Altar Pemanggilan

Terbelalak mata itu, tercengang mulutnya sedetik setelah ucapan itu keluar dari mulutnya. Linang air mata yang hampir tak terbendung, Ryuha segera tertawa terbahak-bahak sebelum air matanya keluar menjadi air mata tangis.

Hal itu sontak membuat alis sang gadis terkerut. Dirinya terus bertanya-tanya, kenapa bocah itu? Apa yang lucu dari namaku? Sampai-sampai dia tertawa meneteskan air mata?

Mencoba tetap tenang saat rasa jengkel berkunjung ke hatinya. Mencoba menetralkan setiap pikiran kotor yang datang ke kepala. Mengepalkan tangannya erat-erat, menahan diri untuk memukul atau menghajar laki-laki aneh itu.

Tentu hal itu disadari oleh laki-laki berjubah hitam dengan surai acak-acakan. Sambil meremas syal peninggalan mendiang sang kakak, dia mendangakkan kepala. Menahan aliran air yang hampir surut.

"Sudah selesai menertawai namaku?"

Tersenyum kecil sebelum menjelaskan. Laki-laki itu belum ingin mengalihkan pandangannya dari langit.

"Rin ya..., Nama itu, mengingatkanku dengan seseorang. Dia adalah gadisku yang cantik, lembut dan baik hati. Setiap perkataannya selalu membuat hatiku tenang."

Sedikit curhatan dari Ryuha yang mendeskripsikan tentang adiknya itu, membuat kepalan tangan Rin melonggar. Tatapannya yang semula dingin berubah menjadi tatapan peduli. Dari raut wajahnya juga terlihat jika dia menyadari laki-laki itu tertawa untuk menghilangkan kesedihannya.

Namun dia tidak menyadari jika gadis yang dikatakan Ryuha adalah dirinya sendiri. Karena dirinya telah menganggap jika kakaknya telah lama meninggal. Itu karena dia pernah mendengar sistem pekerjaan yang ada di Kuil Cahaya. Dengan kondisinya yang masih di bawah umur, bagaimana mungkin kakaknya bisa bertahan hidup.

"Ja, jadi begitu. Maafkan aku karena sudah salah sangka." Merasa sedikit menyesal karena dirinya telah berburu sangka. Karena hal itu dan sikap Ryuha, Rin tak lagi ingin melanjutkan pembahasan hal itu.

"Emm, apa kau tidak mau memperkenalkan diri?" Tanyanya.

Dadanya yang terlapangkan terus ditiupi angin sepoi-sepoi yang seakan membawa pergi perasaan yang tercampur aduk di hatinya. Dirinya memperlihatkan satu senyum kecil sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Namaku, Ryu." Hanya itu yang dikatakannya. Gadis itu tertawa kecil menanggapinya.

"Namamu pendek juga, tapi... itu terkesan menakutkan. Sama seperti tampilanmu." Ledeknya. Gadis itu memandangi setiap lekuk tubuh Ryuha yang hanya tertutup oleh helai kain hitam tebal. Itu membuat Ryuha mengeryitkan kening.

Memang benar tentang nama yang dia katakan, Ryu yang berarti Naga. Tapi kelanjutannya, baguskah untuk dikatakan? Itu yang ada di hati Ryuha saat ini. Tampilannya yang hanya sebatas barang seadanya itu, dia memakainya juga karena terpaksa. Daripada harus memakai baju rombeng yang biasa dia kenakan.

Melihat raut wajah Ryuha membuat Rin tertawa kecil. Satu alisnya yang sedikit terangkat, matanya yang memberikan tatapan bodoh, dan mulutnya yang sedikit terbuka.

Satu helaan nafas berat sebelum suara serak halus terlantun. "Entah kenapa rasanya sedikit menyesal tap, aku harap ini impas."

Bibirnya tersenyum dan kepalanya sedikit terangguk. Kecantikan itu membuat Ryuha terlupa akan tujuannya.

