Terjerat Murid Vampir

Terjerat Murid Vampir

Pemuda Bermata Merah

Skotlandia, 2023.

Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, tetapi hal itu tidak menunjukan adanya tanda-tanda kelas ini akan hening. Semua siswa yang ada di dalam terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga suasana di sana sangat ramai seperti pasar.

Hingga...

Terdengar suara yang berasal dari pintu kelas yang terbuka, dan sebuah penggaris kayu yang dipukulkan ke papan tulis.

"Hei-hei kalian ini! Apa kalian pikir masih bisa main-main ketika kelas dimulai? Bel sudah berbunyi sejak tadi, cepat duduk!"

Seorang wanita dengan rambut yang dibiarkan terikat rapi dan kacamata tebal datang memasuki ruang kelas. Semua murid tahu, namanya Zeline Hallensa. Guru muda mata pelajaran matematika yang berusia dua puluh enam tahun.

"Kau yang di baris ketiga, kursimu diputar lima belas derajat ke kanan! Dan pakaianmu! Ada apa dengan dasimu! Perbaiki itu! Dan kau! Aku bilang jangan letakkan botol minum di dekat jendela! Berkonsentrasi pada studi kalian!"

Para murid serentak menjawab, "Y-ya, Miss. Zeline..."

Seperti biasa, sebelum memulai mengajar Zeline memperhatikan murid-muridnya sampai semuanya diam dan tenang. Semua murid berwajah tegang karena dia benar-benar sangat pemarah. Guru super killer.

Ck, Guru Matematika mulai lagi.

Menyebalkan sekali.

Wanita itu benar-benar sedang marah, mungkin dia sedang datang bulan atau semacamnya.

Bagaimana dia bisa menikah jika selalu marah-marah seperti itu.

Semua pria pasti ketakutan dibuatnya.

Aku sedang tidak ingin belajar! Kenapa dia tidak mati saj──

Sebuah kapur mendarat tepat pada kening seorang siswa.

"Akh!"

"Diam! Bukankah aku sudah memberitahu supaya tidak berbicara di kelas!" omel Zeline dengan meledak-ledak, rasa sabarnya sudah naik ke ubun-ubun.

"Ta-tapi aku tidak berbicara," protes siswa itu bingung, menelan saliva karena takut dengan sang guru killer.

Zeline menaikkan kacamatanya dengan jari telunjuk, "Tahu 'kan, apa hukumannya?"

Siswa itu menganggu, tidak bersuara lagi. Terlalu menakutkan untuk kembali protes. Dia sudah mengerti sekali bagaimana guru killer itu dengan cerdiknya memberi hukuman yang membuat murid kapok.

Me-menakutkan... Apa guru matematika bisa mendengar pikiran? Aku tidak akan mengumpatnya di dalam hati lagi, pikir siswa itu takut-takut.

Bibir mungil yang dipoles lipstik merah muda tersenyum tipis.

Pernahkah salah satu dari kalian berpikir untuk bisa mendengar pikiran? Jika kalian memiliki kemampuan super itu pasti akan merasa keren karena dapat mengintip isi kepala semua orang, mengetahui jawaban ulangan, dan mengetahui banyak rahasia lainnya.

Pasti kebanyakan orang menganggap seseorang yang dapat membaca pikiran di luar nalar, mengingat dunia yang ditinggali adalah realita, bukan dunia imajinasi yang bisa dikarang sesuka hati.

Aneh, bukan?

Namun siapa sangka, bahwa Zeline benar-benar memiliki kemampuan mendengar pikiran. Dia tidak harus menatap lawan bicaranya untuk mengetahui isi hatinya mereka. Semua isi kepala orang yang berada dalam jangkauannya, semua cemoohan, semua kegembiraan, semua kebencian, semua kesediaan mereka seolah-olah berbisik di telinganya.

Di saat yang bersamaan, hal yang dianggap luar biasa ini, Zeline terkesan biasa saja dan juga sering kali risih sendiri.

Mengapa demikian? karena Zeline tidak hanya bisa mendengar pikiran baik, tapi juga bisa mendengar pikiran buruk. Yang dapat menyakiti hatinya.

Jadi jika kalian bisa mendengar pikiran seseorang. Kalian pasti bisa mengetahui segala hal buruk juga.

Dan Zeline merasa kesulitan dengan pengetahuan itu.

"Benar-benar tidak nyaman," gumam Zeline dengan menghela napas.

Ding Dong

Tidak terasa, bel berakhirnya pelajaran berbunyi nyaring. Waktu yang ditunggu para murid setelah berkutat dengan rumus matematika yang membuat pusing.

"Baiklah, kita akhiri pembelajaran hari ini. Silakan istirahat," ucap Zeline sebelum beranjak keluar kelas. Dia sempat mendengar betapa gembiranya para murid setelahnya.

Ketika berjalan menyelusuri koridor sekolah, Zeline berpikir apa yang membuat murid-muridnya bahagia.

Pacaran?

Dia tidak tertarik.

Para pria yang ditemuinya sejauh ini, semuanya memiliki kesamaan. Begitu menjijikan dan cukup membuat merinding dengan segala pikiran mesum. Jangan heran jika Zeline belum pernah berkencan dengan siapapun selama ini.

Wanita itu seolah-olah sedang berjalan di garis yang bagus, karena dia hanya perduli dengan hidupnya.

Dugh. Suara dentuman bahu dan kepala terdengar cukup keras. Zeline tidak sengaja menabrak seseorang karena terlalu berkutat dengan pikirannya. Buku-buku yang dipegangnya terjatuh.

Aduh, kepalaku sakit. Apa aku menabrak tembok?

Zeline mengusap keningnya yang terasa sakit, lalu dengan cepat mendongak.

"Maafkan aku."

Zeline membeku detik itu juga. Hal yang pertama kali dia lihat adalah manik berwarna merah menyala yang menatapnya tajam, milik seorang pemuda tinggi dengan rambut hitam tebal.

"Sial," desis pemuda itu, lalu pergi begitu saja.

Zeline masih terdiam, mulutnya ternganga karena apa yang dikatakan pemuda itu. Dan semakin dibuat terkejut dengan isi pikiran yang didengarnya.

Lapar, lapar, lapar.

Aku butuh darah.

Aku ingin minum darah.

Harus mengigit seseorang.

Zeline langsung berbalik untuk melihat pemuda itu, tapi sudah tidak terlihat lagi. Dia merasa bulu kuduknya meremang, jantungnya pun ikut berpacu makin kencang.

"Si-siapa dia? Pikiran menyeramkan apa tadi?" gumam Zeline dengan wajah yang memucat.

Sontak Zeline mengambil buku-bukunya yang terjatuh di lantai koridor, secara impulsif dia mengikuti pemuda itu.

Meskipun takut namun Zeline memberanikan diri. Dirinya tidak mungkin membiarkan orang yang berbahaya berkeliaran di sekolah.

Lapar. Darah. Darah.

Kembali mendengar pikiran yang membuatnya merinding. Zeline melihat si pemuda berambut hitam yang berbelok di ujung koridor.

"...line!"

"Miss. Zeline!"

Zeline melemparkan pandangan pada seseorang yang memanggilnya. Langkahnya berhenti.

"Aku tidak akan bermain ponsel lagi saat belajar. Kembalikan ponselku, Miss," ujar seorang siswi yang mengejar Zeline untuk meminta ponsel yang telah disita.

"Aku akan mengembalikan ponselmu ketika orang tuamu datang," Zeline berucap tegas.

Ayolah, ini bukan saatnya untuk berurusan dengan murid bandel.

"Kembalikan ponselku!" siswi itu menaikan nada suaranya.

Dahi Zeline mengeryit. Menghadapi murid yang keras kepala memang membutuhkan kesabaran. Sabar adalah kunci utama yang dipegang oleh guru.

"Tidak. Kau tahu sendiri, bukan? Untuk membawa ponsel ke sekolah saja dilarang."

"Tapi itu ponsel mahal. Bagaimana jika ponselku rusak atau hilang? Kau tidak mungkin bisa menggantinya meski dengan gajimu!"

Guru Matematika bangsat. Dia kira, dia siapa?

Namun, ada kalanya seorang guru tidak sabar dengan murid yang tidak mempunyai sopan santun.

Ok, lupakan pemuda bermata merah, ada sesuatu yang lebih penting sekarang.

**

Hari ini adalah hari Kamis, cuacanya nampak cerah.

Zeline memasuki ruang guru dengan langkah gontai, dan langsung menyadarkan punggungnya pada kursi. Terdengar helaan napas. Lelah.

"Kau terlihat lelah," tukas seorang wanita berambut pendek, guru sastra yang seumuran Zeline──Jenifer Miskha.

Dia adalah teman sekelas Zeline di kampus. Keduanya telah berteman selama bertahun-tahun dan merupakan rekan seperjuangan dengan cita-cita akademis yang sama.

"Tidak ada hari aku tidak lelah," jawab Zeline sambil memijit pangkal hidungnya, agak pening.

"Kupikir itu akan menjadi cara terbaik mengatur suasana hati. Kamu tahu, seperti berkencan?" ujar Jenifer memberi solusi.

Zeline menghela napas yang kedua kalinya, "Tidak membantu sama sekali."

Jenifer tersenyum dan menggelengkan kepala beberapa kali, "Kau salah. Bagaimana bisa kau berkata tidak jika belum pernah berkencan?"

Memilih tidak menjawab. Zeline memutar bola mata. Ayolah, dia lelah bukan karena membutuhkan pelukan dari seorang pria. Bosan saja, ketika semua orang mengatakan dia harus berkencan.

Seperti aku akan mati saja jika tidak berkencan, gerutu Zeline di dalam hati.

"Miss. Zeline, hari ini ada murid baru di kelasmu. Aku melihatnya di ruang wakil kepala sekolah," ucap guru lain.

"Ya, sebelumnya aku sudah diberitahu," sahut Zeline seraya mengeluarkan buku materi mengajarnya, bersiap-siap karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

Murid baru pada awal tahun kedua? Namun, ini sudah dua bulan sejak semester baru dimulai. Pasti dia akan mengalami kesulitan bergaul dengan murid lainnya. Anak-anak cenderung sudah membentuk kelompok. Sepertinya Zeline harus lebih memperhatikan murid baru itu.

Knock Knock

Bunyi pintu yang diketuk menginterupsi. Lalu terdengar suara berat seorang laki-laki dari arah pintu masuk. Zeline memiliki firasat buruk untuk sesuatu.

"Permisi, apa ada Miss. Zeline?"

Dan saat mendengar namanya dipanggil, firasat buruk itu datang kepada Zeline dengan rasa realitas mendalam. Dia bangkit dari kursi, beranjak menghampiri seseorang yang datang mencarinya.

Terlihat seorang pemuda tinggi yang memakai seragam sekolah musim panas sedang tersenyum. Pemuda itu memiliki rambut hitam tebal, dahi yang kecil, mata yang menyipit karena tersenyum, hidung mancung, dan bibir tipis yang melengkung.

"Saya Athlas Aldridge, murid baru."

Sontak kedua mata Zeline terbelalak.

Dia, pemuda bermata merah yang kemarin.

_To Be Continued_

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat

2023-03-26

0

Ddek Aish

Ddek Aish

mampir thor

2023-02-28

0

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Aku mampir ...♥️

2023-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!