Hal Tak Terduga

"Hyaaaaa!!!!" Teriak kedua laki-laki itu bersamaan.

Aura api muncul mengitari tubuhnya. Jubahnya terobat-abitkan oleh tekanan panas yang dikeluarkan api itu.

Suhu udara semakin bertambah dengan cepat. Rantai panjang yang melilit tangannya bergetar dan pecah.

Pyar!!!

Satu kedipan mata setelah suara itu terdengar, sosok Ryuha sudah berpindah tempat, dimana dirinya sudah berada di depan patung pemegang rantai.

Dengan bantuan Baal, tangannya mengobat-abitkan pedang bilah merah. Semakin lama semakin cepat. Entah berapa belas tebasan yang dilakukan laki-laki itu. Benar-benar sangat cepat.

Patung yang sekeras dua kali beton hanya bisa pasrah menerima tebasan beruntun itu. Sosok Ryuha tepat berada di depan punggung patung itu. Tatapannya tajam tak teralihkan.

Energi penuh disalurkan ke dalam pedang. Laki-laki itu menghentakkan kakinya di tanah dan langsung melesat dengan pedangnya yang dihunuskan.

Slaashhh!!!

Terpotong tubuhnya menjadi dua bagian. Dan itu termasuk patung yang ada di depan singgasana.

Kedua patung itu ambruk dan tak lagi bangkit. Ryuha dengan nafasnya yang sangat berat terbaring di tengah-tengah kepingan tulang-belulang.

"Aaarrggghhh!!!"

Menahan rasa sakitnya, Baal melepaskan kendali akan tubuh Ryuha. Namun itu tak merubah apapun. Laki-laki berambut acak-acakan itu terus terbaring dengan katup mata yang hampir menyatu.

Aroma getir segera menyelimuti ruangan itu ketika cairan merah kental keluar dari setiap lubang yang ada di tubuh Ryuha.

Baal menampakkan wujud. Dirinya lalu bersandar di bangku singgasana, mendapati jika Ryuha sudah tak dapat tertolong.

"Sudah berakhir kah?" Ucap Baal lemas. Bagaimana tidak? Melihat seseorang yang sudah dianggapnya sahabat tengah sekarat di depan matanya.

Melihat perut Ryuha yang tak lagi bergerak, Baal menundukkan kepalanya, sembari membendung genangan air yang meluap-luap.

Menetes. Setetes demi setetes. Genangan air yang ada di matanya seperti rintik hujan yang kian semakin deras.

"Jurus yang barusan adalah, Blood Blade Dance. Yang dikombinasikan dengan, Emptiness Step. Selamat! Kau adalah orang pertama yang bisa menguasai gerakan kombinasi tanpa latihan."

Denyut nadi yang berdetak semakin lirih. Katup mata laki-laki yang tengah terbaring itu menutup penuh manik mata merahnya, setelah satu hembusan nafas berat nan panjang.

Seringai wajah separuh iblis yang menatap ke langit, menampakkan tatapan mata kekosongan. "Terkutuk lah kau dewa takdir!"

Terus berteriak mengutuk takdir kelam dan suram. Juga dirinya yang tidak berguna. Sebuah penyesalan menyelimuti hati, kenapa tak kuhentikan saja? Kenapa kubantu kau? Kenapa harus kau?

Pertamakali seumur hidup, dirinya bertemu dengan manusia yang memanusiawikannya. Namun apa yang terjadi, semuanya sirna hanya dalam kurun waktu setengah tahun.

Mencoba untuk tenang. Dirinya hendak bangkit untuk menguburkan jasad satu-satunya sahabat yang dia miliki.

Sontak alisnya terangkat. Matanya membulat. Saat tangan kanannya menyentuh benda oval sehalus sutra, di dalam lautan tulang-belulang.

Bukan kehalusan yang membuatnya mematung sesaat. Namun energi yang terasa meluap-luap di dalamnya.

"Primordial... Natural... Essence...?!"