"Ohh iya, ngomong-ngomong, apa kau seorang imigran?" Tanya Rin. Sontak mata laki-laki itu terbelalak saat teringat dengan tujuannya. Dia menggelengkan kepala saat menjawab.

"Sebenarnya aku sedang mencari Altar Pemanggilan. Apa kau mau menemaniku?"

Merasa tidak percaya dengan ucapan itu. Sang gadis kembali memandangi sekujur tubuh Ryuha. Hatinya kembali dipenuhi dengan pertanyaan, "Untuk apa mencari Altar Pemanggilan?"

Dengan tampilannya dan aura lemah yang terpancar membuat Rin menggelengkan kepala. Sangat mustahil bagi orang sepertinya memiliki satu buah gulungan ajaib, kecuali laki-laki itu mendapatkan keberuntungan besar.

"Kenapa menggelengkan kepala? Apa kau tidak mau mengantarku?"

"Ah tidak bukan itu. Kau tidak terlihat seperti seorang petarung. Apa kau ingin menjadi Summoner?"

Ryuha mengangguk yakin, walaupun dirinya belum jelas dengan Summoner itu. Menyadari apa yang ada di dalam hati Rin, laki-laki itu sedikit menjelaskan jika dirinya hanya mendapatkan keberuntungan kecil saat tengah berlatih. Dengan sedikit taburan bumbu kebohongan, sehingga Rin bisa yakin dengan setiap ucapannya.

Tak ingin membuang waktu, Ryuha pun menyuruh Rin untuk membimbing jalan menuju Altar Pemanggilan, yang letaknya berjarak beberapa puluh meter dari tempat mereka. Berjalan di belakangnya, laki-laki itu terus memandangi surai panjang yang terus dibelai oleh sang angin.

"Ryuha. Kau sudah menemukan adikmu, kenapa kau tidak ingin memberitahukan identitasmu?"

Suara yang terngiang di pikirannya segera dia jawab. Ryuha ingin memberikan satu kejutan besar, tepat saat hari ulang tahun Rin tiba. Dimana hari itu adalah pertengahan bulan terakhir, yang akan datang pada enam bulan kedepan.

Tak ingin mencampuri urusannya, Baal mengganti topik pembicaraan mereka dengan membahas, Summoner yang dikatakan oleh Rin.

"Setelah kau menjalin kontrak dengan Monster, kau akan mendapatkan gelar sebagai Summoner. Dimana gelar itu bisa memudahkanmu untuk mendaftarkan diri ke guild, penjelasan detailnya nanti saja."

Terdengar suara Rin yang memanggil namanya. Memberitahunya jika tempat yang dituju sudah terlihat. Ryuha bisa melihat jelas bangunan itu setelah mengarahkan pandangannya ke arah yang sama dengan jari telunjuk Rin.

Seperti sebuah kuil, namun itu jauh lebih besar. Terdapat dua patung sama dengan patung Sage yang ada di Dungeon waktu itu. Hanya ukurannya saja yang lebih kecil. Juga sebuah ukiran batu di atas pintu yang bertuliskan, Altar Pemanggilan. Aura yang keluar dari pintu itu juga terasa jelas di benak Ryuha. Sedikit tercampur aduk. Namun saat memasuki setiap ruangannya, aura yang tercampur aduk itu perlahan berubah menjadi sangat teratur.

Sampai di tempat resepsionis, laki-laki yang bertugas segera memberikan formulir dan menyuruh Ryuha untuk mengisinya.

Dengan biaya sebesar seratus koin perak, Ryuha membayarnya dengan kerutan alis di wajah. Mereka pun kembali melangkahkan kakinya, berjalan menuju ke ruangan pemanggilan, Summon Room. Dimana ruangan itu memiliki celah terbuka di bagian tengah. Tepatnya berada di atas ukiran Magic Circle.

Masih ada beberapa orang di dalam ruangan, yang tengah bergantian untuk membuka gulungan ajaib mereka.

Pemandangan yang baru pertamakali dilihat Ryuha. Kilatan petir menyambar gulungan yang melayang, beberapa saat setelah gulungan di buka dan diletakkan di atas ukiran Lingkaran Sihir. Ukiran yang ada di atas marmer putih itu segera menyala, saat Scroll yang tersambar petir berubah menjadi partikel-partikel kecil yang terus menari-nari di dalam formasi. Sesaat setelahnya, ukiran itu memancarkan cahaya ungu terang, semakin terang seiring berjalannya waktu. Itu berlangsung selama lima detik. Partikel-partikel kecil itu membentuk suatu wujud saat proses berlangsung. Sampai cahaya yang membutakan mata itu lenyap.

Sosok seekor kera dengan bulu merah yang terlihat seperti kobaran api, mata merah, dan sedikit bulu emas yang membentuk motif api. Terlihat jelas di mata mereka.

"Itu Monster bintang empat, Blazing Monkey. Memiliki ketahanan dan kelincahan tinggi. Monster itu bahkan memiliki kekebalan terhadap serangan Berelemen Air yang berada satu tingkat di atasnya." Sedikit penjelasan dari Rin.

Dilihat dari kedatangannya, Ryuha terpaksa menunggu selama beberapa waktu sampai gilirannya tiba. Tidak mungkin dia menerobos antrean begitu saja. Sambil bersandar di dinding ruangan, Rin memberikan sedikit penjelasan kepada Ryuha sembari menunggu waktu gilirannya tiba.

"Tentang cahaya yang terpancar."

Seseorang bisa tahu Monster bintang berapa yang didapat setelah melihat warna cahaya yang terpancar.

Bintang satu sampai tiga berwarna putih, Empat berwarna ungu, Lima Oranye, Enam Merah, Dan Tujuh Merah Keemasan.

Dari kebanyakan orang yang disaksikannya, tidak sedikit dari mereka hanya berhasil mendapatkan cahaya putih dari gulungan ajaib yang katanya adalah barang langka. Dan sekarang tiba gilirannya.

Laki-laki itu segera berjalan menuju formasi. Melakukan seperti yang barusan orang-orang lakukan, membuka gulungan lalu meletakkannya di tengah-tengah Magic Circle.

Gulungan itu segera melayang, saat suara yang sedikit nyaring terdengar di telinganya. Sedikit berputar-putar dan terus berkibar layaknya bendera.

Tlirap, Duarrr!!!

Seluruh pandangan sontak teralih ke arah itu. setelah satu sambaran petir kuat diikuti dengan suara gemuruhnya yang tiada henti. Magic Circle itu segera memancarkan cahaya putih terang. Sambaran itu tak kunjung berhenti, malahan semakin lama semakin banyak petir yang menyambar.

Tak ada satupun mata yang berani melihat. Juga karena tekanan kuat yang keluar, mereka yang ada di sana menyilangkan kedua tangan di kepala.

Sampai pada satu ketika, Ryuha yang berjarak paling dekat sedikit membuka matanya untuk melihat kondisi itu.

Duarrr!!!

Lagi-lagi petir bertegangan tinggi menyambar tempat itu. Sedetik, cahaya merah keemasan menyala di Magic Circle itu, yang hanya dilihat oleh Ryuha dan Baal.

Booomm!!!

Ledakan kuat menghembuskan semua makhluk yang ada di dalam sana. Ryuha tergeser kebelakang sejauh tiga meter. Memberikan sedikit retakan kepada lantai.

Para sepuh di tempat itu saling berdatangan, mendapati ada satu hal besar yang terjadi.

Raut wajah mereka terlihat sangat-sangat tidak percaya dengan kejadian yang baru pertamakali terjadi di tempat ini.

Sekuat apakah Monster yang ada di balik asap itu? Mereka terus memelototkan mata, terutama Ryuha.

Sampai pada saat asap tebal sepenuhnya lenyap. Mulut mereka semua tercengang, keringat dingin hampir tercucur, raut wajah mereka menampilkan suasana hati mereka yang kebingungan.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Blue

Blue

knpa ga langsung aja sih? kebanyakan drama

2023-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!