Membalikkan badan memperlihatkan wajah dingin. Laki-laki itu tersenyum dingin seraya berkata, "Kebetulan sekali aku juga menyukai hal yang sama."
Tersenyum dingin, Listh segera menjelaskan bagaimana taruhan yang akan mereka buat. Yang tentu saja itu setimpal dengan hadiah bagi kedua belah pihak.
"Setengah tahun lagi. Berpartisipasilah dalam turnamen akhir tahun yang akan diadakan di ibukota Kekaisaran Naga Biru."
Terbelalak mata kedua muridnya. Untuk mengikuti turnamen itu seseorang harus mendapatkan surat rekomendasi dari Guild. Dan Guild itu harus berada di dalam wilayah kekaisaran kecuali Guild-Guild besar atau yang biasa disebut, Serikat. Sedangkan Ryuha saat ini tidak memiliki lencana Guild, karena dirinya belum bergabung dengan Guild manapun.
"Peraturannya sederhana, jika kau berhasil mendapatkan posisi pertama, taruhan ini akan dimenangkan olehmu, begitu sebaliknya. Bagaimana, cukup adil bukan?" Ucapnya tanpa menghilangkan senyum dingin.
Rin sontak tercengang mendengar itu. "Tidak, itu tidak adil! Walaupun masih ada waktu setengah tahun untuk berlatih, tapi bagaimana bisa Ryu yang belum mencapai level sepuluh mengejar kultivasi Shun yang ada di level dua puluh delapan dalam waktu sesingkat itu?! Guru, aku mohon pertimbangkan lagi ucapan anda!"
Sangat khawatir sampai dirinya membungkuk memohon kepada Listh untuk menarik kembali kata-katanya. Berbeda dengan Shun yang langsung tertawa terbahak-bahak saat mendengar taruhan itu.
"Tentu kau akan menolak jika kau perempuan! Bagaimana jika aku ikut dalam taruhan ini? Jika kau menang-,"
Belum selesai berbicara, kedua mata Listh dan Ryuha segera menatapnya dengan tatapan dingin membunuh, yang membuat nyalinya kian menciut. Seakan mereka mengatakan dengan kasar, "Tidak perlu mencampuri urusan kami!" Kedua tangannya sedikit gemetaran sampai tatapan mereka beralih darinya.
"Kalian berdua tidak perlu ikut campur! Masalah ini hanya antara aku dan dia." Ucap Listh dingin.
Hati Rin bagai diremas. Terasa sangat sesak sampai dirinya sedikit kesulitan untuk bernafas. Detak jantungnya sampai dapat dirasakan oleh seseorang yang berdiri di sampingnya. Linang air mata mulai membasahi pipi itu. Sang gadis berkata dengan tersendu, "Ryu, dia, tidak memiliki lencana Guild. Dia tidak akan bisa berpartisipasi dalam turnamen besok. Dia... "
Gadis itu sampai tidak tahu ingin melontarkan kalimat apa lagi agar gurunya menarik ucapannya. Membuat Ryuha yang melihat itu sedikit membuka mulut. Dia berkata lembut setelah satu helaan nafas.
"Rin. Dengarkan baik-baik, ini masalah kami! Kau tidak perlu menangis seperti itu. Juga... "
Hanya dengan satu kedipan mata, sosok Ryuha sudah berada di belakang Rin. Segera dia memukul tengkuk gadis kecilnya sehingga membuatnya pingsan sebelum terkejut.
"Maafkan aku. Aku melakukan semua ini atas keinginanku sendiri. Jadi, sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu."
Sedikit gemetar tangan Listh yang dia sembunyikan di punggung. Bibirnya kembali tersenyum dingin saat berbicara dalam hati.
"Emptiness, Step... "
Menyadari jika itu adalah satu teknik kuno yang sudah hilang, dia tidak merasa kecewa jikapun dia kalah dalam taruhan nanti. Seorang bocah yang masih ingusan bisa menguasai satu gerakan kuno, hasratnya untuk memiliki anak itu semakin memenuhi lubuk hatinya. Tidak seperti Shun yang hanya menanggapinya dengan biasa, karena mengira jika gerakan itu hanyalah teknik tingkat rendah yang juga dikuasainya, Wind Step.
"Nah, ayo kita lanjutkan pembicaraan kita!" Ucap Ryuha penuh kewibawaan.
Sebelum mereka melanjutkan pembicaraan, Listh segera menyuruh Shun untuk membawa Rin kembali ke Serikat juga agar pembicaraan mereka tak tersebar luaskan oleh mulut manusia yang tak bisa menjaga rahasia. Sama sekali tak berani mengangkat wajahnya, Shun cepat-cepat pergi menjauh dari kedua orang itu.
Menggendong Rin dengan kedua tangannya, dirinya menggertakkan gigi saat sosok dua orang itu tak lagi terlihat di matanya. Berkata lirih sangat jengkel, "Ryu sialan! Sampai saatnya tiba, akan kubuat malu kau dihadapan Rin!"
Ryuha dan Listh melanjutkan pembicaraan mereka yang terlihat akan berlangsung lama. Sedikit tawa terlantun dari mulut Listh saat memikirkan gerakan kuno yang baru saja dia lihat.
"Emptiness Step. Siapa guru hebat yang mengajarkan hal itu kepadamu?!" Bertanya dengan nada dingin. "Atau kau mendapatkan sedikit keberuntungan ketika menjadi budak di Kuil Cahaya, Ryuha Take?!"
Mulut laki-laki itu sedikit terbuka. Terkejut hatinya saat mendapati jika wanita yang ada di depannya mengetahui identitas aslinya. Dirinya ikut tersenyum dingin, "Sepertinya, Rin banyak menceritakan tentangku?!"
"Hahaha, tentu saja. Bagaimana jika kesepakatannya sedikit kita rubah. Kau-,"
Segera Ryuha memotong kalimat yang hendak keluar itu sebelum Listh berhasil mengorek informasi lebih dalam mengenai dirinya. Bukan masalah jika hanya dirinya, tapi ada Baal di dalam tubuhnya yang akan membuatnya kerepotan jika sampai seseorang mengetahui keberadaannya.
Berkata sambil beranjak dari tempat itu. "Sebaiknya kau tidak membuatku berubah pikiran. Selain itu, jangan sampai Rin mengetahui identitasku sebelum hari itu tiba atau kesepakatan kita batal. Juga, guruku memiliki emosi yang tidak stabil. Jika dia sampai mendengar tentang identitasku yang terbongkar, Serikat kecil seperti itu tidak akan memuaskan hasrat membunuhnya!"
Menggertakkan gigi melihat kesombongannya. Listh kembali tersenyum dingin sebelum sosok laki-laki itu lenyap, "Seperti yang Rin bilang, kau tidak akan bisa berpartisipasi jika tidak memiliki Lencana Guild! Bagaimana jika kau menerima sedikit kebaikan hatiku?"
Mengetahui jika Listh hendak meminjamkannya Lencana Guild miliknya, Ryuha melambaikan tangan dan berkata dengan dingin, "Terimakasih. Tapi aku memiliki caraku sendiri!"
Sosoknya pun pergi meninggalkan Listh yang terus memandangi kepergiannya. Menuju hutan dan berlatih ilmu baru sesuai apa yang sudah dia dan Baal rencanakan.
...
Kuil Cahaya ...
Di satu ruangan besar yang dipenuhi oleh hiasan-hiasan yang terbuat dari emas.
Di tengah-tengah Magic Circle, seorang laki-laki berusia kisaran sembilan belas tahun tanpa busana berteriak keras menahan rasa sakit yang baru dialaminya seumur hidup.
Sejak tiga bulan yang lalu setelah tangisan darah yang disebabkan oleh kegagalan Raid. Para anggota Kuil Cahaya mengumpulkan ratusan mayat dari para veteran dan budak yang berangsur-angsur di tanah, walaupun kebanyakan hanya tulang-belulangnya saja yang tersisa. Termasuk jasad dari Fan Fan dan Rose yang sudah terkubur.
Setelah penelurusan lebih lanjut, mereka menyadari jika Raid itu tidaklah gagal, namun digagalkan. Entah itu benar atau tidak tapi teori itu yang mereka anggap paling akurat.
Juga saat mendapati dua makam budak yang ada di sana, mereka segera mengorek informasi satu persatu dari para budak. Sampai menemukan satu keyakinan, jika Raid itu dikacaukan oleh budak bernama Ryuha Take yang semula bekerja sebagai penambang. Itu semakin mereka yakini setelah mengecek mayat-mayat di sana. Walaupun sebagian dari mereka masih tidak bisa mempercayainya dan menganggap jika sisa-sisa dari Ryuha itu berada di tumpukan tulang-belulang.
Namun mereka tidak terlalu memusingkannya. Menggunakan tubuh Rose dan Fan Fan untuk melakukan ritual terlarang. Dengan mengorbankan seribu nyawa untuk satu jiwa, roh Rose dan Fan Fan yang belum masuk ke pintu akhirat terpanggil dan masuk ke tubuhnya kembali.
Mereka memilih dua orang itu, untuk berjaga-jaga jika Ryuha benar-benar adalah orang yang menggagalkan Raid itu. Tentang ritual itu sendiri, mereka juga melakukannya dengan terpaksa karena mendapatkan perintah dari Imperial Sky Wings. Dimana mereka telah menemukan dua kartu sihir yang menyegel dua sosok Malaikat Agung.
Velajhuel, Pengendali Elemen Logam. Dan Rafael, Pengantar Pesan Keramat. Itu adalah julukan dari mereka.
Jiwa kedua Malaikat Agung itu disatukan ke dalam tubuh mereka berdua. Jiwa Rose yang lemah, hanya membutuhkan waktu satu minggu sampai Rafael menguasai tubuhnya. Membuat penampilannya sedikit berbeda dari sebelumnya. Surai hitamnya berubah menjadi pirang, matanya kini berwarna emas khas mata malaikat. Juga empat pasang sayap
Tanpa memakai busana, dirinya kini tengah menghadapkan telapak tangannya ke arah Fan Fan. Membantu rekannya, Velajhuel agar tubuh itu berhasil dikuasainya.
Tak henti-henti teriakan histeris itu. Tubuhnya perlahan mendapatkan suatu motif berwarna emas. Rambut tipis pirangnya semakin menebal. Mata kirinya pun telah berubah warna menjadi emas yang terus memancarkan cahaya.
Kesadarannya hanya menyisakan gambaran-gambaran tentang masa-masa bahagianya bersama sahabat dan kakak perempuannya.
Merasakan rasa sakit itu, dirinya bahkan kesulitan saat berbicara dalam hati.
"Ryu, ha..., Selamatkan, kami... "
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments