Ara merasa amat terbully saat ini. Ia sudah akan menangis ketakutan, untung saja Sherena datang menghadang keduanya, lantas melerai Ila dan Ara disana.
"Kalian kenapa? Ila?" tatap tajam She pada saudaranya itu.
Ila segera melepas cengkraman tangannya, lalu Ara berjalan cepat meminta perlindunga She untuknya. Ia amat ketakutan saat ini, She merasakan akral Ara amat dingin dibuatnya.
Ila hanya memainkan bibir, beberapa kali mengedikan bahu enggan menjawab pertanyaan She padanya.
"Ara?" tanya She yang beralih pada Ara.
"Itu, Ila maksa aku ketemu kak Breyhan. Aku takut," jawab Ara dengan suaranya yang gemetaran.
"Segitunya kamu takut, Ra. Kakakku bukan hantu loh wey,"
"Iya, tapi kamu ledekin aku mulu Ila," tukasnya.
She yang berada diantara mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka selalu seperti ini ketika mendaoat jalan kelahi satu sama lain, dan Ila yang selalu membuat ara ketakutan padanya. Ia hanya tak ingin selalu diledek seperti itu, amat sangat menakutkan baginya ketika masih terus diledek menjadi istri Breyhan seumur hidupnya, padahal itu sudah berlalu begitu lama.
"Ila.... Lama banget? Udah ditungguin juga," panggil Sean yang akhirnya masuk menghampirinya.
Ia dan Brey sudah menunggu sejak tadi diparkiran, dan justru Brey saat ini menjadi bahan kerumunan para mahasiswi yang ada didepan sana. Maklum saja, karena Brey memang sesekali menajali sesi pemotretan bak seorang model profesional untuk perusahaan Papinya. Begitu juga Ara, tapi Ia jarang menerima job karena ingin fokus dengan kuliahnya.
"Huuuwwww! Dia siapa?" tanya Sean dengan tatapan genitnya pada Ara, yang masih saja bersembunyi dibalik tubuh sang adik.
"Jangan ganggu, Dia kakak iparku." sergah Ila padanya, membuat ara kembali merengek kesal dibuatnya.
Rasanya ia ingin segera berlari amat jauh untuk menghindari mereka semua, tapi itu sulit. Karena hanya mereka yang Ara punya, dan Ia tak memiliki teman lain yang mau sedekat itu padanya. Alasannya, karena Ara itu terlalu manja dan tak asyik untuk pergaulan mereka.
"Oh? Astaga, cantik sekali!" Sean bahkan menutup mulutnya karen takjub dengan kecantikan Ara, tapi Ia sama sekali tak bermaksud meledeknya. Memang ara manis, bertubuh mungil dan berkulit bersih. Jika deitelisik, Ara seperti Mami yang menjadi karakteristik jodoh untuk Brey selama ini. Tapi tidak dari sifat, karena Mami tak semanja itu dibandingkan dirinya.
"Aaah... Udah! Kalian ngeselin banget!" Ara akhirnya kesal dan Ia segera pergi menjauh dari mereka. Ia sama sekali tak ingin atau berniat sama sekali bertemu dengan Kakak Ila selama usianya saat ini.
"Mereka jahat banget godain aku terus. Itu kakak Ila kenapa lagi, kok ngga nikah-nikah juga? Jadinya aku terus yang diledekin sama adeknya." gerutu Ara sepanjang perjalanan yang ada. Bahkan hingga Ia tak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang didepannya tanpa sengaja.
Bughhh! Hantaman kedua tubuh itu cukup keras hingga nyaris saja membuat Ara jatuh ketanah. Untung Brey sigap dan segera meraih tangannya hingga Ara tak semakin tersungkur kebawah.
"Are you okay?" tanya Brey dengan spontan padanya. Ara hanya mengedip-ngedipkan mata, jantungnya kembali berdegup dengan amat kencang hingga rasanya diluar batas normalnya.
"Kamu lagi?"
"Hey cantik, ketemu lagi kita. Kamu kuliah disini juga?" sapa Brey dengan begitu ramahnya.
Ara lantas berusaha tegaj berdiri, lalu merapikan rambut dan tubuhnya. Ia menatap breyhan seolah tak senang, ingin rasanya seger lari agar urusan tak makin panjang. Namun, Brey meraih tangannya kembali.
"Hey! Apaan sih?" geram ara padanya, berusaha melepas genggaman tangan itu. "Dasar Om-Om Me sum!"
"Om? apa aku setua itu bagimu? Usia kita paling hanya terpaut enam atau tujuh tahun," uajr Brey padanya."
"Yang jelas lebih tua, lagian penampilannya juga udah kaya Om om." tukas Ara padanya. Brey segera melepas tangan Ara dan memperhatikan penampilannya sendiri saat ini, apakah ebnar seperti yang ara bilang.
"Kakak!!" pekik Ila dari pintu keluar. Ara dan Brey sontak menoleh bersamaan, mata Ara seketika membulat dengan apa yang ia dengar.
"Dia... Kakak?" celetuk Ara yang seakan tak percaya siapa yang baru saja ia temui didepan mata. Tapi jawaban sudah jelas, ketika Ila datang dan mengecup tangan Pria itu dengan amat mesra.
Jantung Ara menjadi begitu sesak, napasnya terasa berat begitu juga kakinya. Amat berat untuk Ia mencoba melangkah segera dari sana untuk menghindari mereka semua. Hingga She dan sean menyusul dari arah yang sama.
"Lah, kalian udah ketemu?" kaget Ila pada keduanya, Ara hanya berusaha membuang muka tapi sudah tak didukung suasana. Ia bagai maling yang sudah ketangkap basah dan tak bisa lari lagi dari mereka.
"Cieee, ketemu..." ledek Sean pada keduanya. Ara disana hanya tertunduk dengan wajah memerah sseperti kepiting rebus yang baru ditiriskan.
"Dia?" tanya Brey dengan segala keraguan yang Ia miliki.
"Dia istrimu di masa lalu," jawab Sean mendukung kelakuan Ila. Tak perduli meski She semoat mencegahnya kembali meledek mereka.
Brey seketika memusatkan pandangan pada Ara. Ia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki lalu menyeringai menatapnya. Ia bahkan merentangkan tangan ingn memeluk gadis itu dengan segala rasa rindu yang mendera. "Istriku!" ucapnya dengan lantang.
Ara yang sudah syok sejak awal, serasa ingin pingsan dibuatnya. Tapi untung ada She yang segera menangkap tubuhnya, "Ara!" pekik She untuknya.
Mereka semua cemas disana, terutama Breyhan yang amat cemas melihatnya. ia segera meraih gadis itu dan membawanya naik keatas mobil untuk dan mereka beri minum agar sembuh dari syoknya. Untungnya Ara tak terlalu parah hingga Ia segera membuka mata.
"Kak Brey?" tatap Ara padanya, ia masih amat canggung dan takut-takut untuk menyebutkan nama itu dengan bibirnya.
"Ya Ara?" jawab Breyhan padanya dengan amat serius dan penuh perhatian. Tapi Ara justru menangis dibuatnya dan air mata tumpah seketika.
"Bisa ngga sih jangan bilang ara istri Kakak lagi? Kita kan nikahnya cuma mainan loh, ngga beneran. Kenapa jadi pada serius begini sih?"
"Karena bagiku, kita belum cerai. Jadi, Kamu masih jadi istriku hingga saat ini. Bagaimana? Mau jadi istri beneran?"
Ara lantas kembali pingsan mendengar ajakan itu dari Breyhan.
"Ya, pingsan lagi." ucap Sean..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Isayanti Hernanur
hahahaha pingsan je terus
2023-10-22
1
Taufan Kamilah
berarti aku dan pasangan dulu belum cerai ya .lha gimana ini aku skrng udah menikah...yuk baca juga Terikat Mumtaz dan Kamu Yang Aku Mau by Taufan kamilah ❤️🥰
2023-10-09
0
Nani Haryati
jahil jg ternyata 🤭😁
2023-10-09
0