SUAMIKU TAKDIRKU
Jakarta..
Di sebuah kamar kos berukuran kecil, seorang gadis muda sedang menangis.
Gadis itu duduk bersandar pada ranjangnya, menekuk lutut dengan pandangan kosong menatap ke depan.
Gadis itu bernama Aliya, ia berusia 19 tahun, berasal dari Kota J datang ke Jakarta untuk menempuh pendidikan yang dia inginkan.
Aliya gadis berparas cantik, imut dan polos. Aliya memiliki kekasih yaitu Gilang.
Dan kekasihnya itulah yang membuat Aliya menangis saat ini, Aliya merasa hancur, patah hati terdalam saat Gilang tak mau bertanggung jawab.
Aliya yang sedang menangis itu berulangkali melihat tes pek yang bergaris dua.
"Ayah, maafkan Aliya, Aliya enggak bermaksud mengecewakan Ayah!" tangis Aliya yang semakin terasa sesak.
Aliya mencoba berulang kali untuk menghubungi Gilang, tetapi, Gilang tak mau menerima panggilan itu.
Dan lagi, Aliya datang ke apartemen Gilang. Sesampainya di sana, Gilang membukakan pintu lalu menyeret Aliya untuk masuk.
"Sudah berapa kali gue bilang, hah!" bentak Gilang seraya melepaskan Aliya degan kasar sehingga punggung Aliya membentur dinding ruang tamu apartemen mewah itu.
"Aku hamil, ini anak kamu, aku mau kita bertanggung jawab untuk anak ini!" tangis Aliya seraya menatap Gilang dengan tangan kiri yang mengusap lengan kanannya.
Aliya menatap dengan tatapan memohon, tetapi, Gilang menatap Aliya seolah ingin menikamnya.
"Gugurkan kandungan itu, gue belum siap! Dan lagi... kenapa lo sampai hamil? Udah gue bilang lo KB ya KB!" bentak Gilang seraya mencengkeram mulut Aliya.
Tak ada rasa kasihan dari Gilang saat ini, bahkan, Gilang seolah melupakan malam-malam hangatnya bersama Aliya.
"Gadis bodoh!" bentak Gilang seraya melepaskan kasar Aliya.
Aliya menangis, ia berjongkok seraya memohon di kaki Gilang. Tetapi, Gilang menendang tangan itu. Gilang sudah tak mau mendengar tangisannya lagi.
Lalu, Gilang membukakan pintu apartemennya, ia mengusir Aliya yang sedang hancur sehancur-hancurnya.
Aliya yang patah hati, sakit, terluka dan mungkin akan menanggung malu sendirian itu pun berjalan dengan lemas.
Aliya yang berjalan ke arah lift berada itu tak menghiraukan tatapan orang-orang yang saat ini memperhatikannya.
Aliya berjalan seraya mengusap air matanya.
Aliya memesan ojek online, lalu, kembali ke kosnya.
Sesampainya di kos, Aliya membayar ojek itu dengan uang lebih.
"Ambil saja, Pak. Mungkin ini akan menjadi amal baik terakhir saya!" kata Aliya yang tak mau menatap Bapak ojek tersebut.
"Terimakasih, Neng!" kata Bapak ojek sebelum pergi dan Aliya tak mendengarnya.
Yang didengarnya saat ini adalah bisikan untuk mengakhiri hidupnya.
"Untuk apa aku hidup kalau aku akan mencoreng nama baik keluarga!" batin Aliya.
Aliya kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Edy yang mempercayainya untuk studi di Jakarta.
Edy yang selalu menjaga Aliya sedari kecil itu pasti akan kecewa dan patah hati.
Sekarang, Aliya yang sudah berada di kamar kos itu hanya bisa menangis dengan duduk di lantai.
Aliya mengambil ponselnya di tas kecilnya, ia memandangi foto keluarganya satu persatu.
"Ayah, Ibu. Maafkan Aliya!" kata Aliya seraya menatap foto Ibu dan Ayahnya.
Aliya menangis sampai tertidur.
****
Sementara itu, di sebuah rumah mewah, ada seorang pengusaha sukses, kaya raya, tampan, tetapi sayangnya, ia tak tersentuh oleh cinta dari seorang gadis mana pun karena masa lalunya.
Pria itu adalah Reno, Reno mendapatkan undangan makan siang dari Reka, Bundanya.
Reka menatap Reno yang sedang menikmati hidangannya dan Reno yang merasa diperhatikan itu pun mengangkat kepalanya, pria tampan dengan pesona dinginnya itu tersenyum tipis.
"Kenapa Bunda menatap ku seperti itu?" tanyanya.