Termasuk ke dalam golongan Mustika. Sebuah batu berbentuk oval berwarna hijau daun. Dirasakan dari energi yang terkandung, Batu Mustika itu sudah mengumpulkan energi alam sebanyak sepuluh ribu tahun.

Tangan kirinya menepuk pelipis. Baal tertawa terbahak-bahak. Raut wajahnya terlihat seakan tengah memberikan ucapan terimakasih kepada Dewi Fortuna.

Sedikit retakan diberikan ke permukaan Mustika itu. Dia lalu meletakkannya tepat di atas dada Ryuha yang lapang. Dan terakhir memberikan persembahan berupa setetes darah.

Darah yang mengalir masuk melalui sela-sela di retakan, membuat batu itu menyala hijau terang. Lumut dan tumbuhan kecil yang ada di sekitar tempat itu menumbuh dengan cepat.

Batu itu memudar seiring berjalannya waktu, menjadi aura-aura hijau cerah yang terus mengerumuni tubuh Ryuha. Sampai tubuhnya terangkat di udara. Aura-aura itu seperti sebuah dempul kayu, yang terus menutup luka-lukanya dengan sempurna.

Separuh tubuhnya yang berubah menjadi iblis pun ikut memulih seiring berjalannya waktu. Tubuhnya kembali memancarkan aura kehidupan.

Air mata sang iblis kian menderas saat dirinya memapah Ryuha yang selamat dari kematian.

"Uhuk, uhuk!!" Batuk kecil. Kedua mata Ryuha bergerak kecil sebelum terbuka. Senyuman pun terukir di wajahnya.

"Apa yang kau tangisi?" Ucapnya lemas.

"Cihh, aku hanya kelilipan sedikit." Jawab Baal sambil masuk kembali ke dalam tubuh Ryuha. Dirinya tak mengakui apa yang sebenarnya dia rasakan.

Ryuha hanya tertawa kecil mendengar jawaban dari satu-satunya keluarga yang dimilikinya sekarang.

Sejenak menenangkan diri sambil mengorek informasi tentang kejadian yang dialami tanpa sepengetahuannya. Laki-laki itu menghela nafas.

"Sayang sekali aku tidak bisa menggunakan Primordial apalah itu untuk menghidupkan kakak dan Fan Fan."

"Tentu saja. Bagaimana bisa manusia bangkit dari kematian hanya dengan sebuah batu?" Suara serak terngiang di dalam tubuh. Membuat alis Ryuha terkerut.

"Apa maksudmu? Lalu yang terjadi padaku itu apa?"

Merasa heran dengan yang dia dengar. Entah Baal yang salah ucap, atau dirinya yang salah dengar. Akan tetapi tidak mungkin jika dirinya salah dengan karena ucapan itu seperti terngiang di otaknya.

"Ka, kau..., Kau bilang apa?" Ucap Baal terbata. Rasa hati tidak percaya dan sedikit heran.

Ryuha segera menjelaskan tentang dirinya yang bertanya jika yang terjadi padanya kenapa tidak bisa terjadi pada kakak dan sahabatnya. Juga dengan ucapan Baal yang seakan menyebut dirinya bukan manusia.

"Ah, sebaiknya kita segera pergi setelah mengambil beberapa barang. Takutnya, orang-orang Kuil Cahaya menyadari kejadian ini dan mengirim orang. Bukankah ini kesempatan untuk kabur dari tempat itu?"

Memang yang dikatakan Baal ada benarnya. Hanya saja itu hanyalah pengalihan pembicaraan. Dirinya pun kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan.

Setelah dua kuburan berjajar berhasil di buat, Ryuha melantunkan ucapan-ucapan baik dengan harapan jiwa kakak dan Fan Fan tidak tersesat dalam kegelapan.

Pedang bilah merah dibaluti penuh menggunakan kain hitam yang juga merupakan bekas jubah yang dikenakan kakaknya. Sedangkan jubah hitam peninggalan Fan Fan dia gunakan untuk memberi tanda di atas makam, agar seseorang yang melihatnya tahu jika itu adalah sebuah makam.

"Baal, bagaimana formasi yang ada di luar?"

"Inti formasi itu sebenarnya adalah Primordial Natural Essence. Karena benda itu sudah hancur, patung itu tidak akan bisa bergerak lagi."

Seuntai penjelasan yang membuat hati Ryuha tenang. Laki-laki itu segera melangkahkan kaki meninggalkan tempat yang berlumuran darah, setelah menjarah barang-barang yang ada di sana.

Dalam lebatnya hutan, dirinya terus berjalan ke arah tenggelamnya matahari. Meninggalkan neraka yang mengukir dendam di dalam hati.

Sang surya mulai menyembunyikan sosoknya. Ryuha duduk bersandar di pohon rindang ditemani oleh kobaran api unggun dan seorang lawan bicara.

Sosok Baal menampakkan wujud aslinya saat Ryuha hendak mengeluarkan hasil jarahan yang disimpannya di dalam cincin penyimpanan milik wakil jenderal yang dia ambil.

"Ayo kita lihat apa saja yang kita dapat." Ucap Baal kegirangan.

Seluruh benda keluar dari dalam sebuah cincin yang ada pada jari tengah Ryuha. Diantaranya, tak sedikit benda tak berguna, yang awalnya memang sudah berada di dalam cincin itu.

Hampir semuanya dia celupkan ke dalam kobaran api.

"Yup, dan tersisa sehelai kain merah, dua ratus keping perak, beberapa pedang butut, satu buah Scroll, satu botol Potion, dan satu cincin penyimpanan." Ujar Baal.

Melihat kain merah itu, Baal teringat saat Ryuha mengambilnya waktu tergeletak di tanah. Membuat alisnya sedikit terkerut.

"Ngomong-ngomong, untuk apa kain merah ini?"

"Ini syal milik kakakku. Aku ingin memakainya." Ujarnya sambil membalutkan syal itu ke lehernya.

Ryuha menghela nafasnya. "Dua nyawa ditukar sedikit harta dan beberapa barang. Pertukaran ini benar-benar tidak sebanding."

"Heeehhh, kau melupakan sesuatu." Sosoknya terbang mengambil pedang yang terbalut penuh oleh kain hitam.

Di mata Ryuha memang masih terlihat tidak setara. Tapi setidaknya, itu lebih baik daripada terus membiarkan mereka terkurung di dalam neraka.

"Kau ingin membalas dendam?"

Menghela nafasnya. "Entahlah? Aku tidak terlalu memikirkannya."

Melihat tingkah Ryuha itu, Baal menyadari sesuatu yang berbeda darinya. Memang Ryuha sering bersikap dingin bahkan kepada mendiang Fan Fan dan kakaknya. Tapi sekalipun tidak pernah kepadanya.

Dirinya yang berpikir jika Ryuha masih berada dalam keterpurukan tak ingin mengganggunya dan hendak masuk ke dalam tubuhnya. Bersamaan dengan satu kalimat pendek. "Mulailah berlatih besok."

Terdengar cukup cuek di telinga Ryuha. Segera laki-laki itu menghentikan Baal saat hendak berubah menjadi kobaran api.

"Oke-oke! Tapi aku masih cukup lelah sekarang. Bagaimana jika kau menemaniku bicara terlebih dahulu? Saat sedang seperti ini, biasanya kakakku yang..." Tak kuasa melanjutkan ucapannya.

Segera senyum kecil terukir di wajah Baal yang hampir berubah menjadi kobaran api. Tentang apa kelanjutan dari ucapannya, dia juga tahu jelas. Karena saat dalam kondisi terpuruk, kakaknya selalu menceritakannya kisah-kisah sambil bersenda gurau.

"Oke, dan kau harus menceritakan kisahmu setelah aku selesai menceritakan kisahku!" Ucap Baal semangat.

Senyuman terukir di wajah Ryuha. Perlahan semangatnya kembali saat baal hendak menceritakan kisahnya.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!