Koloni kerangka yang tak ada habisnya, dihiasi dengan jeritan dan erangan yang menggema. Pertamakali seumur hidup dia menyaksikan kekejaman seperti itu.
Tiga buah kerangka menghunuskan pedang ke arahnya secara bersamaan. Dari depan samping kanan, dan kiri.
Dengan sigap Ryuha menendang kerangka yang ada tepat di depannya sehingga kerangka itu hancur.
Pedang besar hendak menjatuhinya. Laki-laki itu menghentakkan kakinya di dinding dan sekuat tenaga melesat. Tak luput dirinya meraih gagang pedang yang tak lagi memiliki pemilik itu, lalu menebaskannya ke dua kerangka yang tak berhasil membelah tubuhnya.
Suara nyaring yang berpadu dengan suara angklung tak lepas dari telinganya.
Hanya melayangkan satu tebasan sudah membuat Ryuha terengah-engah. Dirinya terlutut dengan tangannya yang berpegangan bilah pedang agar tidak terjatuh.
Belum selesai mengatur ulang nafasnya, tulang-tulang yang ada di depannya melayang dan kembali membentuk wujud seperti sedia kala. Ketiganya tidak ingin menunggu lama untuk menyerang Ryuha.
"Sial!"
Laki-laki itu langsung menghentakkan kakinya di tanah dan melompat ke belakang. Kakinya sudah mulai gemetaran karena kehabisan tenaga.
"Baal! Bagaimana caraku mengalahkan mereka?!"
"Hancurkan kepalanya!"
Terdengar sangat mudah. Dengan pedang yang dia pegang sekarang, satu tebasan saja dia yakin bisa mengalahkan mereka.
Hanya saja, dua dari kerangka yang ada di depannya mengenakan helm besi yang terlihat sangat keras.
"Persetan! Tidak bergerak sama saja mati!"
Satu teriakan keras, yang membuat tidak sedikit pandangan terpusat ke arah Ryuha yang tengah menghunuskan pedangnya secara vertikal ke pelipis kerangka yang ada di paling tengah.
Pyarr!!!
Suaranya terdengar seperti genteng yang dipukul menggunakan palu.
Seperti yang dikatakan Baal, kerangka itu tak lagi tersusun dengan sendirinya setelah kepalanya hancur.
Sang wakil jenderal yang melihatnya dengan jelas bisa mengingat kejadian itu dan langsung mempraktekkannya.
"Semuanya! Hancurkan kepala mereka!"
Para veteran yang bersenjata mulai mengikuti arahan dari sang wakil.
Melihat budak yang memberinya petunjuk hendak ditebas oleh dua kerangka, sang wakil jenderal segera melesat dan menghancurkan kepala kedua kerangka itu.
Ryuha yang kehabisan tenaga jatuh terlutut dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.
"Kau tidak apa-apa nak?"
Terkejut Ryuha mendengarnya. Sejak kapan antek Kuil Cahaya bisa bersikap sopan.
Ryuha hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk mengatur ulang nafasnya yang sangat berat.
"Hei Baal! Kenapa kau diam saja sejak tadi?"
Menghela nafasnya, Baal pun memberitahukan kepada Ryuha perihal dirinya yang tak banyak berbicara saat pertempuran.
"Itu karena aku juga bisa merasakan sakitnya!"
Bukan hanya sakit. Setiap hembusan nafas yang membuat dada sesak, lengannya yang tergores, kepalanya yang nyut-nyutan, Baal bisa merasakan apapun yang dirasakan Ryuha.
"Tenang saja. Sakit seperti ini tidak akan membunuhku. Yang terpenting sekarang kau harus menyelesaikan ini dulu!"
Satu anggukan kecil sebelum Ryuha hendak berdiri kembali. Namun kakinya yang sudah tak bertenaga membuatnya jatuh tersungkur.
"Sial ..."
Bahkan untuk berbicara pun sudah sulit. Akan tetapi dirinya bisa merasa tenang saat melihat para veteran yang berhasil membuat koloni kerangka tak lagi menjadi ancaman.
"Ryuha!"
Sepatah kata yang membuatnya berhasil duduk terlutut dengan sekejap.
Suara seorang perempuan yang sangat familiar di telinganya. Matanya membulat saat melihat sosok Rose yang berlari ke arahnya.
"Kakak. Kenapa kau ada di sini? Apa yang kau lakukan? Tempat ini berbahaya, cepat pergi!"
Sang kakak menidurkan kepala Ryuha di pangkuannya. Belaian halus dan sedikit linang air mata yang mengalir di pipi Rose, Ryuha menyadari betapa khawatirnya kakak perempuannya itu.
"Sudah tahu tempat ini berbahaya, kenapa kau masih bersikeras?!"
Tak ada kalimat yang bisa diutarakan laki-laki itu. Dia melihat tangan kakaknya mencari sesuatu di kantung coklat miliknya.
"Potion!" Kedua mata Baal membulat ketika sebuah botol kaca seukuran dua ibu jari berisikan penuh dengan cairan merah keluar dari kantung milik Rose.
Mendapati kericuhan dari luar dan dalam, Ryuha hanya bisa terdiam saat sang kakak menuangkan ramuan itu ke mulutnya.
Rasanya cukup pahit. Namun efeknya dapat dirasakan jelas oleh Ryuha. Dimulai dari jari jemari, sampai tulang-tulangnya yang terasa bergeser pulih seketika.
Baal yang ikut merasakan sensasinya hanya bisa mengkerutkan kening sambil berpikir, darimana gadis itu mendapatkan barang langka seperti itu.
Dilihat dari khasiatnya, Potion itu berada di level menengah dengan kualitas terbaik. Barang yang memiliki kelangkaan seperti pusaka dewa keluar dari kantung coklat rajutan sendiri, tidak ada kata-kata yang bisa dikatakan oleh Baal.
"Uhuk! Jika kakak di sini, aku yakin Fan Fan juga ada. Di mana dia sekarang?"
Sosok Fan Fan terlihat di mata Ryuha. Terlihat sangat gagah seperti seorang ksatria yang tengah membasmi monster-monster jahat. Namun senjata yang digunakannya hanyalah tulang paha milik kerangka itu.
Kedua benda bermassa sama yang saling beradu, sama-sama hancur saat keduanya bertemu. Ryuha dan sang kakak yang melihatnya tertawa kecil.
"Kerja bagus sahabatku!"
Satu buah jempol terlihat teracung dari kejauhan.
Mereka semua akhirnya bisa menghembuskan nafas lega karena tulang-belulang itu tak lagi hidup seperti sebelumnya.
"Ha, hahahahaha. Setelah ini jabatanku akan kembali!"
Tawa jahat dari wakil jenderal yang kegirangan. Terdengar menjijikkan di telinga para budak.
Laki-laki paruh baya itu menghampiri Ryuha yang masih menidurkan kepala di pangkuan kakaknya.
"Hei nak, setelah ini bagaimana jika ...,"
Seperti melihat tahi ayam di dalam rumahnya, kedua mata laki-laki paruh baya itu langsung menyipit melihat wanita yang membuatnya harus menerima sepuluh kali cambukan dan kehilangan pangkat.
Tentu Rose menyadarinya saat melihat wajah laki-laki itu. Segera dia menarik tangan Ryuha untuk pergi dari tempat ini.
"Fan Fan!"
Fan Fan melihatnya dengan jelas. Dirinya pun ikut berlari di belakang mereka.
Sangat membuat Ryuha keheranan sampai tak bisa mengatakan satu katapun.
"Kalian semua, hentikan mereka!"
Melihat wanita cantik berlarian, para veteran dan budak laki-laki yang penuh dengan pikiran jorok menutup jalan kabur mereka.
Puluhan orang dewasa mengepung dua laki-laki remaja dan satu gadis. Wajah mereka memperlihatkan jelas apa yang ada di kepala mereka.
"Minggir! Beri aku jalan!"
Sang wakil jenderal mendatangi mereka dengan raut wajah mengejek.
"Kau tidak akan bisa lari dariku lagi jal*ng."
Hendak menyentuh wajah Rose, Fan Fan melayangkan satu pukulan ke wajah wakil jenderal.
Gerakannya yang lambat sangat mudah untuk ditangkis oleh laki-laki paruh baya itu. Tidak hanya itu, dia juga menendang perut Fan Fan dan membuatnya terpental.
"Semuanya jangan biarkan mereka bergerak!"
Segera para veteran mengunci kedua tangan mereka bertiga.
Ryuha berhasil memberikan beberapa pukulan kepada para veteran yang hendak memegang tangannya. Namun tetap saja, jumlah dan kemampuan yang terpaut jauh, membuat Ryuha kewalahan.
Melihat ketiga budak itu yang terus membanggel, mereka tak memikirkan hal lain selain memberikan sebuah pukulan.
Fan Fan yang tak kuasa menahan itu sampai terjatuh lemas. Bahkan sampai memuntahkan seteguk darah.
Rose yang hanya seorang perempuan, terlutut hanya dengan satu pukulan yang mendarat di perutnya.
Tatapan mesum dari wakil jenderal saat dia menyentuh dagu Rose, membuat wanita itu semakin merasa jijik. Dirinya pun meludahinya lalu berkata, "Jangan sentuh aku brengs*k!"
Mata sang jenderal semakin menyipit. Dirinya berteriak keras, "Dasar Jal*nggg!!!"
Cratt!!!
Darah keluar dari seluruh lubang yang ada di tubuh wanita itu, setelah bilah pedang yang besar menembus perutnya.
Kedua mata Ryuha bergetar saat melihat kakak dan sahabatnya. Berjalan merangkak menghampiri mereka berdua yang tergeletak lemas.
Dengan sisa tenaganya Rose membelai rambut Ryuha yang masih terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sambil membisikkan sesuatu. "Adikku, harus kuat." Sebelum dirinya menghembuskan nafas terakhirnya.
Pandangannya beralih ke arah Fan Fan. Tangannya gemetaran, saat melihat wajah hancur dan kedua tangan yang terputar.
Terdiam dengan kepala yang terus tertunduk ke bawah.
Klung, Klung, Klung!!!
Suara seperti angklung yang terdengar lebih cepat dari sebelumnya, para veteran dan budak yang masih bisa berdiri segera celingak-celinguk ke segala arah.
Tulang belulang itu beterbangan lalu menyatu, membentuk sebuah kerangka setinggi sepuluh kaki dengan bersenjatakan gada besi raksasa.
Eraman yang sangat-sangat menakutkan. Mereka yang tak kuasa menahan rasa takut segera pergi meninggalkan tempat itu.
Tidak seperti Ryuha, yang masih terduduk lemas menghadapi apa yang ada di depannya sekarang.
"Kenapa harus seperti ini?"
"Kenapa harus mereka?"
"Kenapa, kenapa kau membunuh merekaaaaaaa!!!!"
Satu teriakan keras yang membuat pandangan teralihkan ke arah laki-laki berambut acak-acakan berjubah hitam itu.
"Kalian bajing*nnn!!!"
Eraman yang lebih menakutkan daripada seekor singa. Tatapan membunuh, yang mengeluarkan aura kuat. Seakan dirinya diselimuti oleh aura hitam pekat.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments