Sebuah seruan mengagetkan mereka. Ya, suara itu tidak lain adalah suara Kania. Cukup keras, sampai mereka yang masih betah saling memagutt pun langsung berhenti dari aktifitasnya itu dan segera membuat jarak beberapa meter.
"El! Manda!" imbuhnya memanggil mereka sekali lagi. Masih dengan nada seruan yang sama melengkingnya.
"I-iya, Bu," jawab keduanya berbarengan.
"Aduh! Kenapa kalian selalu saja berada di luar. Cuacanya sangat dingin. Cepat masuk dan istirahatlah!" perintah Kania yang langsung pergi dari sana, usai mengingatkan mereka.
Elyaz dan Alamanda saling berpandangan, lalu tertawa geli. Awalnya mereka sudah panik, karena khawatir Kania memergoki adegan panas mereka beberapa menit yang lalu. Namun, saat tahu Kania ternyata tidak melihat apa yang mereka lakuakan, akhirnya mereka pun merasa lega.
Elyaz meraih tangan Alamanda dan menciumnya. "Sekarang istirahatlah. Jangan sampai Ibu datang lagi untuk mengingatkan kita," titahnya.
Alamanda mengangguk sembari tersenyum. "Baik, Kak. Kakak juga istirahat, atau nanti Ibu akan datang lagi," katanya memberi pesan yang sama. Elyaz melabuhkan kecupan di kening Alamanda sebelum akhirnya Gadis itu pergi ke kamarnya.
Kala itu, Elyaz masih tetap berdiri di balkon rumah. Meski sebelumnya dia sudah mengiyakan usulan Alamanda untuk turut istirahat. Pemuda itu tengah merasakan sisa debaran jantungnya yang masih gencar berdegup kencang. Sangat kencang hingga terasa bagai akan meremukkan dadanya sendiri.
'Aku tidak akan melepaskanmu, Manda. Tidak akan pernah. Entah bagaimana pun caranya, aku harus memilikimu. Kita akan hidup bersama, membuat kebahagiaan kita bersama.'
Selayang harap Elyaz semogakan dalam gumamnya yang berbunga-bunga. Dia mengarahkan pandangannya, jauh menembus langit malam yang semakin hening. Sungguh, dia belum pernah sebahagia ini sebelumnya.
Di sisi lain, Alamanda sedang memutar ulang ingatan mengenai perbuatan yang dilakukannya bersama Elyaz. "Apa ini tidak keterlaluan?" gumamnya sambil memegangi bibir yang terasa tebal akibat lahapan Elyaz yang buas.
Gadis itu merasa aneh pada dirinya. Aneh, mengapa dia mau saja melakukan hal semacam itu? Bukankah, Elyaz sendiri pernah mengatakan bahwa Alamanda masih kecil? Apa itu hanya alibi saja, supaya Alamanda tidak pacaran dengan pria lain? Sungguh, Alamanda tidak habis pikir. Walaupun, tadi sudah Elyaz katakan, bahwa alasannya bersikap aneh karena dia memang cemburu.
"Ough, apa ini?" pekik Alamanda terkejut. Dia kaget bukan kepalang manakala melihat beberapa tanda kepemilikan di lehernya saat berdiri di depan cermin rias.
Gadis itu semakin panik dan bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Entah apa yang mendorongnya, tapi saat itu dia memutuskan untuk menemui Elyaz. Gadia ayu itu berlari dengan tergesa-gesa.
Pintu kamar Elyaz diketuknya dengan tidak sabaran. Namun, tidak ada sahutan dari dalam. Alamanda pun melenggang dengan langkah cepat menuju balkon. Dan benar saja, memang Elyas masih di sana.
"Manda, ada apa? Kenapa tidak tidur?" tanyanya.
"Kak El, lihat ... apa yang ada di leherku ini?" tanyanya dengan raut kecemasan.
Elyaz ingin tertawa, tapi ditahannya. "Apa itu yang membuatmu berlari-larian dan tampak cemas setengah mati?" tanya Elyaz dengan santainya.
"Iihh, Kakak. Aku serius. Kenapa ada tanda semacam ini di leherku? Apa Kakak jelmaan drakula penghisap darah?"
Elyaz mulai tidak tahan dan langsung tertawa terpingkal-pingkal. "Manda, kenapa kamu begitu polos?" ucapnya masih sambil tertawa.
"Sutttt! Kakak, jangan keras-keras. Nanti Ibu datang lagi, baru tahu rasa," peringati Alamanda.
"Ya sudah, ikut Kakak!" Elyaz langsung meraih dan menuntun tangan Alamanda. Dia membawa Pujaan hatinya itu ke kamarnya.
"Kakak El! Kenapa Kakak membawaku ke kamar Kakak?" protes Alamanda sambil membelalakkan matanya lebar-lebar.
"Kalau begitu, ayo kita ke kamarmu." Lagi-lagi Elyaz menyeret pelan tangan Alamanda.
"Diam dan tunggu sebentar di sini," ucap Elyaz saat sudah masuk di kamar Alamanda. Gadis lugu itu hanya bisa mengerutkan dahi dan semakin kebingungan.
Rupanya, Elyaz mengunci pintu kamarnya. Kemudian, dia kembali ke kamar Alamanda. Dan melakukan hal yang sama. Bedanya, kali ini dia mengunci pintu kamar Alamanda dari dalam. Mengurung dirinya dan Alamanda di sana. Ya, mereka bersama dalam satu kamar. Entah apa yang akan Elyaz lakukan pada Alamanda setelah itu.
Bersambung ....
Jangan lupa dukungannya, ya. Terima kasih. ❤🖤❤🖤❤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments