikinya atau tidak?!" Tambahnya.
Baal tertawa terbahak-bahak seraya berkata, "Tentu saja ada. Tinggal kau belah saja dadanya dan cari apakah ada Essence atau tidak."
Bulu-bulu serigala kecil itu segera berdiri mendengarnya. Sontak binatang itu langsung masuk ke dalam tubuh Ryuha. Tawa riang segera terlantun setelah melihat tingkah lucu serigalanya.
Melihat sosok Ryuha membuat Baal tersenyum kecil. Dia berbicara di dalam hati.
"Bocah ini, aku harap kau terus bersikap seperti ini dan membuang jauh-jauh sifat dinginmu itu."
Perjalanan pun dilanjut untuk mencari buruan-buruan yang lain. Karena hanya tiga ekor ular saja tidak akan bisa mengenyangkan perut mereka.
Berjalan ratusan meter, laki-laki itu hanya menghela nafas karena tidak ada satupun binatang selain burung yang dia temui. Bahkan seekor kelinci pun tak terlihat di kedua matanya. Laki-laki menghembuskan nafas dengan kasar.
"Kemana perginya para monster? Apa mereka sedang mengadakan pesta di siang bolong begini?" Ucapnya kesal.
Tempest Wolf sendiri tak mencium bau binatang yang tertinggal, jejaknya pun tidak ada sama sekali. Pertanda di wilayah itu memang tak lagi ada Monster kecil yang berkeliaran.
Otaknya berpikir, apakah karena dirinya yang sering memburu mereka? Atau karena mereka mulai ketakutan dengan adanya dirinya. Akan tetapi itu mustahil, dengan banyaknya spesies di hutan ini, seharusnya ada beberapa serigala atau ular yang tentu saja masih bersarang di wilayah itu.
"Sial, di genangan itu juga tidak ada ikan sama sekali! Apa sebaiknya aku mencari tempat perburuan lain?" Gerutunya.
Tidak ingin menyita waktu, Ryuha bergegas untuk pergi dari wilayah itu. Terbesit di otaknya satu pemikiran aneh tentang Baal dan langsung menanyakannya.
"Hei Baal, jika kau mengkonsumsi energiku saat menggunakan jurus, berarti kau tidak memiliki kekuatan sama sekali. Lalu kemana perginya semua kekuatanmu? Apakah lenyap begitu saja?" Tanyanya.
Mendengarnya Baal segera menampakkan wujudnya. Setengah badan bagian atas, dan selebihnya itu adalah kobaran api yang membuatnya melayang seperti sesosok jin.
"Yang kau lihat sekarang adalah wujud yang terbuat dari Kekuatan Magisku. Menampakkan wujudku akan menguras sedikit kekuatanku. Itu juga berlaku saat aku memegang kendali tubuhmu. Tapi itu dapat beregenerasi. Selain itu, jika aku kehabisan Kekuatan Magis, mungkin sosokku akan lenyap? Mungkin ya, aku juga tidak tahu?!"
Memang hanya hal sepele, Ryuha pun awalnya bertanya hanya untuk mengisi kekosongan. Tapi setelah mendengarnya dia bisa memahami bagaimana kondisi Baal saat ini.
"Jika itu hanya wujud dari Kekuatan Magis, lalu apakah ada cara untuk membuat tubuh asli? Seperti, aku membuatkanmu sebuah tubuh yang nyata agar kau bisa bersemayam di dalamnya?!"
Baal hanya menggeleng-gelengkan kepala dan berkata dengan malas. "Entahlah."
"Sebaiknya kau pikirkan urusanku setelah memiliki kekuatan yang mumpuni. Selain itu, ada sesuatu yang harus kau selesaikan saat ini. Berjuanglah!" Tambahnya. Sosok Baal lenyap seperti api yang kehabisan bahan bakar.
Dan ucapannya benar-benar membuat alis Ryuha hampir menyatu keduanya. Hal yang harus diselesaikan olehnya, Baal sama sekali tidak mengatakannya dengan jelas.
Sampai dia merasakan guncangan kecil tanah yang dia pijak. Perasaan membunuh yang sangat pekat menyesakkan dada. Itu berasal dari arah belakang. Segera dia menoleh ke arah itu.
Terbelalak matanya saat melihat sosok laba-laba raksasa yang seakan tubuhnya terbuka dari logam, dengan empat duri lancip di bagian punggung. Tidak hanya itu, kilatan-kilatan petir kecil juga terlihat setiap detiknya seperti muncul dari tubuh besi itu.
Tempest Wolf yang ketakutan segera masuk ke dalam tempat singgahnya.
Tlirap!!!
Satu kilatan petir bertegangan tinggi hendak menyambarnya. Segera laki-laki melompat ke belakang sehingga petir itu hanya berhasil membuat lubang besar di tanah. Rolling belakang beberapa kali, dia langsung berteriak keras setelah mendapatkan jarak untuk menyerang.
"Fiery Blow!!!"
Bola api melesat ke arah laba-laba itu. Sang laba-laba yang menyadarinya segera menyambarnya sebelum bola api itu mengenai tubuhnya.
Duarrr!!!
Asap hitam tebal yang muncul ditengah-tengah menutupi pandangan mereka satu sama lain. Namun tidak dengan instingnya. Ryuha menyadari ada rentetan sambaran kuat melesat ke arahnya. Kembali dia melompat-lompat, ke samping kanan dan kiri, menghindari setiap serangannya sambil menambah jauhkan jarak mereka.
Laki-laki itu menggertakan giginya dan berkata dengan kesal. "Apa-apaan makhluk itu tiba-tiba menyerangku?! Hoi Baal, katakan sesuatu!"
Tertawa di dalam tubuh Ryuha setelah memberikan sebuah kejutan kepadanya. Segera dia memberikan penjelasan singkat.
"Itu monster bintang empat, Lighting Spider! Memiliki ketahanan dan serangan yang kuat, baik Physical maupun Magical."
Kembali terbelalak mata Ryuha. Menghadapi monster bintang tiga saja membutuhkan waktu dan tenaga baginya, dan sekarang yang ada di hadapannya adalah monster bintang empat. Bagaimana dia bisa mengalahkan monster yang bahkan dia belum tahu karakternya. Ditambah makhluk itu lebih kuat darinya. Selain itu, perlengkapannya jauh dari kata memadai.
Hanya bisa terus menghindar sambil berusaha kabur. Akan tetapi laba-laba itu terus memperkecil jarak mereka. Hanya dengan satu loncatannya, makhluk itu hampir sepenuhnya menyusul Ryuha yang berjarak belasan meter dengannya.
Nafas Ryuha mulai terasa berat. Petir-petir yang menyambar pun mulai terasa cepat.
Tlirap!!! Duarr!!!
Tepat mengenai tubuh laki-laki itu yang membuatnya terpental dan lumpuh sesaat. Tak ingin menyerah, dia kembali bangkit seperti sedia kala. Sengatan kecil masih terasa di tubuhnya saat keringatnya mengalir.
Laki-laki itu menggertakan gigi. Melihat satu lagi sambaran melesat ke arahnya, dia kembali melompat ke samping dan langsung berlari, menuju ke sebuah batu raksasa untuk bersembunyi dengan Emptiness Step dan sejenak mengatur ulang nafas.
Sambaran demi sambaran tak berhenti dilakukan oleh Lightning Spider. Beruntung batu itu cukup kuat sehingga hanya mendapatkan retakan kecil setiap terkena sambaran.
Sejenak menenangkan pikiran. Karena bertarung dengan panik hanya akan membahayakan nyawanya. Sesaat menganalisis tentang serangan yang dia lihat.
Dengan otaknya yang cerdas dia segera menemukan ritme dari serangan itu. Setiap menyerang, laba-laba itu selalu memberikan jeda selama dua detik. Dan saat makhluk itu menyerangnya dengan rentetan petir, seharusnya itu adalah salah satu jurusnya.
Mendapati beberapa kemampuan yang dimiliki oleh laba-laba itu, Ryuha segera tersenyum kecil. Namun dia tak lagi mendengar gemuruh petir dari arah belakang. Sedikit mengintip dari balik batu.
Sontak mulutnya sedikit terbuka saat tak melihat sosoknya. Satu hal langsung dikabarkan oleh instingnya, segera dia menoleh ke atas. Dan benar saja, laba-laba itu tengah berdiri di atas batu dan sudah siap untuk menyambarnya dengan petir bertegangan tinggi. Tak mungkin sempat untuk menghindari serangan secepat kilat dari jarak dua meter itu.
Tlirap, Duarrr!!!
Satu ledakan keras yang menghancurkan bebatuan dan tanah di sekitar. Namun tidak dengan laki-laki berbaju biru itu. Dia hanya merasakan kelumpuhan total di tangan kanannya. Dua detik semasa jeda, segera dia menggunakan Emptiness Step yang sudah selesai dalam masa jeda untuk menjaga jarak dengan makhluk itu.
Sesaat setelah mendapatkan sebuah kejutan, dia melayangkan Fiery Blow sehingga petir hanya menyambar tangan kanannya saja. Namun efek ledakannya pun dapat terasa juga.
Laki-laki itu menatap makhluk yang masih berdiri di atas batu dengan tajam. Nafasnya kembali terengah-engah. Dia menggertakkan giginya.
"Sial! Aku hanya lengah sekejap dan ini yang aku dapatkan?!"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments