Fiery Blow

Degg, degg!!

Terbelalak mata itu saat detak jantung tiba-tiba menguat ketika Ryuha masih berjalan santai di hutan. Kakinya yang terasa lemas membuatnya terlutut. Melihat sebuah pohon rindang di dekatnya, laki-laki itu merangkak dan menyandarkan tubuhnya.

Keringatnya yang tiba-tiba bercucuran membasahi baju birunya.

"Perasaan apa ini?" Ucapnya terengah-engah.

Baal yang juga merasakannya segera keluar untuk melihat sekitar. Perasaan seperti ditindas yang sang membuat nyali mengkerut. Seperti ada malaikat maut berada tepat di depannya.

Namun dirinya hanya mengkerutkan kening karena tidak melihat atau merasakan bahaya di sekitar. Sedikit merenung untuk memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi. Terlebih, perasaan itu cukup familiar bagi Baal. Namun otaknya tidak bisa mengingat tentang hal itu.

Segera dia menghampiri Ryuha yang kepalanya masih tertunduk dikempit oleh kedua pahanya. Wajahnya ikut panik saat melihat keringat yang bercucuran semakin deras.

"Hei, Ryuha, kau tidak apa-apa!" Kebingungan dengan apa yang terjadi padanya. Dengan hawa menakutkan seperti itu, dirinya pun pasti bisa dibuat ketakutan jika berada di posisi Ryuha.

"F, Fa, Fa, Fan Fan... " Ucap Ryuha lirih terengah-engah. Baal yang mendengarnya teringat sedikit sesuatu. Perasaan itu kerap dia rasakan ketika bertarung dengan malaikat bersayap empat di masa lalu. Menyadari sesuatu, dirinya segera menenangkan Ryuha sebelum memberitahukan kepadanya.

"Tenang-tenang. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan!"

Beberapa kali Ryuha melakukan itu. Sampai hatinya merasa tenang, keringat dingin pun tak lagi tercucur di tubuhnya. Baal segera menjelaskan hal itu.

"Sepertinya, ada seseorang yang berhasil membangkitkan Malaikat Agung. Dan, jika tebakanku benar, Pengendali Elemen Logam." Dirinya terus menggertakkan gigi. "Dari arah ini, tidak salah lagi, ini ulah Kuil Cahaya! Cihhh, mereka pasti sudah melakukan ritual busuk ke tubuh seseorang!?"

Ryuha ikut menggertakan gigi, segera dia bangkit hendak pergi ke tempat seperti neraka itu. Karena firasatnya memberitahu jika mereka menggunakan tubuh Fan Fan sebagai tumbal. Dia sangat yakin karena sekilas hatinya seperti mendengar suara teriakan dari Fan Fan.

Namun Baal segera menghentikannya. Ryuha terus memberontak, tidak peduli jika dia hanya mengantarkan nyawanya.

"Tenang, aku bilang tenang! Itu hanya firasatmu!"

Linang air mata mulai membasahi pipi laki-laki berambut hitam itu. Sontak dia menjatuhkan dirinya yang lemas, lalu menyandarkan tubuhnya kembali di pohon itu.

"Tapi Fan Fan, dia kesakitan! Aku harus menolongnya!" Ucapnya sambil menangis. Baal mengerti itu, dia kembali menenangkan Ryuha. Mungkin karena perasaan menakutkan yang mengejutkan hati, Ryuha sampai menangis saat kembali teringat sahabatnya. Bahkan saat kematiannya waktu itu dia sama sekali tidak meneteskan air mata. Tapi sekarang, laki-laki itu termenung dengan air mata yang terus mengalir sambil menggumami nama Fan Fan.

Matahari menampakkan cahaya oranye di langit barat. Ryuha masih terdiam di tempat semula, tak mempedulikan kakinya yang kesemutan, tak memikirkan perutnya yang keroncongan. Hanya terdiam dengan tatapan kosong.

Baal yang sedari tadi duduk di dahan pohon itu menghela nafas, setelah menemani Ryuha yang seperti itu selama tiga jam lebih.

"Ryuha, kau berjanji untuk tidak memperlihatkan sifatmu yang seperti itu, apa kau ingin mengingkari janjimu? Kau ingin pergi ke sana untuk mati dan mengingkari kesepakatan yang kita buat? Lalu apa untungnya aku membantumu selama ini?" Ucapnya sedikit membentak.

Itu terdengar jelas di telinga Ryuha membuat otaknya perlahan berputar kembali. Segera dia mengelap pipinya yang basah akan air mata sambil berusaha untuk berdiri.

"Kau benar. Aku minta maaf karena melupakan itu, juga, mulai besok aku harap kau melatihku dengan lebih keras lagi. Jika dia benar-benar menggunakan tubuh Fan Fan, artinya di masa depan aku harus menghadapinya. Saat itu tiba, aku tidak ingin terlihat lemah di matanya. Jadi, aku mohon bimbingannya lagi!" Ryuha bahkan sampai membungkuk memperlihatkan ketulusan hatinya.

Melihat itu, kegersangan di hatinya sontak menghilang. Baal tersenyum kecil menjawab ucapan itu.

"Aku terima permintaan maaf itu. Juga, seharusnya kau tidak perlu membungkuk saat berbicara kepadaku. Memang sejak kapan kita berbicara formal? Dasar kau ini!" Ucapnya sambil memberikan satu pukulan kecil di kepala Ryuha.

Ryuha memperlihatkan senyumnya lagi yang membuat Baal tertawa terbahak-bahak.

Mentari pagi mulai menampakkan diri. Ryuha dengan semangat yang membara tengah meloncat kesana-kemari bersama serigala kecil berbulu putih kecoklatan. Dengan menghentakkan kaki disetiap dahan pohon yang mereka pijak, keduanya menggiring seekor rusa menuju tempat singgah mereka sementara.

Gemuruh air terjun terdengar di telinganya, Ryuha menambah kecepatan lesatnya lalu melompat dan menghadang rusa itu agar tidak menceburkan diri di air yang tergenang.

Tatapannya tajam menatap binatang itu bersiap untuk memberikan pukulan ke kepala sang sang rusa. Dari atah belakang, Tempest Wolf menghentakkan kakinya hendak menikam punggung rusa.

Menyadari serangan datang dari arah depan dan belakang, sang rusa sontak menghentakkan kakinya lalu mengganti jalus lari.

Semuanya berjalan sesuai rencana, laki-laki itu menyeringai dan langsung melesat dengan tinjunya yang mengarah ke pelipis sang rusa. Bersamaan dengan itu, Tempest Wolf dengan gigi tajamnya memberikan gigitan kuat di kaki kiri.

Satu pukulan kuat berhasil mendarat tepat sasaran yang membuatnya terhempas dengan satu kakinya yang masih tertinggal di mulut Tempest Wolf. Terguling-guling menabrak pohon, sebelum rusa itu bangkit Ryuha segera melompat menghampirinya lalu memutar kepala binatang itu.

Krakk!!!

Terdengar sangat krispi. Rusa biasa seukuran sedikit lebih besar dari laki-laki dengan tinggi seratus delapan puluhan itu berhenti menghirup udara. Sosok Baal keluar dengan wujud penuh, duduk di dahan pohon di depannya.

"Bagus sekali! Hanya dengan satu bulan kerjasama kalian sudah terlihat sangat profesional. Aku akui itu melampaui ekspetasiku."

Mengatakan ingin memberitahukan hal penting, mereka bergegas kembali ke goa yang ada di dekat air terjun. Hendak membahasnya sambil sarapan.

Goa yang termasuk dangkal karena hanya memiliki lorong kisaran lima meter dan satu buah ruangan bulat tak rata di ujung lorong dengan diameter kisaran sepuluh meter.

Membuat perapian lalu membakarnya, Ryuha duduk menunggu daging itu masak sembari mendengarkan apa yang hendak dikatakan Baal.

Itu tentang sebuah teknik baru yang harus dipelajari Ryuha. Dengan adanya Baal, Ryuha hanya perlu melatih teknik-teknik yang dimiliki salah satu dari Tujuh Raja Iblis itu dimulai dari yang terendah.

"Walaupun tujuanmu adalah menjadi Slayer yang mengutamakan senjata daripada teknik sihir, tapi hal ini akan sangat membantumu di masa depan karena dapat memudahkanmu dalam menggunakan teknik penyatuan denganku."

Ibarat bahan bakar bagi teknik penyatuan antara mereka. Seperti contoh saat di Dungeon waktu itu, jika saja tidak menggunakan Potion, akan jadi seperti apa tubuh Ryuha setelah menggunakan teknik penyatuan dengan Baal.

Selain itu, dirinya sekarang berada di hutan. Dalam kondisinya yang tidak memiliki teknik sihir, jika suatu saat dia tak sengaja bertemu binatang kuat dan bertarung bertaruh nyawa, dia hanya bisa mengandalkan kemampuan berpedangnya, dimana dia hanya memiliki Blood Curse Sword. Oke jika beruntung mendapatkan Primordial Natural Essence yang dapat membuatnya hidup kembali. Namun keberuntungan seperti itu apakah akan datang setiap kali dibutuhkan?

Juga ada satu hal lagi yang mewajibkan Ryuha berlatih teknik sihir dengan Baal. Tempest Wolf, dapat mengendalikan Elemen Angin, dimana itu akan memperkuat Elemen Api milik Baal.

Penjelasan panjang lebar dari Baal membuat otak Ryuha berputar. Dan tekadnya sudah bulat, dia akan mengikuti setiap latihan sesuai instruksi dari Baal.

"Baiklah kalau begitu, setelah sarapan kita akan mulai berlatih!"

Di puncak air terjun setinggi dua puluh meter, Baal tengah menjelaskan detail-detail pengendalian suatu elemen.

Dengan kondisi Ryuha yang sudah menjalin kontrak dengan Baal, tidak lagi perlu kitab beladiri atau semacamnya untuknya melatih suatu elemen. Karena sejatinya, seseorang yang sudah memiliki kontrak dengan Monster, atau yang biasa disebut Summoner, dapat mengendalikan kemampuan yang dimiliki Monsternya setelah proses Awakening.

Hanya saja kondisinya dengan Baal berbeda, dimana dia menjalin kontrak dengan sosok yang keluar dari dalam Magic Card dan sosok itu bukanlah Monster melainkan Raja Iblis. Itulah mengapa Ryuha bisa memiliki bakat berpedang diluar nalar, karena sosok yang menjalin kontrak dengannya memiliki suatu julukan yaitu, Pendekar Pedang Dari Kegelapan, yang pernah membasmi Kerajaan Manusia sendirian dengan pedang-pedangnya.

Dan salah satu pedangnya itu adalah yang dimiliki Ryuha saat ini, Blood Curse Sword.

Dengan sedikit lebih penjelasan yang tercatat di otak Ryuha, kini waktu baginya untuk mempraktekkan teknik itu. Dimana itu adalah pukulan biasa yang diberi kobaran api. Sehingga teknik itu bernama, Fiery Blow.

Tatapannya tajam menatap lurus dimana hanya ada ruang kosong yang dilihatnya.

Fokus untuk merasakan Kekuatan Magis yang ada di dalam tubuh, hingga terasa sebuah energi yang membuat perasaan seakan merasakan hawa panas. Terus memfokuskan pikiran untuk membuat jalur lintas bagi energi itu, sampai seluruhnya berpusat pada tangan kanannya yang sudah di kepalkan. Hingga kobaran api kecil muncul di sekitarnya setiap detik.

"Langkah terakhir, teriakkan nama teknik itu untuk menambah konsentrasimu supaya tidak memudar saat kau melayangkannya!" Sedikit penjelasan dari Baal.

Memang sedikit berbeda dengan teknik berpedang atau semacamnya. Teknik ini seolah memiliki suatu rapalan yang harus diucap seperti halnya sebuah sihir.

Namun dia tak ingin membuat otaknya pusing. Diiringi teriakan Ryuha melayangkan pukulannya yang terasa sedikit lebih berat.

"Fiery Blow!!!"

Woshhh!!!

"Yup, dan hanya tekanan udara yang kau keluarkan." Candaan dari Baal, membuat satu alis Ryuha terangkat. Namun itu masihlah awal dari latihannya dan tak membuatnya menyerah.

Latihan itu terus dilanjut, sampai tak terasa waktu sudah berjalan setengah bulan lebih.

Laki-laki itu menatap tajam ke arah air terjun sampai air yang berjatuhan itu seperti lukisan di matanya.

"Fiery Blow!!!" Teriakkan keras laki-laki itu sebelum kobaran api seperti meteor melesat ke arah tirai air terjun.

Bummm!!!

Percikan-percikan air layaknya hujan berjatuhan di sekitar tempat itu, juga asap putih di sekitar tirai air terjun yang sesaat terpotong. Latihan itupun ditutup dengan hembusan nafas lega Ryuha.

Melihat perkembangan yang seperti monster itu, alis Baal hampir menyatu satu sama lain. Dia menyeringai, sambil mengusap-usap dagu dia berkata serius dalam hati.

"Walaupun sebenarnya hanya ingin menguji kecocokan tubuhnya dengan Kekuatan Magis, tapi setelah melihatnya yang dapat berlatih tanpa halangan, sepertinya aku bisa menspekulasikan bahwa orang tuanya, adalah seorang penyihir hebat?!"

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!