PENDEKAR API DAN ES SURGAWI
Di suatu pagi di puncak Ciu Ling San, Gunung Puncak Sembilan.
Sebelah barat danau Po Yang.
Saat matahari baru mau mulai terbit, di salah satu puncak Jiu Ling San yang paling tinggi.
Di mana kabut halimun masih menyelimuti puncak gunung itu.
Terdengar sebuah suara lantunan lembut, seseorang sedang bernyanyi, terbawa angin dari barat bertiup kearah timur.
Sehingga suara tersebut terbawa, hingga terdengar jelas di danau Po Yang yang sangat luas.
Suara itu berasal dari seorang pria berambut putih, berpakaian biru muda sederhana .
Lantunan suara itu terdengar begitu sendu, menyayat hati. Seperti suatu keluh kesah sang pemilik suara.
Di mana sang pemilik asal suara terlihat sedang duduk diatas sebuah batu gunung besar.
"Bagaikan Kapal yang kehilangan arah, tapi harus terus bergerak tanpa arah tujuan."
"Membiarkan takdir dan kenyataan yang kejam membawa nya bertualang."
"Seseorang yang pada akhirnya di takdir kan harus di lupakan,.tapi mengapa justru begitu sulit dilupakan .."
"Sehingga pada akhir nya, hanya bisa terbelenggu dalam penyesalan mendalam."
"Saat ini aku hanya bisa menatap langit biru, dengan impian kosong.."
"Andai aku bisa meraih impian kosong itu.."
"Sayangnya tidak.."
"Waktu yang telah berlalu tak mungkin berputar kembali.."
"Cinta yang gagal bersama, hingga rambut ini memutih, hanya meninggalkan sesal."
"Buat apa aku terus mengenang nya, mengapa tidak coba aku melupakan nya.."
"Teori itu aku mengerti dengan jelas, tapi saat menghadapinya langsung itu yang sulit."
"Kini sisa hidup ini, sudah tidak tahu lagi, untuk siapa aku sebenarnya bertahan.."
"Mungkin pada akhirnya hanya tersisa si idiot berambut putih, yang terus menanti mimpi kosong nya."
"Hanya tersisa orang tua idiot, yang rela mendengarkan suara hembusan angin dingin, di temani air bening di wajah.."
"Ribuan puisi sekalipun, akan sulit menghapus luka di hati ini.."
Setelah menyelesaikan nyanyian nya, pria itu menghapus dua air bening, yang menggantung di wajahnya.
Dia mengambil nafas dalam dalam, dan kembali berkata, sambil menoleh kearah timur, di mana danau Po Yang terbentang.
"Pagi yang begitu tenang dan indah, mengapa harus di penuhi oleh keserakahan dan angkara murka.."
"Membunuh atasan sendiri mendatangkan petaka."
"Ohh Chen You Liang..hari mu membayar semuanya akhirnya tiba.."
Ucap Pria itu dengan suaranya yang kembali berkumandang, memenuhi seluruh danau Po Yang.
Pria itu selesai berkata, dia langsung melayang turun dari atas batu tempat duduknya.
Lalu pria berambut putih itu, mulai terlihat berlompatan ringan, menuruni, puncak gunung Ciu Ling San.
Pria itu adalah seorang pria, yang luar biasa tampan dan terlihat masih sangat muda wajahnya.
Sepasang alisnya hitam berbentuk golok, bibirnya yang merah dan menarik selalu tersenyum lembut.
Sedikit kontras dengan wajahnya yang putih bersih dan halus, memancarkan cahaya gemilang dengan aura yang sangat tidak biasa.
Tapi rambut nya yang putih, dengan beberapa kerutan di kedua sudut mata dan dahi nya.
Jelas menunjukkan, dia adalah seorang pemuda matang, yang sudah kenyang dengan penderitaan hidup.
Pemuda yang berlompatan ringan menuruni puncak Ciu Ling San, bukan lain adalah Yue Nan Thian.
Yue Nan Thian, yang menggunakan ilmu ringan tubuh warisan kakek paman guru nya, Wu Ying Thian Shang Fei.
Dia bergerak menuruni puncak Ciu Ling San.
Dalam waktu singkat, dia sudah tiba di pinggiran danau Po Yang.
Dari sana dia melompat melayang ringan di udara, menuju wilayah pertikaian yang sedang berlangsung.
Sepasang matanya yang tajam, telah melihat dengan jelas suasana yang sedang berlangsung di atas danau Po Yang.
Meski di bawah sana masih tertutup kabut halimun tipis, hingga sinar mentari sulit menembus arena pertempuran.
Tapi dengan penerangan seadanya, dari obor yang menyala diatas kapal kedua kubu, yang sedang bertikai.
Yue Nan Thian dengan jelas, bisa melihat keadaan, yang sedang berlangsung di sana.
Di atas danau itu, terlihat dua kubu yang sedang bertikai terlihat saling serang dengan anak panah.
Satu sisi terlihat bendera bendera kuning bertuliskan huruf Chen, dengan tinta merah, di sertai bendera hitam, dengan tulisan huruf Han, yang berwarna putih.
Di sisi lainnya adalah bendera kuning bertuliskan huruf berwarna hitam, yang berbunyi Ming."
Di kombinasikan dengan bendera bertuliskan huruf Chu.
Kapal kapal perang bendera huruf Chen, terlihat berjumlah lebih banyak dan canggih.
Sedangkan kapal kapal perang berbendera huruf Ming, jumlahnya terlihat jauh lebih sedikit.
Kekuatan yang tidak berimbang ini, membuat kapal kapal perang berbendera Ming dan Chu, hanya bisa berusaha bergerak mundur.
Menghindari hujan anak panah api dari pasukan air, Chen You Liang, yang lebih mahir berperang di jalur perairan.
Selain itu, jumlah mereka juga jauh lebih banyak, ketimbang pasukan air berbendera Zhu dan Ming.
Yue Nan Thian yang langsung mengenali kubu mana yang harus dia bantu.
Dia segera melayang ke arah kapal perang berbendera Chen dan Han.
Di udara ketinggian sana, Yue Nan Thian segera menggunakan Qi nya, untuk menarik air danau terbang keatas.
Membentuk tirai air, yang berubah menjadi dinding es, untuk menghalau serangan panah api dari kapal-kapal berbendera Chen dan Han .
Kapal-kapal berbendera Chen dan Han ini, adalah kapal perang angkatan air Chen You Liang.
Sedangkan kapal kapal perang yang menjadi lawannya, adalah kapal perang Zhu Yuan Zhang.
Zhu Yuan Zhang adalah pihak yang di bantu oleh kakak kandung Yue Nan Thian, Yue Lin.
Wajar bila kedatangan Yue Nan Thian, langsung memilih membantu pihak Zhu Yuan Zhang.
"Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!"
"Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!"
"Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!"
"Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!"
"Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!"
Anak panah api pasukan perang Chen You Liang, saat membentur dinding tirai es, yang di buat oleh Yue Nan Thian.
Mata anak panah apinya, seketika padam, lalu jatuh berguguran kedalam danau.
"Brakkkk..! Brakkkk..! Brakkkk..!"
"Brakkkk..! Brakkkk..! Brakkkk..!"
"Brakkkk..! Brakkkk..! Brakkkk..!"
Barisan depan kapal perang Chen You Liang, juga terlihat kalang kabut, saling bertabrakan sendiri.
Di terjang oleh gelombang air danau Po Yang, yang bergolak hebat, oleh pukulan angin kosong, yang di lepaskan oleh Yue Nan Thian dari udara.
Akibat saling bertabrakan, banyak pasukan Chen You Liang yang terpental jatuh kedalam danau.
Kapal kapal perang mereka juga banyak, yang mengalami kebocoran akibat saling bertabrakan.
Kapal kapal bocor itu, kini para penumpang nya, sedang panik berusaha mencegah kapal mereka tenggelam.
Bagi kapal yang kebocoran nya terlalu parah, mereka sedang di evakuasi menuju kapal kapal temannya, yang kondisi nya masih bagus.
Kekacauan ini sementara waktu membuat, pengepungan pasukan Chen You Liang terhadap pasukan Zhu Yuan Zhang jauh mengendur.
Mereka terlalu sibuk dengan serangan tak terduga dari Yue Nan Thian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Jade Meamoure
hajar bantai
2024-07-30
1
Ujibmaki Milito
minyak
2023-06-10
4
kak so
masuk radar...
2023-05-21
2