Hari ini, cuaca sangat mendung, hari sudah sore. Bahkan, turun hujan, mereka berhenti di sebuah rumah makan.
"Terimakasih sudah banyak membantu. Berkat, bantuan kamu, aku bisa menyelesaikan tugas!" Angga tersenyum manis, ia memang sedikit ramah. Walaupun, sikapnya terkadang dingin. Nilam, sangat bahagia dengan pernyataan Angga yang mulai memujinya. Nilam, hanya menganggukkan kepalanya.
"Besok, kamu bisa sekolah dengan kedua adikku, mereka pasti akan menjagamu dengan baik. Jangan, bersikap mencurigakan di depan banyak orang, karena jika mereka tahu siapa kamu sebenarnya, maka mungkin mereka akan memanfaatkan kamu." Nilam, tersenyum manis, ia menguyah makanan.
Angga, mendekati dengan sangat dekat. Hanya berjarak beberapa meter. Dada, Nilam berdegup kencang. Tiba-tiba saja, cuaca berubah menjadi cerah.
Deg ... Deg ... Deg ...
Ia, tidak bisa mengatur detakan jantungnya yang berdetak kencang. Angga, mengulurkan tangannya, Angga, mengusap sisa makanan yang menempel di sebelah sisi bibir Nilam.
"Pelan-pelan, kalau makan!" Angga, melanjutkan makanannya. Sementara, jantung Nilam masih berdetak kencang. Tiba-tiba saja, cuaca berubah menjadi cerah dan terlihat ada pelangi.
"Wah, cuacanya panas, padahal tadi hujan deras." Nilam, hanya tersenyum. Cuaca berubah karena hatinya yang sedang bahagia.
Mereka pulang ke rumah. Nilam, tidur duluan karena ia sangat mengantuk, ia masih membayangkan wajah Angga yang sudah menghiasi harinya.
*****
Dika dan Aldo sudah siap untuk sekolah, Nilam, sedang bersiap-siap untuk berangkat. Ia masih bersiap-siap, sedangkan mereka berdua sudah berada di meja makan.
"Dengarkan, kemarin Kakak pergi ke sekolah, ternyata sekolah kalian tidak menerima lagi murid perempuan, mereka hanya menerima murid pria, jadi Kakak mendaftarkan Nilam sebagai murid baru laki-laki, agar orang tua kita juga tidak curiga, kalian tahu konsekuensi jika di rumah ini ada seorang gadis, besok Ema dan Abah akan kesini, tamatlah riwayat kita. Nah, tugas kalian adalah mengajarkan Nilam untuk berpura-pura menjadi lelaki!" Mereka bertiga hanya terdiam membisu, mengapa terkesan begitu mendadak. Aldo dan Dika menelan ludah dengan menatap Nilam yang harus mereka ubah menjadi laki-laki.
Angga, telah mempersiapkan peralatan yang akan Nilam gunakan. Dika dan Aldo, mendadani Nilam, dan mengajarinya berjalan ala cowok cool. Mereka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Angga, menitipkan Nilam kepada mereka berdua.
Setelah sampai, tentulah murid baru selalu menjadi pusat perhatian. Mereka memperhatikan setiap gerakan, Nilam.
Mereka, melihat berkas yang diberikan Angga.
"Kak, Angga memberikan sebuah nama. Raffi... nama yang sangat norak, bagaimana lagi, sudah terlanjur masuk ke daftar.
****
Keesokan harinya, ternyata benar saja. Angga, benar-benar mendadani Nilam sebagai murid pria. Nilam terlihat sangat tampan. Seperti biasa murid baru akan mendapatkan perlakuan khusus terutama jika murid baru itu adalah anak laki-laki. Nilam, sebenarnya sangat tidak nyaman, namun ia terpaksa harus mengikuti keinginan dari Angga yang keras kepala. Nilam, diperintahkan untuk duduk. Saat ia akan duduk seseorang, menyodorkan kakinya, hingga membuat Nilam terjatuh. Disana, terlihat seorang pria tampan, yang terlihat sangat kalem. Ia, tidak memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Dan itulah teman duduk Nilam.
Pria ini tidak pernah berbicara kecuali urusan yang menurutnya sangat penting, bahkan ia tidak pernah tersenyum. Karena, tidak ada yang betah duduk sebangku dengannya. Iya, siapa yang betah duduk dengan seorang yang tidak pernah berbicara, bahkan sangat dingin. Hingga ia hanya duduk sendiri tanpa teman.
Namanya, Rey Wiguna. Dia sangat tampan, sangat pintar, tapi ia tidak pernah tersenyum. Ataupun menatap wajah orang lain.
Dika dan Aldo, sangat merasa kasihan dengan hari pertama Nilam yang kurang baik. Mereka berusaha untuk menyemangati Nilam.
"Hai ... Bolehkah, aku duduk disini?" Nilam, mencoba bertanya. Rey, hanya terdiam.
Aldo, membisikkan dari sebelah kanan.
"Sudahlah, jangan bertanya lagi sama dia! Emang, gak jelas!" Nilam, hanya tersenyum.
(Aku, harus kuat!) Gumamnya dalam hati.
****
Hari ini laporan pembunuhan berantai terhadap para pekerja malam. Sebut saja kupu-kupu malam.
"Pak, maaf ini berkas laporan hari ini. Polisi telah menyerahkan berkasnya sudah ada beberapa foto dari semua kasus tersebut!" Ucok, memberikan berkas tersebut. Angga menerimanya.
"Ternyata korban-korban sudah banyak! Dan, terlihat dari semua fotonya semua korban memiliki luka yang sama yaitu bekas sayatan di tangan pada bagian nadi dan lebam pada bagian wajahnya, kemungkinan di siksa, sebelum akhirnya dibunuh oleh pelaku!"
Angga, menempelkan semua foto korban disebuah papan yang berisi berkas hari ini, lengkap dengan benang merah yang akan menjadi petunjuk mereka selanjutnya.
"Menurut keterangan para saksi, ada seorang pria misterius yang sering berkeliaran di sekitar tempat para wanita ini, nongkrong. Mereka bilang pria ini, terlihat terlihat samar-samar, jadi mereka juga tidak begitu tahu, karena pria itu tidak pernah menyalakan lampu mobilnya!" Lalu, Ucok memberikan beberapa wajah para pelaku yang dicurigai.
"Semua, korban memiliki latar belakang yang sama dan juga luka yang sama! Sepertinya pelakunya memiliki kebencian terhadap para kupu-kupu malam!"
"Betul sekali Pak, mulai besok para saksi ini akan memberikan keterangan!"
"Coba, kita lihat orang-orang yang dicurigai dalam kasus ini!" Ucok dan Angga, memperhatikan foto orang-orang yang dicurigai.
Terdapat empat orang yang dicurigai sebagai pelaku pembunuh berantai. Karena, mereka memiliki riwayat hidup yang tidak baik, dan sering melakukan tindakan kriminal.
"Saya, sudah menemukan satu orang yang dicurigai sebagai pelaku!" Angga, menganggukkan kepalanya.
"Segera, interogasi besok! Hari ini, saya mau menjemput anak-anak dari sekolah!"
"Siap ... Pak ...!" Dengan hormat. Angga, bergegas keluar dari ruangan, menuju mobil.
****
Jam istirahat.
"Aku, mau ke kamar mandi dulu!" Nilam, bergegas menuju kamar mandi, ia memasuki kamar mandi wanita, itu membuat semua murid perempuan menjerit. Nilam, lupa ia bingung kenapa bisa semua perempuan itu teriak. Nilam, bercermin, ia baru ingat kalau dirinya sedang menyamar menjadi murid laki-laki. Ada, seorang murid laki-laki yang menarik bajunya untuk menunjukkan arah toilet pria.
"Baca ini! Toilet pria, gimana sih!" Namanya Farel, preman sekolah yang sering membully para siswa.
"Iya, maaf ... maaf!"
Saat memasuki kamar mandi, Nilam tidak bisa jika ia harus buang air kecil dengan berdiri, ia beralasan sakit perut, ia menggunakan toilet.
Setelah selesai, Nilam mengikuti Farel dari belakang, Nilam terpeleset dan tidak sengaja memegang celana dan membuat kesalahan besar. Ia tidak sengaja memegang celana di bagian pinggang Farel yang membuat celananya, seketika melorot dan terlihat celana pendek warna kuning bergambar Spongebob. Farel sangat marah. Semua orang mulai tertawa.
Dika dan Aldo datang. Dan sangat terkejut.
"O... o..ow... Ini akan menjadi masalah besar! Dika, memberikan kode kepada Aldo.
Farel dengan tatapan matanya yang tajam. Sangat marah, ia benar-benar pria yang sangat pemarah dan tidak memiliki perasaan. Wajahnya sudah sangat merah, Farel mendorong tubuh Nilam ke tembok, ia bersiap-siap untuk menghajar wajah Nilam.
Semua orang sudah sangat tegang.
"Tamatlah riwayat hidupmu ...!" Bisiknya, di telinga Nilam. Nilam sangat takut, tangan Farel sudah, melayang. Nilam, hanya menutup matanya, ia pasrah apapun yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments