Alexa lumayan penasaran dengan keadaan sekolah mereka karena dia sudah lama tidak melihat sekolahnya lagi.
“Truss.. gimana sama temen-temen sekelas kita? masih lengkap?”. Tanya Alexa. “Oh iya, Sinta udah gak ada..” Tiba-tiba dia teringat hal itu kembali.
Evan mengangkat tangannya yang memegang sendok dengan isi nasi dan lauk.
Dia mengarahkan sendok itu ke mulut Alexa dan Alexa pun langsung menganga itu memakan nasi itu.
“Sekarang prioritas kamu sembuh dulu, okay?”. Evan mengelus kepala Alexa lembut lalu mencium kening kekasihnya itu dan tersenyum.
“Kamu gak selingkuh 'kan di luar?”. Tanya Alexa yang sering merasa was-was kepada Evan yang semakin hari semakin tampan dan juga dia semakin pintar membuat Alexa ngeblush.
“Kamu cemburu?”. Tanya Evan dengan senyum penuh selidik dan berharap jika nanti Alexa akan menjawab ya.
“Dih! enggak ah, siapa juga yang mau cemburu, itu sih terserah kamu nya aja!”. Alexa berbohong, sebenarnya dia memang merasa tak suka jika Evan dekat-dekat dengan siapa saja.
Tapi dia belum bisa memastikan apakah Evan dekat-dekat dengan orang di luar sana atau itu hanya over thinking nya saja akibat was-was karena Evan yang tampan.
Alexa ingin mengatakan jika dia memang akan cemburu jika itu benar-benar terjadi, tapi egois sagitarius nya lebih menang walau terkadang Alexa suka asal ceplos.
Evan tersenyum lalu menaruh piring yang dia pegang di atas nakas.
Evan mengulurkan tangannya dan memeluk erat Alexa.
“Aku gak akan pernah selingkuh dari kamu, aku udah cukup punya kamu yang paket lengkap ini”. Walau itu hanya candaan saja, tapi itu adalah kenyataan di depan mata.
“Emang aku makanan gitu apa di samain sama paket lengkap!”. Alexa mendorong Evan pelan menjauh dari tubuhnya.
Evan tertawa pelan lalu kembali mencium kening Alexa.
“Kenapa sayang?”. Tanya Evan di saat dia menyadari kalau Alexa sedang menatapnya tajam.
Alexa membuang muka. “Gapapa”. Jawabnya singkat.
Alexa melihat ke arah kasurnya dan tak sengaja melihat headset yang tertimpah oleh bantal di ujung kasur.
Alexa penasaran, dia langsung mengambil headset tersebut.
“Punya siapa?”. Tanya Evan karena selama ini dia tahu kalau Alexa tidak bermain ponsel apa lagi hingga memiliki headset
“Gak tau”. Jawabnya singkat dan kemudian dia hanya memiliki satu kemungkinan.
Tentu saja.
Kemungkinan Alexa sangat pas dan benar, itu adalah milik Sinta karena hanya Sinta lah orang yang satu-satunya tidur bersama dirinya.
“Ini punya Sinta..” Jawabnya lirih sembari menatap sayup headset tersebut.
Evan merasa sedih di saat melihat raut wajah Alexa yang sepeti itu.
“Sayang, kamu jangan sedih, okay. Aku yakin Sinta juga pasti gak mau ngeliat kamu sedih terus begini”. Evan menumpukkan wajahnya di pundak Alexa.
Alexa hanya menjawab perkataan Evan dengan deheman saja.
Lalu dia berdiri dan turun dari atas kasur miliknya.
“Aku gak sedih kok”. Gumam Alexa di saat dia berjalan perlahan menuju balkon.
Evan memiringkan kepalanya, bingung di saat Alexa membuka pintu balkon dan keluar ke sana.
“Lexa tunggu!”. Evan merasa khawatir dan langsung mengejar Alexa.
“Aku bener-bener gak sedih..” Ujarnya lagi lirih sembari melihat matahari yang terbenam berwarna oren.
“Lexa kamu mau ngapain?!”. Evan langsung menarik lengan Alexa karena dia merasa khawatir dan tak ingin apa yang ada di pikirannya itu terjadi.
“Hah?”. Alexa bingung. “Aku cuman mau liat matahari..” Jawabnya sembari menunjuk ke matahari mengunakan tangan satunya. “Udah lama aku gak ngeliat matahari dan bulan, padahal dulu aku suka banget ngeliat bulan dan bintang, tapi sekarang aku takut sama malam”. Alexa tersenyum miris sembari tangannya mengelus pembatas balkon.
Evan langsung menarik Alexa ke dalam pelukan nya dan memeluk Alexa erat-erat seakan jika terjadi apa-apa Evan tak pernah mengizinkan Alexa pergi begitu saja.
“Bukannya udah aku bilang? sekarang prioritas kamu tuh sembuh, bukan kamu harus mikir takut malam, bintang, bulan atau apa lah!”.
Alexa tahu itu, dia juga ingin cepat sembuh dan melupakan semua ini lalu mengikhlaskan kepergian Sinta, tapi hati kecilnya menolak untuk hal itu.
“Makasih yah..” Alexa membalas pelukan dari Evan. “Makasih karena kamu selalu sabar ngejaga aku”. Sambungnya dan menyembunyikan wajahnya dalam.
Alexa tak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya jika saja Evan tak datang dan menawarkan perjanjian itu kepada dirinya.
“Yaudah, mending kita masuk aja ke dalem, bentar lagi mau malem lohh..” Evan menarik lengan Alexa kembali masuk ke dalam dan Alexa tentu saja langsung mengikuti langkah Evan.
Tapi, tanpa Evan sadari ternyata ada hal lain yang Alexa lakukan di balkon itu.
Headset yang tadi dia pegang kini sudah dia campakkan dari balkon, dia berharap ada seseorang di bawah yang memungut, membuang atau membawanya pergi dari sana agar dia tak melihat barang itu lagi di kamar atau rumah ini.
“Udah kenyang..” Ucap Alexa di saat Evan menyodorkan sendok yang berisi nasi dan lauk.
“Ayok makan lagi, kamu baru makna sikit loh”. Evan menolak penolakan yang Alexa lontarkan.
“Tapi, aku gak selera makan”.
Alexa membuat ekspentasi menyedihkan sembari menepuk-nepuk perutnya pelan.
“Kamu mau makan apa?”. Tanya Evan penasaran.
“Em.. kalau begitu beliin aku bubur ayam aja”. Jawab Alexa sembari tersenyum. “Cepet yah jangan lama-lama karena takut anak nya ngences”. Ujar Alexa dengan nada dan perkataan bercanda.
Tak..
Evan menyelentik kening Alexa hingga membuat gadis itu meringis.
“Siapa yang ngajarin ngomong begitu, hah?”. Tanya Evan, dia tak suka di saat Alexa mengatakan hal seperti itu karena dia tak pernah melakukan itu dengan Alexa, dan jika ada yang tahu tentu saja bisa menyebabkan salah paham.
“Gak ada, aku lupa tau dari siapa”. Jawab Alexa.
Dia benar-benar lupa siapa yang dia dengar mengucapkan kalimat itu, tapi yang pasti kalimat itu di ucapan oleh orang yang benar-benar hamil di depan matanya dan dia sedang meminta makanan dengan suaminya.
“Udah kamu buruan sana beli! katanya mau beliin aku makanan, nanti aku balik gak selera makan apa-apa lohh..” Alexa mendorong tubuh Evan agar dia berdiri dari kasur milik Alexa.
“Ya, yahh.. tunggu setengah atau satu jam paling lama, nanti aku balik bawa bubur kayak yang kamu minta”.
Evan berjalan menuju pintu keluar kamar setelah mengambil jaket, handphone dan kunci motonya.
“Makasih!”. Teriak Alexa sebelum Evan keluar dari kamarnya.
Evan hanya mengacungkan jari jempolnya saja tanpa melihat ke arah Alexa.
Evan langsung menutup pintu kamar di saat dia sudah keluar dari sana dan Alexa pun kembali merebahkan dirinya di atas kasur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
ᥫ᭡ Punꫝ፝֟m࿐
/Menghela nafas
2023-01-30
0
ᥫ᭡ Punꫝ፝֟m࿐
haduhhhhh😑
2023-01-30
0