Kegelapan lorong tambang memudar seiring cahaya obor menjelajah tempat itu.
Sebanyak seratus lebih budak, menambang bebatuan dan bijih logam yang mereka lihat di posisi mereka bekerja.
Sama halnya dengan Ryuha. Keringatnya sudah mulai menetes, saat keranjang yang ada di sampingnya mulai terisi oleh bijih-bijih logam yang berhasil di dapatnya.
Kedua jarum jam tepat mengarah ke atas. Suara lonceng yang dibunyikan oleh salah satu petugas terdengar sampai ke telinga para budak.
Jam istirahat bagi para budak. Ryuha duduk bersandar dengan keranjangnya yang sudah setengah penuh.
Sembari menikmati sepotong roti kering, seperti biasanya Ryuha memulihkan tenaganya walau hanya dapat beristirahat selama sepuluh menit.
Pekerjaannya berlanjut setelah dua laki-laki berjubah putih yang menjaga di pintu masuk tambang berteriak.
Hari-hari yang seperti biasa. Sama sekali Ryuha tidak dapat menemukan hal lain selain bijih logam biasa. Yang bisa ditukar dengan satu koin perunggu setiap kilogramnya.
Waktu berjalan dengan cepat. Namun keranjang milik Ryuha belum sepenuhnya terisi oleh bijih logam.
"Haish, sepertinya aku harus bekerja lebih lama?!"
Satu persatu budak berjalan meninggalkan tambang. Dan hanya menyisakan laki-laki berambut hitam acak-acakan dengan sebuah obor yang hampir terpadam.
"Gawat! Kenapa sudah tidak ada lagi bijih logam di sini?"
Laki-laki itu semakin mempercepat ayunannya. Namun tetap saja yang dia dapatkan hanyalah tanah dan bebatuan kasar.
Tingg ...!!!
Seperti tersengat oleh aliran listrik. Tubuh Ryuha terpental menghantam dinding lorong. Tangannya tak sengaja menyenggol obor, dan membuat obor itu terjatuh dan padam.
Laki-laki itu segera bangkit tanpa memikirkan sakit punggung yang dia rasakan.
"Gawat! Gawattt! Sial sekali hari ini?"
Hanya bisa merangkak sambil menggagapi sekitar. Di tempat yang sangat gelap itu, matanya yang terkejut terasa cukup pegal.
Pickaxe berhasil di temukannya. Ingin cepat-cepat kembali, namun sesuatu yang mementalkan dirinya tadi membuatnya penasaran.
Laki-laki itu menggagapinya. Dan merasakan sesuatu yang berbeda dari bijih logam yang biasanya.
Hanya dengan menggunakan insting, Ryuha menambang benda keras itu, berusaha untuk mengambilnya.
Sebuah kristal merah seperti kobaran api yang membeku, terlihat di matanya karena memancarkan sedikit cahaya.
Dirinya terus memperbesar jugangan yang dibuatnya. Dan sebisa mungkin tidak menggores kristal itu.
Semakin kristal itu terlihat, semakin besar pula cahaya merah yang terpancar.
Laki-laki itu mengambilnya dengan perlahan. Tangannya bergemetar, saking tidak percayanya.
Pikirannya langsung terbang jauh.
"Apa yang akan aku dapat setelah ini?"
"Apa yang akan aku beli setelah ini?"
Hal-hal indah mulai melukis terukir di pikirannya.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara "Crakk!!". Sebuah retakan kecil terlihat di permukaan kristal itu. Yang setiap saat semakin membesar.
Ryuha yang kebingungan sebisa mungkin untuk tidak membuat retakan itu semakin membesar.
Namun tetap saja, semakin lama retakan itu semakin besar.
Hingga terdengar suara seperti kaca yang dihantam kuat dengan palu.
Getaran tangan Ryuha semakin kuat. Dirinya terlutut lemas, karena harapannya telah hancur. Dia tidak tahu sesuatu seperti apa yang menimpanya.
Tiba-tiba diberi harapan, dan tiba-tiba saja harapan itu hilang.
Pecahan yang pecah itu, hanya menyisakan sesuatu berbentuk kartu, yang memiliki gambar seorang laki-laki yang memiliki wajah setengah mengerikan dengan satu tanduk di sisi itu. Tubuhnya terlihat dikelilingi oleh kobaran api.
Dengan tatapan kosong, Ryuha hendak mengumpulkan pecahan-pecahan kristal tanpa memperdulikan kartu itu.
Otaknya yang cukup kacau membuatnya sulit untuk berpikir. Satu serpihan tajam menggores telapak tangan.
Itu membuat otaknya kembali berpikir seperti semula, karena sakitnya seperti disengat lebah.
Darahnya yang keluar pun lebih cepat daripada saat dia terkena luka gores yang lain.
Tetesan darahnya, tak sengaja mengenai kartu itu. Yang membuat kartu itu bersinar terang.
Ryuha bisa melihat gambar yang ada di dalam kartu dengan jelas. Juga sebuah Magic Circle merah darah yang tiba-tiba saja muncul.
Woshhh ...!!!
Satu hempasan kuat, menghembuskan Ryuha hingga tergelinting beberapa meter. Hawa dingin di dalam tambang tiba-tiba saja berubah seratus delapan puluh derajat.
Kulitnya seperti terkena sengatan matahari di musim panas. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya.
Saat terbaring, matanya melirik ke arah sosok yang di kelilingi api. Sosok persis seperti yang ada di dalam kartu.
Berjalan mendekatinya dengan tatapan dingin dan hawa membunuh yang kuat.
"Kau yang membangkitkanku?"
Ryuha berusaha untuk berdiri. Namun kakinya yang terasa lemas tak sanggup menahan berat tubuhnya. Dirinya hanya berhasil untuk duduk terlutut.
"Apa kau bisa berbicara?"
Pertanyaan yang pertama belum dijawabnya, laki-laki setinggi seratus delapan puluh itu malah kembali memberikan pertanyaan.
Bagaimana bisa untuk menjawab? Hawa membunuh yang sangat kuat itu bahkan hampir membuat Ryuha tidak bisa berkata apa-apa. Ditambah dirinya yang kebingungan dengan hal yang dialaminya itu.
Hanya bisa menelan ludah, menahan ketakutan yang membuat tubuhnya gemetaran.
Laki-laki menghela nafasnya. Manik matanya yang terlihat seperti mata kucing terpelotot tajam ke arah Ryuha.
Seakan melihat apa yang ada di dalam pikiran Ryuha, laki-laki yang memiliki tubuh setengah monster itu tertawa terbahak-bahak.
Lorong gelap nan panjang membuat tawanya menggema. Terdengar seperti bajak laut yang berhasil menemukan harta karun. Tidak berhenti tertawa.
"Aku tidak menyangka bocah lemah sepertimu yang membangkitkanku? Hei jangan takut. Aku tidan akan menyakitimu!"
Suara serak halus, terdengar cukup menakutkan. Namun dari tatapan matanya, Ryuha bisa melihat kebenaran akan ucapan itu.
Tenaganya perlahan memulih. Laki-laki berbaju rombeng itu duduk bersila dan mengatur ulang nafasnya.
Hal itu juga dilakukan oleh laki-laki setengah monster yang kini tepat berada di depannya.
"Se, sebenarnya apa yang terjadi? Siapa kau ini? Kenapa kau muncul di dalam kartu?"
Sederet pertanyaan yang diutarakan Ryuha, malah membuatnya terbahak-bahak. Ryuha yang melihatnya hanya mengeryitkan keningnya.
"Entahlah."
Apa-apaan itu? Ryuha benar-benar tidak bisa mengerti dengan sepatah kata yang dikatakan oleh makhluk itu.
"Tunggu-tunggu, biarkan aku mengingat-ingat sesuatu."
Yang di dengar Ryuha hanya suara tak jelas yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Selang beberapa menit. Akhirnya makhluk aneh itu bisa mengingat kejadian yang dia alami, walaupun belum sepenuhnya.
"Akan memakan waktu lama jika aku menceritakan kisah ini, apa kau masih mau mendengarnya?"
Raut wajah Ryuha langsung serius. Laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Bersiap untuk mendengarkan cerita.
"Jadi, namaku adalah Baal. Aku adalah salah satu dari Tujuh Raja Iblis. Tepatnya, aku penguasa pilar ke-tiga. Umurku ..., banyak. Seingatku, dulu pernah terjadi pertempuran hebat dari ras Manusia, Iblis, dan Malaikat?!"
Walaupun pembukaan ceritanya sedikit aneh, tapi yang dikatakannya memiliki kesamaan seperti yang dikatakan Rose. Tentang pertempuran ketiga ras yang saling memperebutkan kedudukan.
"Sebenarnya aku tidak tertarik akan hal itu tapi, seorang malaikat mendatangiku dan memaksaku untuk membantunya. Awalnya aku menolak tapi, apalah daya aku tidak bisa tahan saat melihat seseorang memohon kepadaku."
Entah mengapa Ryuha serasa sedang menyaksikan pertunjukan teater.
"Lalu aku membantu pertempurannya."
"Kau membantu malaikat itu untuk membasmi manusia dan menjadikan mereka budak?"
Kedua tangan Ryuha terkepal erat saat mengatakannya.
"Tidak! Kami berdua membasmi pasukan malaikat!"
Malaikat dan Iblis bersekongkol untuk membasmi pasukan malaikat. Otak Ryuha berputar karena kebingungan.
"Lalu?"
"Lalu kami masuk dalam perangkap, menjadi sebuah kartu, dan dibangkitkan oleh bocah ingusan yang tidak punya kemampuan sama sekali cerita pun berakhir! Huhh! Mengingatnya benar-benar membuatku kesal!"
Ryuha paham dengan garis besarnya. Namun jika seperti itu, seharusnya manusia tidak akan mengalami kehancuran seperti itu.
"Atau ada sesuatu dibalik kejadian itu."
"hahaha! Tepat sekali! Tidak kusangka otakmu bisa bekerja walaupun sedikit!"
Ryuha mengeryitkan kening mendengar ucapan itu. Sungguh menusuk hati.
"Tepat setelah itu, para malaikat merapalkan mantra yang sangat kuat. Itu mereka lakukan untuk menyegel semua makhluk ke dalam kartu. Tapi kurasa, mereka gagal di tengah ritual dan malah menyegel mereka sendiri?"
"Tunggu, kau bilang kau sudah tersegel. Lalu bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Entahlah?! Sepertinya aku samar-samar bisa melihat dan mendengar beberapa kejadian setelah aku tersegel."
Ryuha menghembuskan nafas panjang, sambil membaringkan tubuhnya di permukaan tanah yang kasar itu.
"Apanya yang cerita panjang? Yang kudengar hanya dongeng pengantar tidur saja?! Benar-benar tidak ada yang penting."
Laki-laki aneh itu kembali tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja ada!"
"Tidak perlu katakan itu! Aku tidak ingin mendengarnya!" Ryuha sampai menutup telinganya.
Terukir senyum kecil di bibir makhluk aneh yang bernama Baal itu, sebelum dia mengatakan hal yang membuat Ryuha langsung terbangun.
"Apa kau tadi mengatakan kontrak?"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments