Beratnya cobaan hidup yang harus dilalui Anggita, membuat ia tidak bisa mengendalikan perusahaan dan bisnisnya lagi, karena waktu dan tenaganya sudah terkuras hanya untuk mengurus anak dan cucu bahkan suami yang ikut menyusul sakit, Anggita lebih memilih harta dan bisnisnya habis daripada kehilangan orang-orang yang ia sayangi, ditambah lagi dengan orang-orang kepercayaan Aditama yang mengkhianatinya mengambil kesempatan atas penderitaan mereka, hal ini yang menyebabkan hancurnya kejayaan Aditama Lukman dengan cepat.
Pada saat Aditama jaya, mereka lebih mendidik Nia Devira pada kemewahan dan tanpa mereka sadari hal itu justru memanjakan sang putri, untuk Mutiara, Anggita benar-benar mendidik cucunya dengan kemandirian, kerja keras, pantang menyerah, tidak boleh mengharap belas kasih orang lain ataupun bergantung kepada orang lain selagi tubuh mereka masih sehat dan bugar, Anggita belajar dari kesalahan sebelumnya, mungkin ia gagal menjadi seorang ibu namun ia tidak ingin gagal menjadi seorang nenek (Oma), begitu prinsip wanita hebat itu.
*
Setiap hari Mutiara harus bekerja keras agar terus bisa melangsungkan kehidupan mereka, sejak kuliah bahkan sampai selesai kuliah, Mutiara sudah mulai merintis bisnis berdagang sendiri seperti pakaian, kebutuhan sembako dari pasar ke pasar, alat-alat rumah tangga dan apa saja yang bisa ia jual sehingga mengahasilkan uang, namun sedihnya, setiap usaha yang ia lakukan selalu saja menuai kegagalan, begitu sulit untuk bangkit dan maju, sementara kebutuhan hidup mereka cukuplah besar, untuk mengatasi semua itu, Aditama dan Anggita terpaksa harus menjual satu per satu aset mahal yang pernah mereka miliki.
Mutiara tidak pernah putus asa, pagi-pagi sekali ia sudah berangkat ke pasar dan mulai menjual dagangannya secara online dan dor to dor agar mendapatkan hasil yang maksimal, mental keras gadis malang itu benar-benar sudah ditempa hebat, karena tidak semua anak muda seperti Mutiara mampu berdagang menemui semua karakter manusia di tengah-tengahnya keramaian, tanpa ada rasa malu dan takut di dalam pikirannya.
"Mutiara hatiku...oh Tiara, gadis cantikku, pujaan hatiku!" ucapan centil beberapa para pemuda di pasar yang suka dan sering menggodanya.
"Tiara, kamu enggak pantas berada di pasar begini sayang, lebih baik di rumah aja gih, jadi istri Abang."
"Awas...awas...awas, Jhon Lo kagak takut, Ntar diamuk sama ibu yang gila... Ahahahaha!" seruan dan tawa ejekan mereka yang begitu anggap remeh dengan kehidupan Mutiara.
Begitulah perlakuan-perlakuan jahil mereka pada Tiara, namun gadis itu hanya tersenyum tipis sudah biasa menerima, celotehan-celotehan bully an dari orang-orang yang berada disekitarnya.
Banyak lelaki yang sebenarnya tertarik dengan kecantikan Mutiara namun selalu mundur saat melihat kondisi kehidupannya yang pilu, seolah-olah tidak ingin ikut memikul beban keluarganya, meski sudah berusia 23 tahun, Mutiara tidak pernah sekalipun menjalin kisah percintaan dengan pria dan ia juga tidak berminat, ia percaya tidak akan ada pria yang mau menerima kondisi keluarganya seperti itu, karena dirinya sadar, jika kehidupannya tidaklah seberuntung gadis-gadis di luar sana. Mutiara sudah ikhlas dengan kondisi kehidupannya bahkan sudah bisa menerima jika suatu waktu ia harus menjadi perawan tua demi merawat keluarganya.
Sebagai manusia yang rapuh, Mutiara juga sering sekali menangisi nasibnya, ia begitu lelah, karena belum juga menemukan titik terang dari gelapnya perjalanan kehidupan, badai hitam itu begitu kuat mengepung dirinya. Hampir setiap malam gadis muda itu bersujud mendoakan ibunya dengan penuh lelehan airmata, berharap ada keajaiban besar dari sang ilahi agar kejiwaan ibunya kembali sembuh, meskipun semua dokter sudah menyatakan jika gangguan kejiwaan yang dialami oleh Nia Devira tidak bisa lagi kembali normal, usaha mereka hanya sebatas Nia sudah tidak lagi membahayakan untuk manusia lainnya.
Respon orang-orang di sekitar mereka bermacam ragam ada yang terus mendukung Mutiara, iba, selalu memberi semangat ada pula yang tega mem-bully nya, tergantung dari kebersihan hati manusia itu sendiri.
Tidak ada pilihan lagi bagi sosok Mutiara selain bertahan dan tetap menjalani hidupnya dengan semangat perjuangan, ia sadar jika dirinya jatuh dan lemah maka semua akan hancur dan tenggelam, Mutiara sebagai penopang terkuat di keluarga Aditama.
"Ya Allah, Berikanlah kesembuhan kepada ibuku, aku percaya, tidak ada yang mustahil bagimu, semua bisa terjadi jika Engkau telah berkehendak, aku hanya minta itu saja yah Allah, tidak ada yang lain, Jika Engkau sudah takdirkan aku tidak memiliki seorang Ayah, maka izinkanlah aku memiliki ibu yang normal, yang benar-benar menyayangi dan mencintaiku!" lelehan airmata itu mengalir deras dikedua pipi Mutiara.
Mutiara menggantikan Neneknya yang sudah tua untuk memandikan ibunya setiap hari, mulai mencuci rambutnya, memakaikan pakaian yang bagus, membersihkan kotorannya, menyuapi makan layaknya sedang mengurus balita 1-3 tahun, di waktu senggang, gadis itu juga mengajak ibunya bermain serta membawa nenek dan kakeknya jalan-jalan berkeliling dengan mobil, sampai ia mendapatkan gelar si perawat panti jompo, bagi Mutiara apapun penilaian orang lain ia tidak ingin ambil pusing, karena kebahagiaan dirinya hanyalah bersama orang-orang yang sangat menyayangi dia.
Mutiara juga memiliki rasa iri saat menemukan dimana saja pemandangan seorang ibu yang sedang memeluk, mencintai dan berjuang untuk anaknya. Ia sangat ingin itu terjadi kepada dirinya.
Doa itu tidak pernah putus dari Anggita dan Mutiara. Setiap hari mereka selalu berharap ada keajaiban besar untuk kesembuhan Nia Devira. Kondisi Aditama juga semakin membaik, hanya saja fisiknya sangat buruk, mulut dan kaki mantan sosok penguasa itu sudah tidak pada posisi normal lagi (peot) ia bisa berjalan namun harus menggunakan tongkat cabang.
*
Di depan teras rumahnya Mutiara melamun menatap langit hitam, rambut halusnya diterpa angin malam sepoi-sepoi.
"Wahai malam, ini adalah renungan gadis yang malang, Namaku Mutiara Mikha Aditama lahir dari rahim seorang wanita yang gila karena cintanya yang tidak bisa ia miliki, Apakah ini sebuah takdir atau keegoisan dari wanita yang tidak pernah bersyukur hingga orang-orang disekitarnya menjadi korban, entahlah tapi mengeluh bukanlah solusi dari segalanya."
*
Dua tahun setelah lulus kuliah, Mutiara sudah putus asa dalam menjalankan bisnisnya yang tidak bisa berkembang, untung dan modal habis untuk keperluan sehari-hari hingga ia kehilangan arah, rasa galau dan putus asa membuat Mutiara kesal setengah mati, ia ingin menjerit dan menangis, kenapa hidupnya selalu saja sial. Walaupun begitu, Mutiara tidak ingin berkeluh kesah di hadapan Anggita, karena Mutiara khawatir, Neneknya yang sudah tua itu akan sedih memikirkannya lalu jatuh sakit, justru hal itu akan membuat ia semakin hancur, karena sang nenek adalah satu-satunya manusia yang bisa diajak berbicara di rumah itu, hingga akhirnya Mutiara mencoba menenangkan dirinya dengan membuat cake, makanan kesukaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
semangat mutiara jgn menyerah
2023-05-22
1
city
usaha dan doa jgn menyerah yah mutiara ku
2023-03-17
1
ˢˢᵃ•༂Hoℕҽყ🍯❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂✴️
cemungut mutiara
2023-03-08
1