Reka pun membalas senyum itu, wanita tua namun tetap elegan dengan potongan rambut pendek sebahu itu mempertanyakan rumor yang belakangan ini beredar dan rumor itu telah sampai ke telinganya.
"Apa benar kamu tidak menyukai perempuan?" Reka menatap Reno, menanti jawaban dari anak satu-satunya.
"Reno menyukai perempuan, kalau tidak, mana mungkin Reno menyukai Bunda!" jawab Reno yang masih menatap Reka. Setelah menjawab, Reno pun kembali menikmati hidangannya yang merupakan empat sehat lima sempurna.
"Bukan itu maksud Bunda!" kata Reka, ia masih memperhatikan putranya.
Reno pun kembali mengangkat kepalanya dan sekarang mengerti apa maksud dari Bundanya.
"Kamu penyuka sesama jenis?" tanya Reka dengan tetap menatap Reno dan kali ini tatapan itu tanpa ekspresi.
Reno pun tertawa, "Hahaha!"
Setelah itu Reno bangun dari duduknya.
"Reno minta, Bunda tidak usah mendengarkan rumor itu, itu hanyalah rumor bodoh!" kata Reno dengan tangan kirinya masuk ke saku celananya.
"Baik, Bunda akan percaya kalau kamu segera menikah, entah dengan pilihan Bunda atau pilihan sendiri!"
Mendengar itu, Reno pun terdiam. Ia tak mengatakan apapun lagi, pria bersetelan jas hitam itu meninggalkan istana mewah Bundanya tanpa permisi.
Reno memilih untuk kembali bekerja sampai larut dengan pikiran penuh dari Reka yang memintanya untuk menikah.
"Menikah... menikah, selalu saja itu permintaan Bunda!" gerutu Reno.
"Bunda, Reno tidak ingin menikah, wanita hanya merepotkan!" Reno masih menggerutu dengan tetap pada pekerjaannya.
Dan kata-kata andalan dari Reka yang sebelumnya pun kini kembali terngiang. "Reno, Bunda sudah tua, Bunda hanya ingin melihat kamu menikah lalu Bunda bisa pergi dengan bahagia!"
"Astaga!" Reno pun berdiri dengan menggebrak mejanya.
"Baiklah, karena itu permintaan Bunda, Reno akan mencari gadis bayaran!" kata Reno seraya mempelajari berkasnya kembali yang menumpuk di meja kerja.
****
Setelah terbangun, ternyata, hari sudah malam.
Aliya sudah tidak lagi memikirkan rasa laparnya.
"Untuk apa makan kalau sebentar lagi aku akan mati!" kata Aliya.
Ia bangun dari duduk dan meninggalkan semua benda miliknya. Aliya keluar dari kos tanpa membawa apa-apa.
Aliya keluar dan berjalan kaki entah akan kemana.
"Sebenarnya, aku bisa saja menggugurkan kandungan ini, tapi aku terlalu rapuh, aku tidak ingin melewati masa sulit ini sendiri! Maka dari itu aku memilih mati saja, aku patah hati sama kamu, Gilang! Kamulah alasan mengapa aku ingin mengakhiri hidup ini!" kata Aliya yang sedang berjalan, terus berjalan sampai akhirnya Aliya menemukan jembatan yang cukup tinggi.
Aliya menatap ke bawah jembatan itu, tinggi dan Aliya sudah tidak memiliki rasa takut untuk saat ini.
Aliya menekan dadanya yang terasa sakit, ucapan Gilang selalu terngiang di telinganya.
"Gugurkan! Dasar gadis bodoh, kenapa sampai hamil?" Sakit sekali rasanya saat kata-kata itu kembali terngiang-ngiang.
"Kamu cuma mau enaknya saja, Gilang!" kata Aliya seraya menaiki pembatas jembatan itu.
Malam yang sepi seakan mendukung aksi Aliya, buktinya tidak ada satupun penghalang sampai seorang pemuda yang mengendarai mobil mewahnya itu berhenti.
Pemilik mobil mewah itu adalah Reno.
Reno masih memperhatikan Aliya dan Reno berpikir kalau dia adalah gadis yang akan menyelamatkannya dari rumor gay-nya.
Bersambung
Jangan lupa like dan komen ya, all. Dukung dengan Votenya juga, ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
mampir lg Thor..
hei Aliya...kl km bunuh diri dosa km mlah 2x lipat lho..
km aja bego jd prempuan...
2023-03-30
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
saling nolong aja lha kalian,aliya kamu emang bodoh sih mau menghakri hidup karena gilang
2023-03-14
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
bundanya juga wanita kali,ngerepotin gak ?
2023-03-14
1