Mobil melaju dengan kencang pada jalan satu arah. Jalan yang sepi dengan temperaman lampu kota yang tidak begitu terang membuat keduanya semakin terlihat senyap.
"Tolong sampaikan pada Om Hans ucapan terima kasihku." ucap Kirey saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan rumahnya.
"Hmmm... " sambut Alex dengan deheman. Cowok itu pun terasa enggan untuk mau melihat gadis yang saat ini bersiap turun dari mobilnya.
Gadis bertubuh tinggi semampai itu hanya mendesah menatap kepergian mobil yang dikemudikan Alex. Entah, apa yang disukainya pada sosok Alex sejak dari dulu? Sekali lagi dia belum menemukan jawabannya.
Gadis itu pun berjalan masuk ketika seorang security membukakan pintu rumahnya.
"Kenapa nggak dianter masuk saja, Mbak? Apa saya antar dengan motor?" tawar lelaki yang berumur empat puluh tahunan.
"Nggak usah, Pak. Sekali- kali jalan juga, anggap saja sedang olahraga." tolak Kirey kemudian mulai melangkah menelusuri halaman yang lumayan luas itu.
Sebelum membuka pintu, Kirey mengusap peluh di dahinya, ternyata berjalan masuk ke rumah membuat dirinya sangat lelah. Nafasnya pun terdengar ngos-ngosan.
"Ternyata semua ini efek aku nggak pernah olahraga." gumam Kirey dengan membuka pintu utama rumah besar itu.
"Mama..." Gadis yang baru saja memasuki rumah itu tersentak kaget. Dia tidak mengira jika mamanya sudah berada di dalam rumah karena kemarin Papa Rey bilang jika lusa baru akan pulang dari Jerman.
"Dari mana kamu, Key? Jika kamu sering pulang larut, mending kamu langsung Mama nikahkan saja." ujar Kyara pada putrinya yang masih berdiri dengan wajah cemberut.
Nikah.
Nikah. Selalu saja yang dibahas Kyara saat berhadapan dengan Kirey. Wanita berumur mendekati lima puluhan itu merasa kesal.
Kyara bukannya tidak percaya dengan putrinya. Dia hanya tidak suka Kirey terlalu gila kerja. Bahkan, Kyara tidak pernah tahu cowok yang sedang ditaksir putrinya atau yang sedang mendekati putrinya.
Kyara merasa putrinya terlalu menutup diri dari lawan jenis. Hal itu yang membuat salah satu alasan Kyara berniat menjodohkan Kirey dengan Alexander.
"Apa yang kamu kejar, Key? Kamu mau jadi perawan tua?" Pertanyaan Kyara membuat Kirey merasa kesal.
"Kyrei habis datang di acara empat bulanan Hanum." jawab Kyrei berusaha meredakan omelan mamanya.
"Ya ampun, Key. Hanum saja sudah mau punya dua anak. Kamu...? Pacar saja belum punya." Bukannya mereda, omelan Kyara malah menjadi.
"Mama, aku sama Hanum masih tua Hanum." bantah Kirey.
"Hanya dua tahun, itu artinya kalian seumuran." Kyara tak mau kalah. Dia terus saja mendesak Kirey hingga gadis itu meninggalkan mamanya dengan menghentakkan langkah kaki.
"Key, Mama belum selesai ngomong!"
"Kamu belum tahu rasanya punya putri yang sudah berumur." teriak Kyara cukup menggema memenuhi seluruh ruangan yang cukup mewah itu.
Di teras samping, Reyhan hanya menggelengkan kepala mendengar teriakan istrinya. Dia tak habis pikir dengan pikiran Kyara, wanita yang biasanya cukup rasional kini mendadak harus emosional karena kecemasan akan status putrinya.
Kirey membuka pintu kamarnya, dengan langkah malas, dia menghampiri tempat tidur yang setia menemaninya saat merasa lelah.
Gadis yang sudah membuka jilbabnya itu pun merebahkan tubuh di kasur empuk berlapis sprei bernuansa floral.
Tekanan Kyara membuat Kirey merasa sedikit sesak. Bagaimana pun keinginan orang tuanya yang ingin menjodohkannya sangat mengganggu ketenangannya.
"Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" keluh Kirey. Dunia ini rasanya cukup sempit untuk bisa menemukan pengganti Alexander di hatinya.
Alexander. Dia juga tidak tahu, kenapa cowok itu bertahta begitu kuat dalam hatinya. Beberapa tahun mendapatkan sikap dinginnya tapi cintanya tak juga pupus. Tapi, kenyatannya lelaki itu sepertinya enggan untuk di jodohkan dengannya.
Sudut matanya pun mengembun mengingat perasaan sakit yang selalu ditorehkan cowok itu.
"Kenapa aku mudah jatuh cinta tapi tidak mudah melupakanmu, Kak!" gumam Kirey. Kadang dia kesal sendiri dengan hatinya.
Pertama kalinya dia jatuh cinta pada Alexander pada saat cowok itu menggendong dan mengobati luka di lututnya.
Flash Back.
"Kak Alex, Key jatuh! Dia menangis terus." teriak Hanum kecil sambil berlari menghampiri kakaknya yang masih mendrible bola basket.
Alex dan Hanum kini berlari menghampiri gadis berkepang dua yang terlihat menangis sesenggukan dengan memegangi lututnya yang berdarah.
"Ayo kita obati, di dalam." ajak Alex.
"Kak Alexa gendong, yuk!" bujuk Alexander. Di rumah sedang tidak ada siapapun. Hans dan Zoya sedang menghadiri resepsi pernikahan dari putri rekan kerja Hans.
Kirey yang hanya menangis terus menerusmembuat Alexander berinisiatif untuk menggendongnya masuk ke dalam.
Cowok bertubuh lebih tinggi dari anak seusianya itu pun menggendong Kyrei di punggungnya. Alex meletakkan Kyrei di sofa ruang tengah. Kemudian, mengambil kotak obat yang terletak di dekat dapur.
"Jangan nangis terus dong, Key!" pinta Hanum yang kurang sabar mendengar tangisan Kyrei.
"Biarkan saja, Num. Mungkin lukanya masih perih!" sahut Alexander saat melihat wajah sewot kembarannya itu.
Dengan telaten Alexander mengobati luka Kyrei. Sesekali gadis kecil itu menatap Alex dengan penuh kekaguman. Bahkan, isakannya mulai terdengar lirih setelah Alex selesai mengobatinya.
Flash On
Kyrei tersenyum tipis. Dia merasa konyol, hanya sekali saja Alexander bersikap perhatian padanya, semua mampu menyita seluruh perasaannya hingga saat ini.
"Seharusnya itu hanya cinta monyet." gumam Kyrei selalu ingin mengelakkan perasaannya. Tapi, tetap saja itu tak semudah cara kerja otaknya yang berfikir logis.
Benda pipih yang ada di dalam tasnya terus berbunyi. Mau tidak mau Kirey beranjak untuk mengambil ponselnya.
"Ting... " sebuah notifikasi menyusul panggilan yang tak terjawab.
['Sudah sampai rumah, Key]
Kirey kini membaca pesan yang dikirim oleh Ken. Gadis itu menyadari jika lelaki yang kini mengurus usaha tambang itu sedang mendekatinya.
[ Aku sudah di rumah, Kak]
Kirey membalas pesan Kennan. Kemudian, dia memutuskan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melakukan ritual perempuan sebelum tidur.
###
Pagi-pagi sekali Alex sudah rapi dengan kemeja kerja. Masih seperti biasanya, lelaki yang terlihat pendiam itu menghampiri meja makan untuk mencari kopi yang biasanya sudah dibuatkan Zoya untuknya.
"Loh, Mama mana, Pa?" tanya Alex saat tidak melihat kehadiran Zoya.
"Mama lagi nggak enak badan." jawab Hans dengan menyesap kopinya. Kemudian kembali membaca berita yang kini lagi viral.
"Mama sakit apa? Jangan-jangan kecapekan karena acara Hanum kemarin, Pa?." tanya Alex yang kini duduk. di depan papanya.
"Mama ingin kamu menikah dengan Key. Tapi, tidak berani memaksamu. Jadi tertekan sendiri." jelas Hans dengan opininya sendiri. Dia sendiri juga ingin putranya yang dirasa cukup umur itu segera menikah.
"Jangan- jangan Mama hamil lagi!" celetuk Alex dengan wajah datarnya. Pria itu tidak peduli dengan pelototan mata papanya.
"Benar kata Hanum jika kamu sangat menyebalkan." balas Hans.
"Sama seperti Papa."
Mendengar jawab Putranya Hans hanya mendesah. Lelaki itu tidak menyangka jika kini ada yang menyaingi keusilannya.
"Maaf, Pa. Alex sarapan di luar." Setelah menghabiskan secangkir kopi- nya Alex pamit dan beranjak dari duduknya.
"Lex... " panggil Hans menghentikan langkah putranya.
"Papa serius, cepatlah menikah! Mama sedih memikirkan situasi ini." ujar Hans dengan wajah serius.
Alex menatap papanya untuk meminta penjelasan. Menikah? Dia sendiri belum memikirkan itu, apalagi dengan gadis manja yang cukup menyebalkan seperti Kirey.
"Papa kasih waktu hingga dua bulan." tegas Hans. Alex sangat hafal papanya jika sudah seperti ini, Hans pasti akan serius dengan ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Nendah Wenda
penyesalan gak bakal datang di depan Lex key jadi milik orang baru tau rasa
2024-01-28
0
Sri Sri
aku sedih klw jadi key cinta tak berbalas, buat alex nyesel udah nolak key
2023-12-31
2
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
sadar dirilah papa hans
2023-02-07
0