BAB 4 Aku Cemburu

Di depan jendela kamarnya yang terbuka, Elyaz melepaskan pandangannya, jauh ke langit tinggi yang tampak dari dalam kamar. "Akhh! Perasaan ini benar-benar menyiksaku." Pemuda itu berdesis merutuki perasaan yang tengah merundunginya.

Di dalam kamar Alamanda. Dia tengah menerima sebuah telepon masuk dari Dimas, teman sekelas sekaligus pria yang suka padanya. Tampak mereka sangat serius berbincang dalam obrolan telepon itu.

Samar-samar percakapan itu didengar oleh Elyaz. Dia merasa penasaran. Lantas, dirinya bergegas mengendap-endap menuju pintu kamar Alamanda untuk menguping.

[Ya sudah, ya. Aku ingin berganti pakaian dulu.] Alamanda menutup teleponnya.

Mendengar percakapan Alamanda itu. Dada Elyaz terasa panas seolah dikobari oleh api kecemburuan, hingga tanpa sadar dia mendobrak daun pintu kamar Alamanda dengan keras.

Alamanda yang baru saja menanggalkan pakaiannya, karena hendak berganti baju pun kaget bukan kepalang. Dia berteriak kencang. Namun, Elyaz segera membekap mulut Amalanda dengan tangannya.

Entah bagaimana mulanya, tahu-tahu Elyaz sudah mendaratkan bertubi-tubi ciuman ke seluruh permukaan wajah, leher, hingga berhenti di bagian dada Alamanda. Dia tidak memperdulikan Alamanda yang maraung, meronta memohon pada Elyaz untuk menghentikan perbuatannya. Hal itu berlangsung beberapa lama, hingga kesadaran Elyaz kembali dan barulah dia melepaska  Alamanda.

"Kenapa Kak El tega padaku?" ratap Alamanda sambil menangis terisak.

Elyaz menghela napas kasar seraya meraup wajahnya sendiri. Pria itu tampak sangat kacau dan kalut. "Maaf, Manda. Kakak khilaf," lontarnya dengan sorot mata penuh penyesalan.

Alamanda terus menangis sembari menutupi bagian dada dengan tangannya. Dia memang belum sempat mengenakan pakaian ganti, sebab Elyaz sudah lebih dulu datang dan menyerangnya dengan sangat liar. Elyaz mengatur napasnya dengan sangat terkendali. Lalu, dia mengambil baju ganti Alamanda dan memberikannya.

Alamanda pun mengambil baju itu. Meski tangannya tampak enggan menerima. Detik kemudian, Elyaz ke luar dari kamar Alamanda dan masuk kembali ke dalam kamarnya sendiri.

"Aaarrghh!" pekiknya penuh amarah. Dia memporak porandakan apa saja yang bisa digapai dengan tangannya. Termasuk koleksi parfum yang dia miliki. Semua rata dan menjadi serpihan kaca yang berserakan di lantai kamar.

"Bodoh kamu, El, bodoooh!" makinya pada diri sendiri. Dia memunguti dengan sembarangan pecahan botol parfumnya itu, hingga tangannya terluka dan berdarah.

Elyaz memejamkan mata meresapi rasa sakit yang menjalar dari tangan hingga menembus kepala. Namun, dia tak ingin segera mengobati lukanya itu. Sepertinya, dia ingin menerima hukuman atas apa tang telah dia lakukan pada Alamanda tadi.

****

Beberapa hari usai kejadian itu. Mereka tidak saling bicara, meski di dalam hati Elyaz sendiri menggebu rasa rindu untuk menyapa Alamanda. Namun, rasa bersalahnya membuat lidah Elyaz kelu.

Malam itu setelah waktu makan, mereka kembali ke kamar masing-masing. Masih saling berdiam meski melangkah beriringan menuju kamar mereka yang memang bersebelahan. Diam itu lebih menyiksa daripada kemarahan sekali pun.

Setibanya di pintu kamar masing-masing, mereka saling beradu tatap, sebelum akhirnya masuk dan menutup pintu masing-masing dengan rapat. Elyaz luruh di balik pintu kamarnya, begitu juga dengan Alamanda. Sungguh, keduanya tengah dalam dilema dan kebingungan yang besar.

"Kumohon bicaralah seucap saja, Manda," rintih Elyaz dalam gumamnya. Ada rasa sakit yang menjalar dan sesak luar biasa memenuhi dadanya.

"Kenapa Kak El tidak bicara padaku? Apa salahku? Mengapa dia selalu membuatku bingung?" Alamanda bertanya-tanya sendiri, dalam keadaan menekuk lutut sambil berurai air mata.

Kalian tahu seperti apa rasanya tidak saling bicara, padahal begitu ingin bercerita? Itu tidak ubahnya seperti menggoreskan pisau di urat nadi. Begitu sakit dan rasanya seakan hampir mati.

Detik waktu terus berjalan. Meninggalkan jejak-jejak sesak yang masih bergelimang memenuhi dada keduanya. Malam semakin larut, tapi tak juga mata mereka terpejam.

'Haruskah aku ungkapkan saja perasaan ini pada Manda? Aku sudah menahannya, tapi sepertinya tidak sanggup lagi. Setiap detik perasaan ini selalu mendorongku untuk lebih masuk ke dalam jerat perasaan cintaku sendiri.' Elyaz terus berkecamuk.

Sementara itu, di kamarmya Alamanda tampak berbaring di tepi ranjang dengan posisi miring. Jemarinya terus bergerak mengetuk-ngetuk bantal yang dia tiduri. Sambil terus menangis karena kesedihan yang begitu membelenggu.

Tiba-tiba saja pintu kamar Alamanda ada yang mengetuk dengan perlahan. Dia pun segera menyeka air matanya dan bergegas membukakan pintu. Seperti dugaannya, yang pintu kamar tersebut adalah Elyaz. Dia berdiri tertegun di hadapan Alamanda dengan nanar yang menyiratkan banyak perasaan. Mungkin rindu, rasa bersalah, penyesalan, dan lainnya.

"K-kakak ...," gagap Alamanda.

Elyaz tersenyum getir. "Bisa kita bicara?" tanyanya dengan bibir bergetar dan nada suara yang sangat lirih.

Detik kemudian, mereka pun mengobrol di balkon rumah. Bertemankan angin malam dan suasa langit yang bermandi cahaya bulan. Ya, Elyaz mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk bicara pada Alamanda.

"Manda, apa kamu masih marah pada Kakak?" ujarnya.

"Aku tidak tahu," jawab Alamanda singkat.

"Katakan saja, Manda. Kakak akan menerima semuanya. Andaipun sekiranya kamu memang marah, Kakak pantas menerima kemarahanmu itu," papar Elyaz.

Alamanda menunduk dalam-dalam. Jauh melihat ke dalam hatinya. "Aku tidak marah, Kak, hanya sedih, juga merasa bingung. Kenapa Kak El melakukan itu padaku?" tanya Alamanda seraya mengangkat wajahnya hingga tatapan matanya dengan Elyaz sejajar.

Dengan lembut Elyaz meraih tangan Alamanda dan membawa dia ke dalam pelukannya. Tidak ada penolakan dari Alamanda. Gadis itu ikut saja ke dalam dekapan Elyaz.

Lama keduanya saling berpelukan di tengah belaian angin malam ya menerpa dengan semilir. "Kakak merindukanmu, Manda. Maaf, karena telah melakukan sesuatu yang tidak pantas padamu," ucap Elyaz berbisik lirih.

"Kenapa, Kak? Aku bertanya pada Kakak. Kenapa Kakak selalu bersikap aneh padaku di beberapa waktu tertentu?"

"Tepatnya, setiap kali aku cemburu, Manda."

DEG!

Seketika jantung Alamanda seperti berhenti berdetak, setelah mendengar apa yang baru saja terucap dari bibir Elyaz. Dia melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah dari sana. Lantas, dia membuang pandangannya ke sembarang arah untuk menepis rasa gugup yang menderanya.

"Kenapa, Manda? Apa aku salah?" tanya Elyaz seraya terus berjalan maju menyusul langkah mundur Alamanda.

"Bisa Kakak jelaskan? Kenapa harus kata cemburu yang jadi alasan sikap aneh Kakak itu padaku?"

"Apa lagi yang perlu dijelaskan, Manda? Faktanya, aku memang mencintaimu." Tanpa terasa air mata Elyaz luruh membasahi pipinya. Dia menangis sampai Alamanda kebingungan harus berbuat apa.

"Kak, tapi aku adikmu."

"Adik angkatku, Manda. Kita tidak ada hubungan darah. Aku tidak ada larangan mutlak untuk menjalin hubungan denganmu. Sungguh, aku sudah tidak tahan merasakan gemuruh di dalam dada ini, Manda. Setiap hari yang aku lakukan hanya menyembunyikan dan menahan perasaanku padamu. Itu sangat menyiksa bagiku, Manda."

"Kakak membuatku semakin bingung," ucap Alamanda sembari turut menangis tersedu-sedu.

"Jawab saja, Manda! Apa kamu juga mencintaiku?" Elyaz mengangkat dagu Alamanda dengan dua jari tangannya sampai wajah ayu Gadis berkulit putih itu mendongak dan menatap matanya.

"Aku tidak tahu, Kak," jawab Alamanda sembari meneguk salivanya.

"Kamu mencintaiku, Manda. Aku tahu itu. Aku melihat binar itu jelas di sana, di dalam sorot matamu." Tanpa aba-aba lagi, Elyaz langsung melesakkan sebuah ciuman rakus di bibir Alamanda.

Alamanda turut hanyut ke dalam buaian mesra Elyaz. Meski masih sangat kaku, akhirnya dia merespon ciuman Elyaz dengan memberi balasan. Malam itu mereka lewati dengan sebuah cumbu, yang bisa dibilang melampaui batas meski tak sampai pada inti yang paling dilarang. Sebab, mereka bukan pasangan halal.

Bersambung ....

Jangan lupa dukungannya, ya. ❤🖤❤🖤❤🖤❤🖤❤🖤❤🖤❤

Terpopuler

Comments

Indiani

Indiani

mantap hot hotx ditamvah toor🤭🤭👍👍

2023-02-08

1

Itha Fitra

Itha Fitra

awal ny dr ciuman dlu,baru melewati batas

2023-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!