Terjerat Cinta Duda 3

" Aku enggak pernah kemana-mana mas, kalau pun jalan keluar paling cuma sekedar ke mol cuci mata."

"Loh cuci mata itu bukannya di kamar mandi?"

" Di mol juga bisa loh mas" kelakarku

Ia tertawa sendiri dengan kalimat candaanya.

Kami menikmati makanan. Lezat! Kalau tahu tempat dan makanan di kafe ini enak sudah dari dulu aku nongkrong di tempat seperti ini. Aku sibuk membatin sendiri.

Besok akan kuajak Putri ketempat ini, supaya ia tak Culun lagi seperti aku. Aku ketawa sendiri sembari menggelengkan kepalaku.

" Kenapa Zah?" Tanya mas Erik mengagetkan ku.

" E..enggak papa mas." Jawabku malu-malu karena ketahuan senyum-senyum sendiri.

" E..enggak papa mas." Jawabku malu-malu karena ketahuan senyum-senyum sendiri.

Setelah merasa cukup untuk ngobrol kami pun pulang, ia mengantarku sampai di depan pagar rumahku.

" Mampir mas?" Tawarku.

" Lain kali ya."

Aku sedikit bernapas lega karena mas Erik menolak mampir. Sejujurnya aku belum siap membawa mas Erik berkenalan dengan mama. Aku melirik jam di pergelangan tanganku, pukul tiga sore dan mobil mama sudah terpakir di garasi. Itu tandanya mama sedang ada di rumah.

Aku turun dari mobil dan melambaikan tanganku. Mobil mas Erik melaju meninggalkan aku sendiri disini. Aku masuk setelah mas Erik hilang dari pandanganku. Semoga saja mama sedang istirahat, jadi aku tidak perlu bingung jika mama bertanya tentang orang yang mengantarku.

Aku membuka pintu. Berjalan mengendap-endap, berharap tidak ada mama yang memergoki ku.

Aku hampir saja masuk kedalam kamar, tapi suara mama menghentikan langkahku.

" Sama siapa pulangnya?"

Aku menatap mama yang sedang berdiri sambil melipat tangannya.

" Teman Zahra ma."

" Cowok apa cewek?" Tanya mama. Selalu begitu, bertanya dengan detail. Membuat aku terkadang merasa di intimidasi.

" Cowok ma.."

" Mama sudah bilang, kamu jangan paca-"

" Zahra gak pacaran, Zahra hanya diantar teman. Hanya sebatas teman ma, gak lebih gak kurang." Aku memotong ucapan mama.

" Mama masih mau bertanya? Kalau sudah siap mengintrogasi Zahra, Zahra mau masuk kekamar. Mau istirahat, capek." Aku masuk kekamar meninggalkan mama yang masih terpaku.

Bugh! Aku membantung pintu kamar denan keras. Aku muak dengan sifat mama yang tidak pernah berubah. Aku muak dengan segala batasan yang di buat mama.

Aku sudah berusia dua puluh tiga tahun, usia yang mulai matang bagi seorang wanita. Masa SMA sudah terlewat tanpa ada seorang pacar satu pun. Kini setelah aku sudah berada di akhir penyelesaian kuliah, mama tetap melarang ku. Apa mama mau aku menjadi perawan tua?"

Batinku berkecamuk sendiri.

Tok..tok..tok..Pintu kamarku diketuk terdengar panggolan dari luar.

" Zah.."

Suara mama, aku tak menyahut. Masih ada rasa kesal karena mama selalu memperlakukan aku seperti anak kecil.

" Zah.." panggil mama lagi.

Knop pintu di buka paksa ,namun tidak bisa karena aku mengunci pintu dari dalam.

" Zah, maafin mama." Ucap mama dari balik pintu.

Aku tak menggubris sedikit pun permintaan maaf mama.

Aku mengeluarkan handphone dari dalam tas, menghidupkan musik adalah hal yang kusukai untuk membuang rasa suntuk.

Hingga aku tertidur lelap dan tak tahu sejak kapan mama pergi dari depan kamarku

Yang aku tahu ini sudah malam dan aku sedang di demo oleh kampung tengah ku yang minta di isi.

Aku bangun dan mencuci muka ku. Kemudian aku keluar menuju meja makan.

Tampak mama sedang menonton tv sendiri.

Papa memang jarang dirumah, dalam sebulan papa bisa pergi dua atau tiga minggu untuk mengurus lahan sawit yang ada di Pekan Baru.

Dan kami lebih sering tinggal dirumah ini hanya berdua dengan mama. Kalau mbak Inah pembantu di rumah ini akan pulang kerumahnya jika pekerjaan di rumah ini sudah selesai.

Aku mengisi piringku dengan nasi beserta lauk pauk dan sayur mayur. Hem enak sekali makan malam ini. Atau karena perutku sudah lapar.

Alhamdulillah... Aku mengucap syukur karena masih bisa makan dengan nikmat. Aku membereskan piring bekas makan ku, mencucinya sendiri. Hal ini sudah terbiasa aku lakukan. Selesai!

Aku berjalan kekamar, namun harus melewati ruang keluarga tempat mama menonton tv.

" Zah!" Panggil mama.

Aku menoleh kearah mama.

" Sini deh bentar!"

Mau gak mau aku berjalan kearah mama.

" Duduk!" Mama menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Aku menjatuhkan bokongku di sebelah mama.

" Kamu marah sama mama? Mama bikin kamu sakit hati?" Mama menatapku serius.

" Enggak ma, a- aku hanya.." Aku tak melanjutkan ucapanku.

Mama menunggu kelanjutan ucapanku.

Aku membuang muka ku. Tidak ada alasan aku harus marah sama mama. Mama adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku.

" Kenapa diam? " Tanya mama.

" M..maafin Zahra ma.." aku menangis sesenggukan memeluk mama.

Jujur, membanting pintu tadi sore adalah hal konyol pertama yang kulakukan di depan mama. Lalu mengapa harus mama yang minta maaf padaku?

Mama mengusap lembut kepalaku, " Maaf kalau mama terlalu mencampuri urusan pribadi kamu. Maaf kalau mama masih menganggap kamu putri kecil mama yang selalu harus di awasi. Mama hanya takut sesuatu hal buruk menimpa kamu. Mama paham, di usia mu yang semakin matang, kamu merasakan jatuh cinta dengan lawan jenismu. Karena mama juga merasakan apa yang kamu rasakan dulu. Kalau hal itu terjadi pada kamu, mama hanya ingin mengenal lelaki yang mengantar kamu pulang. Bukan dengan cara menurunkan kamu di depan pagar rumah kita. Dan hari ini kamu menolak di jemput oleh pak Anwar? Hanya karena ingin bertemu dengan teman lelaki kamu. Sudah berapa lama kamu mengenalnya sehingga kamu merasa nyaman diantar oleh temanmu itu?"

Aku merenung, ucapan mama itu benar. Kegelisahan orang tua terhadap anak perempuannya.

" Zahra baru saja mengenalnya ma.Gak sengaja tabrakan di toko sepatu. Namanya mas Erik, ma."

Mama terkejut, matanya membulat.

" Baru kenal?" Mama menggelengkan kepalanya.

" Zahra, yang kamu lakukan itu beresiko. Bagaimana kalau dia melakukan hal yang.." mama tampak mengusap wajahnya berkali-kali.

" Mas Erik tidak seperti itu ma.." Aku memotong pembicaraan mama.

" Mas Erik tidak sejahat yang mama dan Putri pikirkan." Bantahku. Entah mengapa hatiku tergerak untuk membela mas Erik didepan mama.

" Putri? Apa yang putri pikirkan sama dengan mama?" Tanya mama penasaran.

" Ma, please! Jangan berpikir buruk tentang mas Erik."

" Oke, kalau ada waktu mama ingin berkenalan dengan mas Erik mu itu."

Mama mengakhiri debat kami malam ini.

Cup! Satu ciuman mendarat di pipiku.

" Selamat tidur gadis kecil mama."

" Selamat tidur juga mama sayang."

Kami pun masuk ke kamar masing-masing.

***********

Tring... Satu pesan masuk.

( Nanti ketemuan yuk!)

Aku menimbang-nimbang permintaan mas Erik. Kalau mengikuti kata hati tentu aku mau bertemu dengannya setiap hari. Tapi mengingat reaksi mama semalam aku perlu berfikir dua kali untuk bertemu kembali dengan mas Erik.

Aku membalas pesan mas Erik, ( Maaf mas, hari ini Zahra gak bisa ketemuan dulu. Ada beberap hal yang mau di urus) kemudian aku memijit tombol send.

( Sebentar saja, please!)

Ia memohon. Belum pernah aku menemui seorang pria yang memang pengen ketemu aku sampai ngebet begini. Apa mas Erik benar-benar cinta sama aku?

( Ya udah mas, kita ketemu di kampus aja ya..)

Aku rasa bertemu di kampus jauh lebih baik.

( Oke, otw)

Aku keluar menuju pintu gerbang kampus.

Tidak menunggu berapa lama mas Erik datang. Ia menyuruhku untuk masuk kedalam mobilnya.

" Apa kabar?" Sapa mas Erik.

" Alhamdulillah baik mas. Oh iya, ada apa mau ketemu Zahra mas?" Tanyaku tanpa basa basi.

Ia terdiam, dari aura wajahnya ada sesuatu yang ingin disampaikan padaku tapi ia seperti meragu.

Di luar dugaanku, mas Erik tiba-tiba saja menggenggam tanganku, " Maaf banget Zahra, sebenarnya mas malu banget mau ngomong sama kamu."

" Malu kenapa mas?" Aku mulai penasaran.

Apa mas Erik akan mengungkapkan perasan padaku?

Kira-kira ada yang tahu gak apa yang akan di sampaikan mas Erik kepada Zahra? Tinggalin jejak di kolom komentar ya.

Terpopuler

Comments

galaxi

galaxi

itulah kesalahan para gadis...saat diingatkan orgtuanya terutama ibunya dia akan merasa terkekang dirumah dibatasi dilarang ini dan itu...pdhl kenyataannya misal ia bener2 salah bergaul dan terjadi apa2 keluargalah yg jd garda terdepan bahkan meskipun harus menanggung malu...dg ulah yg dibikin anak gadisnya...lalu dimanakah letak kesalahan orgtuanya....????dr segi pendidikan sudah diberikam yg terbaik perhatian jg g kurang2 tiba2 anaknya spt mwmbuang kotoran dimuka orgtuanya...klu udh kejadian baru sadar,nangis2,trauma.basi....ingin rasanya ikut nabokin 😂😂eh...koq jd pjg lebar

2023-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!